Tersangka Pembunuh Presiden Haiti Pernah Jadi Informan Pemerintah AS
Salah satu tersangka pembunuh Presiden Haiti Jovenel Moise pernah menjadi informan Badan Penanggulangan Obat-obatan Terlarang Amerika Serikat.
Oleh
Luki Aulia
·5 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Salah satu warga Haiti-Amerika, tersangka pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise, yang sudah tertangkap, selama ini pernah menjadi informan Badan Penanggulangan Obat-obatan Terlarang atau The Drug Enforcement Administration (DEA)Amerika Serikat. Pada pekan lalu, ada dua tersangka warga Haiti-Amerika, yakni Joseph Vincent (55) dan James Solages (35), yang ditangkap bersama dengan 26 tersangka berkewarganegaraan Kolombia.
Salah seorang sumber di DEA yang tidak mau disebutkan namanya, Senin (12/7/2021), tak mau memastikan, apakah Vincent atau Solages yang menjadi informan DEA. ”Tersangka menghubungi DEA setelah pembunuhan, dan DEA meminta dia menyerahkan diri. Tetapi, orang-orang ini tidak bertindak atas nama DEA,” tulis sumber itu melalui surat elektronik kepada kantor berita Reuters.
DEA adalah lembaga pemerintah federal AS di bawah Departemen Kehakiman yang bertugas menanggulangi masalah obat-obatan terlarang dan peredarannya di wilayah AS.
Namun, ada sumber lain menyebutkan bahwa salah seorang tersangka yang menjadi informan DEA itu tidak sedang bekerja menjadi informan pada saat pembunuhan. Sumber yang mengetahui proses penyelidikan pembunuhan itu mengatakan, Solages dan Vincent mengaku mereka bekerja sebagai penerjemah yang membantu unit komando Kolombia menangkap Moise.
Namun, menurut pengakuan para tersangka, setibanya mereka di kediaman Moise, Moise ditemukan sudah tak bernyawa.
Di situs badan amal yang dikelola Solages, ia mendeskripsikan dirinya sebagai agen diplomatik dan mantan kepala komandan pengawal pribadi untuk Kedutaan Besar Kanada di Haiti. Namun, informasi itu dihapus pada Kamis lalu.
Harian The Miami Herald, mengutip seorang pejabat Pemerintah AS, mengatakan bahwa Solages pernah bekerja sebentar pada perusahaan keamanan bagi Kedubes Kanada di Haiti pada tahun 2010.
Selain kedua warga Haiti-Amerika itu, ada warga Haiti-Amerika ketiga, yakni Christian Emmanuel Sanon (62), yang ditangkap aparat kepolisian Haiti, Minggu lalu. Sanon diduga mendalangi pembunuhan Moise.
Bantu Haiti
Departemen Kehakiman AS akan membantu menyelidiki kasus pembunuhan Moise dan tidak menutup kemungkinan mengirimkan pasukan AS atas permintaan Haiti. Selain mencari para pelaku, AS juga akan menyelidiki, apakah terjadi pelanggaran terhadap hukum AS.
”Para pemimpin politik harus bersama-sama melakukan ini dan AS akan terus membantu,” kata Presiden AS Joe Biden.
Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, menjelaskan bahwa delegasi dari Departemen Kehakiman, Departemen Keamanan Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, dan Dewan Keamanan Nasional yang datang ke Haiti, Minggu, melaporkan situasi keamanan dan politik Haiti tidak stabil pascapembunuhan Moise. ”Masa depan kepemimpinan politik Haiti tidak jelas. Permintaan Haiti agar AS mengirimkan pasukan AS juga masih dikaji,” ujarnya.
Sampai sejauh ini belum diketahui motif di balik pembunuhan Moise dan dalang sebenarnya di baliknya. Penangkapan Sanon membuat misteri pembunuhan Moise kian pelik. Selama ini Sanon tidak dikenal di lingkup politik Haiti. Teman-temannya curiga, ia hanya dijadikan kambing hitam oleh orang-orang yang mendalangi pembunuhan Moise.
