Ramaphosa Tuding Kerusuhan sebagai Upaya Pemberontakan
Rangkaian kerusuhan yang pecah di Afrika Selatan disengaja, terkoordinasi. Penghasut kerusuhan dituding mencoba memprovokasi pemberontakan massa. Pemerintah menyebut percobaan itu gagal.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
PRETORIA, SABTU — Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa menuding sejumlah pihak menghasut massa dan memicu kerusuhan di Gauteng dan KwaZulu Natal. Sedikitnya 25.000 tentara diterjunkan ke dua lokasi itu untuk memulihkan ketertiban.
Ramaphosa mengatakan, rangkaian kerusuhan menewaskan total 212 orang. Kepolisian Afsel telah menyelidiki 131 kasus yang diduga pembunuhan dan masih memeriksa 81 kasus kematian lain. ”Dari laporan awal, 161 pusat perbelanjaan, 11 gudang, 8 pabrik, dan 161 toko minuman rusak berat,” ujarnya, Jumat (16/7/2021) malam waktu Pretoria atau Sabtu dini hari WIB.
Sejumlah kota dan distrik di KwaZulu Natal, Johannesburg, dan Gauteng diguncang kerusuhan setelah pengadilan menetapkan mantan Presiden Afsel Jacob Zuma bersalah dan harus dipenjara 15 bulan. KwaZulu Natal merupakan provinsi tempat Zuma lahir.
Kala Zuma menyerahkan diri, rangkaian kerusuhan mulai meletus. Aparat Afsel mendata 118 penjarahan, pembakaran, dan unjuk rasa di sejumlah lokasi. Setidaknya 2.550 orang ditangkap gara-gara rangkaian insiden itu.
Ramaphosa menuding, rangkaian kerusuhan itu disengaja, terkoordinasi, dan merupakan serangan pada demokrasi Afsel. ”Menggunakan alasan keprihatian politik, mereka di belakang (kerusuhan) ini mencoba memprovokasi pemberontakan massa. Meski kerusakan di mana-mana, percobaan pemberontakan gagal mendapat dukungan,” katanya.
Ia memastikan, seluruh pihak yang bertanggung jawab atas rangkaian kerusuhan itu akan ditangkap. ”Mereka akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya,” katanya.
Beberapa jam selepas pernyataan Ramaphosa, seorang sekutu Zuma mendatangi kantor polisi. Bersama 11 orang lain, pria bernama Thulani Dlomo itu dituding berperan penting dalam menghasut kerusuhan. Sebelum ke kantor polisi, Dlomo berkali-kali menyangkal terlibat kerusuhan belakangan ini.
Dlomo merupakan mantan Kepala Bidang Antiteror pada Badan Keamanan Negara (SSA) Afsel. Ia dikenal sebagai salah satu mata-mata senior Afsel. Kala Zuma berkuasa, ia direkrut menjadi salah satu penasihat utama. SSA memberhentikan Dlomo karena tidak kembali ke kantor setelah bertugas di Jepang beberapa tahun sejak 2017.
Terus protes
Terpisah, Duduzane Zuma menuding pemerintah yang bertanggung jawab atas kerusuhan beberapa hari ini. Salah satu putra Jacob Zuma itu menyebut, penanganan pandemi Covid-19, kesulitan ekonomi, dan penahanan ayahnya memicu protes. ”Kalau protes, lakukan secara bertanggung jawab,” katanya.
Secara terbuka, ia mengajak warga terus berunjuk rasa sampai ayahnya dibebaskan. Ia juga mengajak warga protes atas kekacauan penanganan Covid-19 dan kesulitan ekonomi. Hal-hal merupakan tanggung jawab pemerintah.
Ramaphosa mengakui, penanganan pandemi sangat menantang. Jumlah kasus baru terus bertambah dan vaksin sangat terbatas. ”Kerusuhan bisa membuat jumlah kasus bertambah,” katanya.
Perekonomian pun diakui memburuk sejak Afsel terhantam pandemi. Karena itu, Pretoria akan segera membagikan bantuan sosial dalam bentuk kupon makanan, paket makanan, dan uang tunai. Ramaphosa tidak menyebutkan kapan pembagian akan dilakukan.
Ia juga memerintahkan pengerahan 25.000 tentara ke KwaZulu Natal, Gauteng, dan sejumlah lokasi lain yang terdampak kerusuhan. Kini, 10.000 tentara sudah berada di lokasi-lokasi itu. Sementara sisanya akan menyusul sampai Minggu malam.
Tentara dan polisi telah mengerahkan unit khusus untuk memburu para perusuh dan aktor intelektual kerusuhan. Aparat juga berkoordinasi dengan pelaku usaha untuk memastikan pasokan aneka kebutuhan warga kembali lancar.
Ketua Parlemen Afsel Moloto Mothapo menyebut bahwa tambahan pasukan akan bekerja sampai 12 Agustus 2021. Untuk itu, dibutuhkan biaya hingga 165 juta rand.
Sebelumnya, Kepala Operasi Polisi Afsel Mayor Jenderal Leon Rabie menyebut, kepolisian menghabiskan 350 juta rand untuk menangani kerusuhan di sejumlah lokasi. Dengan demikian, penanganan kerusuhan sudah menghabiskan 515 juta rand atau 35 juta dollar AS. Berbagai pihak di Afsel masih menghitung kerugian yang ditimbulkan dari penjarahan dan perusakan di beragam lokasi. (AFP/REUTERS)