Hanya dalam rentang dua hari di tengah masih merebaknya Covid-19 varian Delta, Pemerintah Arab Saudi mengambil keputusan berani, yakni membuka umrah bagi jemaah luar negeri dan kunjungan wisata bagi turis asing.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN DARI KAIRO, ARAB SAUDI
·5 menit baca
AP PHOTO/AMR NABIL
Perempuan polisi Arab Saudi berjaga-jaga di Masjidil Haram selama penyelenggaraan ibadah haji di Mekkah, Arab Saudi, 20 Juli 2021.
Keputusan Pemerintah Arab Saudi ini bisa disebut langkah berani. Di saat virus penyebab Covid-19 varian Delta menyebar dengan sangat cepat di banyak negara hingga memicu lonjakan kasus penularan, tiba-tiba Arab Saudi pada 25 Juli mengumumkan membuka layanan umrah internasional mulai 10 Agustus 2021.
Bukan itu saja. Dua hari setelah itu, yakni pada 27 Juli 2021, Arab Saudi juga mengumumkan membuka pintu bagi turis asing yang telah disuntik vaksin Covid-19 dosis penuh mulai 1 Agustus. Negara itu mulai membuka pintu wisata bagi turis asing sejak tahun 2019 dalam upaya mewujudkan Visi Arab Saudi 2030.
Antara bulan September 2019 dan Maret 2020, sudah 400.000 visa turis yang dikeluarkan Arab Saudi. Namun, munculnya kasus Covid-19 di Arab Saudi pada Maret 2020 menutup kembali pintu negara itu bagi turis asing.
Pengumuman pada akhir Juli tersebut menunjukkan tekad Arab Saudi melakukan normalisasi pelaksanaan ibadah umrah dan pariwisata secara keseluruhan sesuai dengan tuntutan Visi Arab Saudi 2030. Pengumuman yang hanya berselang dua hari antara pembukaan pintu izin umrah dan turis umum itu juga menunjukkan bahwa industri umrah dan turis umum merupakan satu paket industri pariwisata bagi Arab Saudi. Industri umrah sering disebut wisata religi yang diletakkan dalam bagian dari industri pariwisata dalam Visi Arab Saudi 2030.
AFP/FAYEZ NURELDINE
Kompleks Masjidil Haram di Mekkah, Arab Saudi, pada hari pertama Idul Adha, 20 Juli 2021.
Arab Saudi menetapkan syarat yang sangat ketat bagi siapa pun untuk bisa berangkat umrah atau wisata ke negara kaya minyak itu. Hal ini adalah upaya Arab Saudi untuk menekan bahaya Covid-19 varian Delta yang saat ini melumpuhkan sistem layanan kesehatan di banyak negara.
Syarat kunjungan ke Arab Saudi untuk umrah ataupun wisata adalah calon jemaah umrah atau turis asing harus disuntik vaksin Covid-19 yang disetujui Arab Saudi, yaitu Pfizer, AstraZeneca, Moderna, dan Johnson & Johnson. Calon jemaah umrah atau turis asing yang telah disuntik dengan salah satu dari keempat vaksin Covid-19 tersebut bisa masuk Arab Saudi tanpa perlu menjalani karantina, tetapi tetap harus memiliki bukti PCR negatif yang maksimal dilakukan 72 jam terakhir.
Bagi calon jemaah umrah atau turis asing yang telah divaksin lengkap dengan vaksin buatan China, seperti Sinovac atau Sinopharm, harus divaksin satu dosis lagi dengan salah satu dari empat vaksin yang direkomendasikan Arab Saudi.
KOMPAS
Arab Saudi sejak Minggu (1/8/2021) mulai menerapkan larangan warga yang tidak divaksinasi memasuki area publik. Seperti yang terjadi di Hayat Mall di Riyadh, pengunjung harus menunjukkan kartu vaksinasi mereka kepada petugas keamanan sebelum memasuki pusat perbelanjaan.
Selain persyaratan yang cukup ketat tersebut, seperti dilansir Saudi Gazette, ada 13 negara yang warganya sampai saat ini dilarang masuk Arab Saudi, yaitu India, Pakistan, Indonesia, Mesir, Turki, Argentina, Brasil, Afrika Selatan, Uni Emirat Arab, Etiopia, Vietnam, Afghanistan, dan Lebanon. Arab Saudi sampai saat ini belum memberi isyarat kapan akan mencabut larangan bagi warga negara dari 13 negara itu untuk masuk ke Arab Saudi.
Jaga keseimbangan
Syarat yang cukup ketat tersebut juga untuk menunjukkan tekad Arab Saudi bahwa kebijakan apa pun terkait upaya pelonggaran sektor ekonomi tetap tidak mengorbankan sektor kesehatan. Arab Saudi ingin tetap ada keseimbangan antara sektor ekonomi dan kesehatan. Jika harus ada yang dikorbankan, ekonomi harus dikorbankan demi kesehatan.
