Gelombang Keempat, Korsel Terapkan Pembatasan Maksimum Selama Dua Pekan
Korea Selatan tengah mengalami gelombang ke-4 kasus Covid-19 menyusul pelonggaran protokol kesehatan. Guna mengatasinya, pemerintah akan menerapkan pembatasan sosial secara maksimum selama dua pekan mulai Senin (7/7).
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
SEOUL, JUMAT — Korea Selatan akan menerapkan pembatasan dan karantina wilayah pada level maksimum selama dua pekan mulai Senin (12/7/2021). Ini berlaku di Seoul dan sejumlah kota terdekat lainnya.
Langkah ini diambil menyusul lonjakan kasus harian Covid-19 yang terus memuncak pada Kamis (8/7/2021). Ini sekaligus merupakan gelombang keempat pandemi di negara itu. Jumlah kasus bahkan dikhawatirkan akan meningkat dua kali lipat pada akhir Juli mendatang.
Laporan terakhir menunjukkan, 1.316 kasus Covid-19 baru tercatat pada Kamis saja. Sehari sebelumnya, Rabu, 1.275 kasus. Lonjakan ini terjadi beberapa hari setelah Korea Selatan (Korsel) mulai melonggarkan pembatasan jarak sosial seiring dengan percepatan program vaksinasi.
Perdana Menteri Korsel Kim Boo-kyum, Jumat (9/7/2021), menjelaskan, kebijakan pembatasan yang dimulai pekan depan itu menuntut warga tetap di rumah dan sekolah ditutup. Jika ada pertemuan di luar rumah, dibatasi maksimal dua orang dan maksimal sampai pukul 18.00.
Semua kegiatan yang melibatkan kerumunan dilarang. Bar dan kelab malam juga ditutup. Sementara restoran dan kafe masih boleh buka, tetapi jumlah kursi dibatasi dan hanya boleh melayani pesanan dibawa pulang setelah pukul 22.00.
Gelombang keempat pandemi Covid-19 ini, menurut Kim, menyebar sangat cepat, terutama pada warga berusia 20-an dan 30-an tahun yang belum divaksin.
Kim mengimbau warga pada usia itu agar segera vaksin atau melakukan tes Covid-19 untuk melindungi diri, keluarga, teman, sekolah, dan bangsa. ”Kalau dalam dua atau tiga hari ini situasinya tidak terkontrol, tidak ada pilihan lain kecuali memberlakukan pembatasan paling ketat,” ujarnya.
Juru bicara Presiden Korsel Moon Jae-in, Park Kyung-mae, Rabu, mengatakan, Presiden telah memerintahkan militer untuk membantu pelacakan kontak dan membuka tempat-tempat tes Covid-19 tambahan di kawasan padat penduduk.
Kebijakan memperketat kembali pembatasan ini menunda rencana Korsel membuka diri sepenuhnya. Sebelumnya, pemerintah melonggarkan kebijakan pembatasan pergerakan di sebagian daerah pada 1 Juli.
Wali Kota Seoul Oh Se-hoon meminta pemerintah pusat memperluas program vaksinasi pada anak muda karena bisa memperkuat imunitas komunal. Alasannya, sekitar 85 persen kasus Covid-19 yang baru di wilayah metropolitan Seoul.
”Meski tingkat penularan relatif turun pada warga usia di atas 60 tahun, masih terjadi penularan di kelompok orang yang belum divaksin,” kata Kim Tark, pengamat penyakit menular di Soonchunhyang University Bucheon Hospital, Korsel.
Sementara itu, realisasi program vaksinasi di Korsel sampai saat ini baru sekitar 10 persen dari 52 juta jiwa penduduk Korsel. Dari yang sudah divaksin, 30 persen baru menerima satu dosis dan mayoritas berusia 60 tahun ke atas. Asosiasi Medis Korea meminta pemerintah untuk tidak terburu-buru melonggarkan kebijakan pembatasan karena banyak orang belum divaksin.
Korsel sudah menerima 700.000 dosis vaksin Pfizer/BioNTech dari Israel dan 627.000 dosis yang dibeli secara langsung. Program vaksinasi akan dimulai lagi pada 13 Juli mendatang. Program percepatan vaksinasi terbukti membantu menurunkan tingkat kematian Korsel sampai 1,25 persen. Jumlah kasus harian terparah pada Rabu lalu adalah 155 atau lebih rendah dari rekor tahun lalu, yakni 311 kasus pada akhir Desember.
Total jumlah kasus Covid-19 di Korsel mencapai 162.753 kasus. Sebanyak 2.033 kasus diantaranya berakhir dengan kematian. Menurut Kementerian Kesehatan Korsel, kasus varian Delta terus meningkat, dari sekitar 30 kasus pada tiga pekan lalu menjadi 150 kasus pada pekan lalu. (REUTERS/LUK)