Ada 20 kelompok teror mengerahkan hingga 10.000 milisi untuk membantu Taliban merebut sejumlah wilayah di Afghanistan. Taliban telah melancarkan hampir 6.000 serangan dan mengendalikan hampir 200 dari 450 distrik.
Oleh
kris mada
·4 menit baca
KABUL, KAMIS — Pemerintah Afghanistan menuding Taliban dibantu sejumlah kelompok teror dalam penyerbuan ke sejumlah wilayah di Afghanistan. Persekongkolan itu tidak sesuai dengan janji Taliban di Kesepakatan Doha pada Februari 2020.
Kementerian Pertahanan Afghanistan menyebut, selalu ada milisi Al Qaeda di antara milisi Taliban yang tewas dalam penyerbuan pasukan dan milisi pendukung pemerintah. Sebagian milisi Al Qeda dan kelompok teror lain diketahui sebagai warga asing. Hasil pelacakan menunjukkan, mereka adalah keluarga dari anggota Al Qaeda atau kelompok teror lain yang diburu di sejumlah negara lalu lari ke Afghanistan.
”Anggota Al Qaeda atau kelompok lain mengiringi regu (milisi) Taliban sebagai penasihat atau mengarahkan cara membuat bom dan di mana meletakkannya,” kata seorang pejabat Kemenhan Afghanistan yang menolak namanya diungkap karena alasan keamanan, Rabu (11/8/2021), di Kabul.
Pada Februari 2020, delegasi Taliban dan Amerika Serikat mencapai kesepakatan setelah 19 tahun pendudukan AS di Afghanistan. AS setuju menarik seluruh pasukannya dari Afghanistan sebelum 11 September 2021. Sementara Taliban setuju memutus hubungan dengan seluruh kelompok milisi asing. Selama ini, sebagian dari mereka ditampung Taliban.
Faktanya, Taliban tidak mematuhi kesepakatan itu. Pada Maret 2020 hingga Juli 2021 saja tercatat sejumlah petinggi Al Qaeda tewas dalam serangan AS dan sekutunya di daerah yang dikendalikan Taliban. Mereka antara lain Husam Abdul Rauf dari Mesir, Muhammah Hanif, dan Dawlat Bek Tajiki dari etnis Tajik.
Sementara pada 7 Agustus 2021, pasukan pemerintah mengidentifikasi 30 anggota Al Qaeda di antara 112 korban tewas dalam serangan udara ke markas Taliban di Lashkar Gah. Kemenhan Afghanistan menyebut jenazah milisi Al Qaeda hampir selalu ditemukan setiap kali pasukan pemerintah menyerbu markas-markas Taliban.
Wakil Tetap Afghanistan di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ghulam Isaczai, menyebut 20 kelompok teror mengerahkan hingga 10.000 milisi untuk membantu Taliban merebut berbagai wilayah di Afghanistan. ”Hubungan Taliban dengan kelompok teror lintas negara sekarang lebih kuat dibandingkan dulu,” ujarnya.
Ribuan serangan
Sejak pertengahan April 2021, Taliban telah melancarkan hampir 6.000 serangan dan mengendalikan hampir 200 dari 450 distrik. Seorang pejabat Afghanistan menyebut, milisi Gerakan Islam Turkistan Timur (ETIM) yang dipimpin Furqan dan milisi Jamaat Ansarullah membantu Taliban dalam serangan di Afghanistan utara. Sementara sejumlah milisi keturunan Tajik di Jamaat Ansarullah diketahui membantu Taliban merebut wilayah di perbatasan Afghanistan-Tajikistan.
Jamaat Ansarullah dikenal sebagai Tajik Taliban karena mayoritas milisinya dari etnis Tajik. Ada pun ETIM, salah satu dari kelompok teroris, menurut Dewan Keamanan PBB (DK PBB), diperkuat orang-orang Uighur. Dalam laporan pada Juli 2021, DK PBB mengidentifikasi ratusan milisi ETIM terlibat dalam baku tembak di sejumlah wilayah Afghanistan.
”Puluhan tahun berjuang bersama, berbagi ideologi yang sama, tradisi Pashtun (etnis utama di antara milisi Taliban) menghormati dan melindungi tamu, hingga pernikahan membuat hubungan mereka kuat,” kata analis keamanan di Kabul, Basir Hotak.
Peningkatan serbuan Taliban dikhawatirkan membuat Kabul terisolasi dalam tiga bulan mendatang. Kini, wilayah di sekitar ibu kota Afghanistan itu sudah diduduki milisi Taliban. Selain itu, Taliban menguasai ibu kota sembilan provinsi.
Kementerian Luar Negeri AS tengah mendiskusikan pengurangan pegawai di Kedutaan Besar untuk Afghanistan. Hal itu terutama dipicu kekhawatiran Kabul terisolasi atau bahkan jatuh ke tangan Taliban lagi. ”Kami mengevaluasi setiap hari,” kata juru bicara Kemenlu AS, Ned Price.
Ia juga menyebut, berbagai serbuan Taliban tidak sesuai dengan Kesepakatan Doha. Meski demikian, ia tidak mau membahas lebih lanjut apa langkah AS atas pelanggaran itu.
Presiden AS Joe Biden bersikukuh, seluruh pasukan harus ditarik. Sebab, alasan penyerbuan ke Afghanistan sudah terpenuhi. Pada 2001, AS dan sekutunya menyerbu Afghanistan untuk memburu Osama bin Laden dan melumpuhkan Al Qaeda. Osama tewas pada 2011 di Pakistan dan Al Qaeda dianggap sudah tidak berdaya.
Biden berkeras, perang melawan teror tidak bisa lagi dilakukan dengan memusatkan pasukan besar di suatu negara. Sebab, kini sel teroris tersebar di sejumlah negara. Karena itu, cara yang lebih tepat ialah meningkatkan pengumpulan informasi intelijen dan mengirim unit kecil pasukan khusus untuk memburu sel teror. (AFP/REUTERS)