Karena itu, kebijakan Arab Saudi membuka kembali umrah dan wisata umum tentu akan dievaluasi terus-menerus dan dinyatakan juga bahwa kebijakan itu bisa disebut bersifat sementara. Arab Saudi tidak akan segan-segan setiap saat menutup kembali ibadah umrah dan wisata umum jika berdampak buruk pada kesehatan dalam bentuk meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di negara itu.
Hal ini telah dilakukan Arab Saudi terkait penyelenggaraan ibadah haji. Negara itu dalam dua tahun terakhir ini hanya menerima jemaah haji dalam negeri dengan jumlah sangat terbatas dan tidak menerima jemaah haji dari mancanegara. Kebijakan Arab Saudi terkait ibadah haji merupakan contoh bahwa negara itu lebih mengutamakan kesehatan daripada ekonomi. Arab Saudi tidak tergiur oleh keuntungan miliaran dollar AS dengan menerima jemaah haji dari mancanegara.
AFP/FAYEZ NURELDINE
Warga berjalan di area yang rimbun dengan pepohonan di Riyadh, Arab Saudi, 29 Maret 2021.
Industri andalan
Arab Saudi meletakkan industri pariwisata sebagai salah satu industri andalan yang akan menjadi penopang utama industri nonmigas dalam meraup devisa sesuai Visi Arab Saudi 2030.
Berdasarkan badan statistik Arab Saudi, sektor pariwisata menyumbang 3,5 persen pendapatan nasional negara atau 22,8 miliar dollar AS per tahun. Karena itu, Arab Saudi sangat berharap pada sektor industri pariwisata dalam menyukseskan Visi Arab Saudi 2030 yang telah dideklarasikan oleh Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) tahun 2016.
Dalam konteks upaya menggerakkan industri pariwisata itu, Arab Saudi, sesuai Visi 2030, telah mengizinkan kembali beroperasinya bioskop, konser musik, dan pergelaran acara budaya. Arab Saudi juga mengizinkan bagi jemaah umrah mancanegara bisa berkunjung ke kota lain selain kota Mekkah dan Madinah. Guna mendongkrak pariwisata, Arab Saudi membangun pula kota dan obyek wisata baru, seperti kota Neom dan obyek wisata di Laut Merah.
Namun, ambisi Arab Saudi mengembangkan industri pariwisata tersebut tiba-tiba harus kandas oleh munculnya Covid-19 di negara itu mulai Maret 2020. Arab Saudi harus menutup semua obyek wisata dan menghentikan semua acara hiburan dan bahkan juga membekukan wisata religi umrah.
Arab Saudi hanya mengizinkan penyelenggaraan ibadah haji pada 2020 dengan melibatkan 1.000-10.000 anggota jemaah haji dan pada 2021 hanya sekitar 60.000 anggota jemaah haji. Jemaah haji itu pun terbatas hanya dari warga Arab Saudi dan warga asing yang berdomisili di negara itu.
Pandemi Covid-19 menjadi pukulan terbesar bagi industri pariwisata sekaligus megaproyek Visi Arab Saudi 2030. Bukannya cuan yang didapat dari berbagai proyek pendukung visi Arab Saudi 2030, melainkan sebaliknya, kerugian besar yang diderita akibat penutupan dan pembekuan semua proyek terkait Visi Arab Saudi 2030.
AFP/FAYEZ NURELDINE
Logo G-20 diproyeksikan ke sebuah situs bangunan bersejarah, Al-Tarif, di Distrik Diriyah, pinggiran Riyadh, Arab Saudi, 20 November 2020.
Kini Arab Saudi coba menggerakkan kembali industri umrah dan pariwisata agar tetap ada denyut gerakan industri pariwisata sesuai tuntutan Visi Arab Saudi 2030. Bahkan, dengan menaruh harapan tinggi pada industri pariwisata, Arab Saudi telah mengumumkan pada akhir Mei lalu bahwa Riyadh akan menyumbang 100 juta dollar AS bagi pembentukan kotak internasional untuk mendukung sektor pariwisata di dunia.
Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) pada Mei lalu telah menunjuk ibu kota Arab Saudi, Riyadh, sebagai kantor regional UNWTO untuk wilayah Timur Tengah. Hal itu tentu akan membantu visi MBS yang ingin terus meningkatkan devisa nonmigas.
MBS dalam wawancara khusus dengan harian Asharq Al Awsat edisi 28 April 2021 dengan bangga mengungkapkan, devisa nonmigas setelah digulirkannya Visi Arab Saudi 2030 naik tajam dari hanya 166 miliar riyal (sekitar 44 miliar dollar AS) menjadi 350 miliar riyal (sekitar 94 miliar dollar AS).