Kena Sanksi, Mastercard Tak Bisa Tambah Nasabah di India
Akibat melanggar ketentuan penyimpanan data, Mastercard dilarang menambah nasabah baru per 22 Juli 2021. Padahal perusahaan itu telah berinvestasi senilai 2 miliar dollar Amerika Serikat di India sejak 2014.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
NEW DELHI, RABU – Bank sentral India, Reserve Bank of India atau RBI, melarang Mastercard menambah pelanggan baru di India. Sanksi ini dijatuhkan karena raksasa jasa pembayaran global itu melanggar aturan soal penyimpanan data.
Sanksi yang akan mulai berlaku per 22 Juli itu berupa larangan kepada Mastercard untuk menerbitkan kartu debit, kredit, maupun prabayar. Ini berlaku sampai tenggat waktu yang tidak terbatas.
Mastercard dinyatakan telah melanggar surat edaran yang dikeluarkan oleh RBI pada April 2018. Surat itu pada intinya mewajibkan semua data pembayaran disimpan secara eksklusif di India. Tujuannya agar regulator keuangan di India dapat mengawasi sekaligus memiliki akses tanpa batas ke detail transaksi para nasabah perusahaan jasa pembayaran swasta yang beroperasi di India.
Perusahaan jasa pembayaran global lain, seperti American Express dan Diners Club International, juga telah dilarang oleh RBI untuk menerbitkan kartu baru kepada nasabah mulai Mei lalu karena alasan yang sama. Sanksi juga berlaku tanpa tenggat waktu. Sebelumnya, perusahaan-perusahaan penyedia layanan pembayaran global itu telah melobi RBI. Alasannya adalah kenaikan biaya.
"Terlepas dari waktu yang cukup lama dan kesempatan yang memadai yang telah diberikan, entitas (Mastercard) ditemukan tidak mematuhi petunjuk Penyimpanan Data Sistem Pembayaran," kata RBI dalam pernyataan tertulis, Rabu (14/7/2021).
Sejumlah warga berlalu-lalang di depan sebuah kantor bank yang tutup selama pemogokan dua hari di Mumbai, India, pada 22 Agustus 2012. Pemogokan nasional dua hari digelar bank-bank di negara itu untuk memrotes proposal reformasi sektor perbankan.
Kepada nasabah Mastercard lama maupun terhadap layanan Mastercard, RBI menegaskan, sanksi tidak akan memengaruhi operasional yang selama ini berjalan. Artinya, nasabah lama tetap bisa menggunakan jasa Mastercard seperti biasanya.
Menurut perusahaan teknologi pembayaran yang berbasis di London, PPRO, India menyumbang 33 persen dari seluruh pembayaran melalui Mastercard secara global per tahun. Sementara berdasarkan analisis Reuters terhadap daftar kartu pembayaran dari 11 bank domestik dan asing di India, Mastercard menyumbang sekitar sepertiga dari sekitar 100 kartu debit yang ditawarkan. Lebih dari 75 varian kartu kredit menggunakan jaringan Mastercard.
India menyumbang 33 persen dari seluruh pembayaran melalui Mastercard secara global per tahun.
Manajemen Mastercard menyatakan kecewa dengan keputusan RBI tersebut dan akan bekerja untuk menyelesaikan masalah tersebut. "Ini konsisten dengan investasi kami yang besar dan berkelanjutan pada pelanggan dan mitra kami di India guna memajukan visi pemerintah, India Digital," kata Mastercard dalam sebuah pernyataan pada Kamis.
Keputusan tersebut menjadi pukulan berat bagi Mastercard, yang menempatkan India sebagai salah satu pasar utama. Pada 2019, Mastercard mengatakan optimistis dengan usahanya di India. Perusahaan itu kala itu mengumumkan investasi 1 miliar dollar Amerika Serikat (AS) selama lima tahun ke depan, setelah menginvestasikan modal dengan jumlah serupa pada periode 2014-2019. Mastercard juga memiliki pusat penelitian dan teknologi di India dengan 4.000 tenaga kerja atau yang terbesar kedua setelah AS, tumbuh dari hanya 29 orang pada 2013.
Sejumlah sumber di India, Kamis (15/7/2021), mengatakan, keputusan RBI itu menimbulkan keresahan di sektor keuangan. Penawaran kartu perbankan dikhawatirkan terganggu dan akhirnya akan memukul pendapatan, pembayaran, dan industri perbankan secara umum.
Meskipun nasabah lama tidak akan terpengaruh, dampak bisnis atas larangan RBI akan signifikan. Sebab, bank perlu menandatangani kesepakatan komersial baru dengan jaringan perusahaan-perusahaan yang terkena larangan. Proses itu diperkirakan dapat memakan waktu berbulan-bulan. Integrasi teknologi sebagai bagian dari penyatuan sistem yang digunakan, diperkirakan membutuhkan waktu beberapa pekan.
Seorang eksekutif perbankan di India mengatakan, peralihan ke Visa, misalnya, bisa memakan waktu selama lima bulan. Dan dengan dilarangnya American Express dan Mastercard, Visa mendapatkan keuntungan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam negosiasi di pasar kartu kredit yang sudah dikuasainya.
"Ini berarti gangguan sementara bagi bank, banyak negosiasi padat dan kerugian bisnis dalam jangka pendek," kata seorang bankir senior India.
Penggunaan kartu kredit dan debit di India terus meningkat. Pada Mei 2021, data RBI menunjukkan, terdapat lebih dari 62 juta kartu kredit dan sekitar 902 juta kartu debit yang digunakan warga di India. Transaksi dari dua jenis layanan keuangan tersebut mencapai 40,4 miliar dollar AS. (AFP/REUTERS/BEN)