Namun, Kepala Kepolisian Nasional Haiti Léon Charles meyakini para pembunuh Moise melindungi Sanon. Charles mengatakan, pihaknya menemukan topi berlogo DEA, 20 kotak peluru, bagian-bagian dari pistol, empat plat nomor dari Republik Dominika, dua mobil, dan surat-surat di rumah Sanon di Haiti. Masih ada lima buronan yang dicari dan tiga buronan tewas. ”Mereka orang-orang yang berbahaya, anggota komando khusus,” ujar Charles.
Sementara itu, Kepala Kepolisian Kolombia Jorge Luis Vargas mengatakan, perusahaan keamanan CTU yang berbasis di Florida membelikan 19 tiket pesawat dari Bogota ke Santo Domingo bagi para tersangka Kolombia. Sebagian tiba di Republik Dominika pada Juni lalu, kemudian masuk ke Haiti sepekan kemudian.
Kepala Keamanan di Istana Nasional Haiti Dimitri Hérard, diketahui terbang ke Kolombia, Ekuador, dan Panama beberapa bulan sebelum pembunuhan Moise. Kini, kepolisian Kolombia tengah menyelidiki, apakah Herard terlibat merekrut para pelaku.
Charles menjelaskan, Sanon berkomunikasi dengan CTU Security dan perusahaan itu yang merekrut para pelaku. Sanon terbang ke Haiti pada Juni dengan memakai pesawat jet pribadi ditemani beberapa orang yang diduga para pelaku. Misi awal para tersangka sebenarnya melindungi Sanon, tetapi kemudian mereka mendapatkan perintah baru, yakni menahan Moise. ”Setelah pembunuhan, salah seorang tersangka menelepon Sanon,” ujarnya.
Seorang teman Sanon menjelaskan, ia dan Sanon menghadiri pertemuan di Florida dan bertemu dengan sejumlah orang, termasuk Antonio Enmanuel Intriago Valera, imigran Venezueala di Miami yang mengelola CTU Security. Dalam pertemuan itu, Sanon mempresentasikan rencana membangun sistem air bersih Haiti, mengubah sampah menjadi energi, dan memperbaiki jalan-jalan. Sanon bahkan sempat bertanya, kenapa tim keamanan yang mendampinginya saat di Haiti adalah semua orang Kolombia.
Sanon diberitahu bahwa warga Haiti tidak bisa dipercaya karena banyak yang korup. Sanon menelepon temannya itu dari Haiti beberapa hari sebelum pembunuhan. Waktu itu, Sanon mengatakan, para pengawalnya yang dari Kolombia itu menghilang. "Saya sekarang sendirian. Siapa orang-orang itu? Saya tidak tahu apa yang mereka lakukan," kata Sanon kepada temannya.
Sanon selama ini tinggal di Broward, Florida, dan Hillsborough, AS. Ia juga pernah tinggal di Kansas City, Missouri. Ia mengajukan diri bangkrut di Florida pada 2013 dan mengidentifikasikan dirinya sebagai dokter. Tetapi, tidak ada bukti izin praktik dokternya. I
Ia juga pernah mengaku menjadi pastor di Tabarre Evangelical Tabernacle di Haiti. Sanon juga mengaku memiliki stasiun radio di Haiti, ikut mengelola organisasi non pemerintah, Organization of Rome Haiti, dan memiliki klinik kesehatan di Haiti dan Republik Dominika.
Sanon disebutkan memulai puluhan bisnis sejak 20 tahun lalu, dan semuanya gagal. Dalam rekaman video di Youtube pada 2011, Sanon pernah mengecam kepemimpinan Haiti yang korup dan menguras kekayaan Haiti. Ia juga mengatakan kekayaan uranium, minyak, dan lain-lain yang dimiliki Haiti sudah dikuras oknum pemerintah.
”Sembilan juta orang tidak mungkin miskin jika punya kekayaan sebanyak itu. Butuh pemimpin baru untuk mengubah hidup," kata Sanon di video itu. (REUTERS/AP)