Simbol terbesar penarikan AS dan koalisinya ketika Pangkalan Udara Bagram dikosongkan. Pada Senin, belasan kendaraan bekas tentara AS dan koalisinya ditinggalkan di Bagram bersama aneka benda lain.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
KABUL, SELASA — Sejumlah negara membatasi aktivitas perwakilan diplomatiknya di Afghanistan karena alasan keamanan. Negara-negara di sekitar Afghanistan siaga pada pemburukan keadaan di Afgahistan setelah pasukan internasional mundur dari sana.
Rusia, Pakistan, Iran, dan India dilaporkan membatasi kegiatan konsulat mereka di Provinsi Balkh. Di provinsi itu, pasukan pemerintah terus dikalahkan milisi Afghanistan. Dalam pernyataan pada Senin (5/7/2021), juru bicara Pemerintah Provinsi Balkh, Farhad Azimi, memastikan kompleks konsulat akan dilindungi. ”Sepertinya mereka khawatir atas situasi terbaru dan memutuskan membatasi kegiatan. Beberapa menyatakan kegiatan konsulat akan dialihkan ke kedutaan besar di Kabul,” ujarnya.
Dalam pernyataan resmi Moskwa, konsulat di Balkh memang dihentikan operasinya untuk sementara waktu karena situasi memburuk di sana. ”Keadaan tidak stabil. Tentara Afghanistan menyerah di banyak distrik. Hal itu memicu kecemasan. Banyak konsulat menghentikan sementara waktu aktivitasnya,” kata utusan khusus Rusia untuk Afghanistan, Zamir Kabulov.
Sementara Pakistan menyangkal penutupan konsulat di Balkh ditutup karena alasan keamanan. Penghentian aktivitas karena alasan penyebaran Covid-19 di Afghanistan. Sementara waktu, kedutaan dan konsulat Pakistan di Afghanistan tidak menerbitkan visa dalam bentuk dokumen fisik. Layanan visa hanya secara daring dan dokumen yang dikeluarkan dalam bentuk dokumen elektronik.
Turki juga dilaporkan menghentikan operasi konsulat di Balkh. Bahkan, diplomat Turki dilaporkan sudah meninggalkan Balkh. Adapun Uzbekistan, Tajikistan, Iran, dan India membatasi operasi konsulat ke tahap amat minimal.
Pengungsian
Situasi Balkh yang memburuk tidak hanya membuat warga sipil mengungsi. Lebih dari 1.000 tentara Afghanistan lari ke Tajikistan setelah Taliban menguasai beberapa distrik di Balk dan Badakhshan.
Pemerintah Tajikistan mereka masuk karena alasan kemanusiaan. Di sisi lain, Tajikistan juga memperkuat penjagaan perbatasan. Presiden Tajikistan Emomali Rakhmon memerintahkan 20.000 pasukan cadangan diaktifkan dan disiagakan di perbatasan Afghanistan dan Tajikistan.
Rakhmon juga membahas situasi Afghanistan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam pernyataan resmi kantor kepresidenan Tajikistan, Putin disebut siap membantu Tajikistan menjaga perbatasannya.
Ada Moskwa menegaskan, situasi di Afghanistan sangat memprihatinkan. Meski demikian, Mokswa belum berencana mengerahkan pasukan ke sana. ”Kami telah sampaikan berulang kali, setelah penarikan pasukan Amerika Serikat dan koalisinya, keadaan di negara itu sangat kami perhatikan. Kami terus memantau keadaan, yang sayangnya, terus memburuk,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
AS dan koalisinya memutuskan keluar Afghanistan setelah menduduki negara itu 20 tahun terakhir. Simbol terbesar penarikan AS dan koalisinya ketika Pangkalan Udara Bagram dikosongkan. Pada Senin, belasan kendaraan bekas tentara AS dan koalisinya ditinggalkan di Bagram bersama aneka benda lain. Barak-barak bekas mereka mulai diisi oleh tentara Afghanistan.
Panglima Afghanistan di Bagram, Jenderal Asadullah Kohistani, mengatakan, pasukannnya akan bisa mempertahankan pangkalan itu. Apalagi, pangkalan itu sudah diperkuat dan dilengkapi aneka peralatan perang. Radar pangkalan itu masih berfungsi dan sudah dioperasikan oleh tentara Afghanistan.
Masalahnya, pangkalan itu juga menjadi lokasi penahanan ribuan orang. Sebagian dari tahanan diketahui milisi atau simpatisan Afghanistan. Mereka diduga akan berusaha dibebaskan oleh Taliban.
Selama ini, Bagram menyediakan operasi udara yang sangat mendukung pasukan Afghanistan memerangi milisi Taliban. Tanpa sokongan serangan udara AS dan koalisinya, pasukan Afghanistan praktis tidak berdaya menghadapi Taliban.
Ketidakberdayaan pasukan pemerintah membuat Kabul mengajak warga membentuk milisi untuk menghadapi Taliban. Sejumlah pihak khawatir, pembentukan milisi warga malah memperburuk keadaan.
Ajakan itu bisa membuat panglima perang lokal kembali menguat dan membuka peluang perang saudara kembali pecah. Sebab, panglima perang lokal malah bisa saling memerangi untuk memperluas wilayah masing-masing.
Di tengah kekhawatiran atas pemulihan kekuasaan mereka, Taliban membuat sejumlah pernyataan. Mereka menyebut akan menghormati hak perempuan sesuai dengan hukum Islam. Masalahnya, tafsir Islam oleh Taliban dipandang terlampau keras dan menghasilkan kekerasan terhadap perempuan dan kelompok minoritas.
Selain soal perempuan, Taliban juga menyatakan akan melanjutkan perundingan damai dengan Pemerintah Afghanistan dalam beberapa hari ke depan. Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan, proses itu mungkin bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan. ”Meski kami menang di mana-mana, kami sangat serius berunding,” ujarnya. (AFP/REUTERS/RAZ)