AS Mau Jual Meriam Howitzer ke Taiwan, China Meradang
Amerika Serikat berencana menjual 40 meriam howitzer kepada Taiwan. Taiwan senang dan berterima kasih kepada Washington. China meradang dan melontarkan protes keras.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
TAIPEI, KAMIS — Pemerintah Taiwan berterima kasih kepada Amerika Serikat karena mau menjual 40 meriam howitzer kepada mereka. Perjanjian jual-beli ini masih harus disetujui Dewan Perwakilan Rakyat AS sebelum bisa dieksekusi. Sementara itu, China sudah mengeluarkan pernyataan keberatan dan menolak penjualan tersebut.
”Terima kasih kepada Amerika Serikat yang terus menjadi teman baik Taiwan dan membantu kami menjaga kestabilan politik serta keamanan,” kata Juru Bicara Kantor Kepresidenan Taiwan Xavier Chang melalui kantor berita nasional Central News Agency pada Kamis (5/8/2021).
Beijing melalui Kementerian Pertahanan meradang dan memprotes keras keinginan Taiwan membeli senjata dari AS. Mereka juga memperingatkan AS untuk tidak campur tangan dalam urusan Taiwan, yang dianggap urusan dalam negeri China.
Perjanjian itu dikelola oleh Departemen Luar Negeri AS dengan penjualan senilai 750 juta dollar AS. Barang-barang yang dijual paling utama ialah 40 meriam howitzer jenis M109A6 Paladin. Selain itu, ada amunisi, alat pelacak, dan kendaraan militer. Terakhir kali Taiwan membeli howitzer dari AS adalah pada 1998.
Chang memaparkan, persenjataan baru itu akan memperkuat pertahanan Taiwan. Termasuk di wilayah Selat Taiwan yang menghadapi ekspansi militer China karena berbagai kapal dan pesawat China dinilai semakin sering melanggar batas wilayah Taiwan. Selain itu, turut membantu kemampuan Taiwan menjaga keamanan serta keseimbangan di Indo-Pasifik.
Belum ketok palu
Pemesanan senjata oleh Taiwan itu dilaporkan Departemen Pertahanan AS kepada DPR di Washington pada Rabu (4/8/2021). DPR AS yang diketuai oleh Nancy Pelosi itu harus bersidang untuk memutuskan setuju atau tidak terhadap permintaan tersebut. DPR AS memiliki dua kubu yang memiliki pandangan berbeda terkait isu Taiwan. Ada yang mendukung kemerdekaan Taiwan, ada pula yang tidak.
AS sejak tahun 1972 memiliki sikap politik ambigu terhadap Taiwan. Secara politik, AS mengakui prinsip Satu China yang dikumandangkan oleh Beijing. Dalam prinsip ini, Taiwan, Makau, Tibet, dan Hong Kong merupakan provinsi-provinsi milik China, bukan entitas merdeka.
Meskipun begitu, AS selalu terlibat dalam berbagai urusan Taiwan. Dalam masa pemerintahan Presiden Donald Trump (2017-2021), Dephan AS menjual persenjataan dan perlengkapan militer senilai 1,8 miliar dollar AS kepada Taiwan.
Ketika berkunjung ke Singapura pekan lalu, Menhan AS Lloyd Austin mengatakan, Beijing telah mengacaukan keseimbangan di Indo-Pasifik antara lain dengan perilaku ekspansif di Laut China Selatan, Selat Taiwan, dan penangkapan orang-orang prodemokrasi di Hong Kong. ”Meskipun demikian, kami tidak menginginkan konfrontasi dengan China,” ujar Austin.
Sementara itu, menurut kantor berita nasional China, Xinhua, Kementerian Pertahanan China memprotes keras keinginan Taiwan membeli senjata dari AS. Menurut pernyataan tertulis Kemhan China, hal ini akan memberi sinyal yang keliru bagi pihak-pihak yang menginginkan kemerdekaan Taiwan.
Di samping itu, China menuduh AS mencampuri urusan dalam negeri mereka. Mempersenjatai Taiwan juga berarti AS melanggar tiga perjanjian bilateral AS-China. ”AS jangan berusaha menyabotase hubungan bilateral dengan China jika tidak ingin kami melakukan reaksi yang dinilai pantas terhadap perkembangan situasi ini,” kata pernyataan Kemhan China. (AFP)