Pengetatan di Mana-mana akibat Galur Delta Merajalela
Sejumlah negara di Asia memberlakukan pengetatan wilayah dan kegiatan akibat merajalelanya virus korona baru galur Delta. Australia juga akan mengurangi jumlah kedatangan orang dari luar negeri.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·4 menit baca
SEOUL, JUMAT — Korea Selatan mengalami kenaikan kasus positif Covid-19, Jumat (2/6/2021). Angka untuk satu hari ini setara dengan 80 persen jumlah kasus pada pekan lalu. Selain menggenjot proses imunisasi Covid-19, pemerintah meminta agar masyarakat tetap waspada dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
”Semua orang yang sudah disuntik vaksin Covid-19 tetap wajib memakai masker. Kumpul-kumpul, baik di dalam maupun di luar ruangan, juga dilarang. Pemerintah akan mengkaji kembali aturan pelonggaran yang telah kita tetapkan sejak bulan lalu,” kata Perdana Menteri Korea Selatan Kim Boo-kyum, seperti dikutip kantor berita Yonhap.
Pada Jumat ini, tercatat 826 kasus positif baru. Apabila dihitung dengan jumlah kasus sejak awal pandemi Covid-19 pada Maret 2020, jumlahnya 158.549 kasus dengan 2.024 kematian. Mayoritas kasus baru ini adalah penularan lokal yang terjadi di kawasan Seoul Raya.
Kim mengatakan akan menggenjot proses imunisasi Covid-19. Dari 53 juta penduduk Negeri Ginseng ini, sebanyak 10 persen sudah menerima dosis lengkap dan 19,9 persen baru menerima satu dosis. Rencananya per Agustus nanti ada 20 juta penduduk telah menerima imunisasi lengkap.
Korea Selatan menggunakan vaksin AstraZeneca, Moderna, dan Pfizer-BioNTech. Mereka juga mulai mengenalkan vaksin Janssen yang hanya membutuhkan satu kali suntikan sehingga bisa menghemat waktu.
Di Australia, Perdana Menteri Scott Morrison mengumumkan akan mengurangi jumlah kedatangan orang dari luar negeri. Di mana-mana di benua tersebut sedang dilakukan pengetatan, bahkan lockdown seperti di Sydney dan Brisbane, akibat meningkatnya kasus Covid-19. Kluster Pantai Bondi di Sydney yang terdeteksi pada 16 Juni, misalnya, kini memiliki 188 kasus.
Sebagai gambaran, jumlah kedatangan orang dari luar negeri ke Australia sebelum pandemi sebanyak 260.000 orang setiap pekan. Ketika pandemi terjadi, Australia menutup semua perbatasannya selama Maret-Juli 2020. Setelah itu, karena angka kasus positif relatif kecil, pemerintah federal melonggarkan aturan ini. Bahkan, gelembung perjalanan juga dibuka kembali dengan Selandia Baru.
Dalam pelonggaran itu, Australia mengizinkan 6.000 orang dari luar negeri datang setiap pekan. Kini, akibat lonjakan kasus, hanya 3.000 orang boleh memasuki negara itu setiap pekan. Morrison mengatakan aturan efektif berlaku mulai 14 Juli.
Selain itu, Australia mengakui kesulitan mengajak warganya agar mau diimunisasi Covid-19. Sejak Maret 2020, jumlah kasus positif sebanyak 31.000 orang dari 26 juta penduduk. Angka kematian mencapai 910 jiwa. Adapun jumlah orang yang telah diimunisasi kurang dari 8 persen.
”Kesuksesan kami menangani pandemi di gelombang pertama menjadi senjata makan tuan karena masyarakat tidak melihat vaksin Covid-19 sebagai hal penting. Padahal, adanya jenis virus Delta tidak bisa ditangani dengan gaya hidup sehat dan menjaga jarak saja,” papar Morrison.
Dilansir dari Sydney Morning Herald, epidemiolog Universitas Melbourne, Tony Blakeley, menjelaskan, Australia harus mengetatkan protokol kesehatan. Di negara ini, memakai masker tidak wajib apabila warga bisa menjaga jarak 1,5 meter. Jika warga berada di tempat yang tidak memungkinkan jarak ini tercukupi, baru diimbau memakai masker.
”Sekarang walaupun kita sudah divaksinasi, tetap tidak bisa gegabah. Semestinya memakai masker menjadi protokol kesehatan yang wajib,” ujarnya.
Di Myanmar, pemerintahan junta militer menerapkan lockdown di Mandalay dan sekitarnya. Sebanyak 2 juta orang dilarang keluar rumah. Apabila ada keperluan mendesak seperti belanja kebutuhan sehari-hari, hanya satu orang dari setiap rumah yang diizinkan keluar. Tidak ada keterangan lama waktu karantina ini berlaku.
Myanmar menghadapi permasalahan penanganan pandemi Covid-19. Pada Kamis (1/7/2021) tercatat 1.500 kasus baru. Total di negara ini tercatat 3.347 kematian akibat Covid-19 meskipun berbagai lembaga kesehatan di dalam dan di luar negeri yakin angka sesungguhnya lebih tinggi.
Negeri ini menerima 1,5 juta dosis vaksin dari India pada awal tahun 2021. Setelah itu, junta juga memesan 2 juta dosis vaksin dari Rusia dan sekarang dalam tahap negosiasi dengan China. Tidak ada keterangan jenis vaksin serta jumlah penduduk yang telah menerima imunisasi. Penanganan pandemi terkendala karena banyak tenaga kesehatan yang mengikuti protes antijunta.
Negara yang tidak menerapkan pengetatan adalah Thailand meskipun ada kenaikan 6.087 kasus positif pada 1 Juli. Pada hari yang sama, 61 orang meninggal akibat Covid-19. Jumlahnya lebih tinggi dibandingkan tanggal 30 Juni, yaitu 57 kematian. Total sejak pandemi dihitung, Thailand memiliki 270.921 kasus positif dan 2.141 kematian.
Meskipun demikian, pemerintah tidak memberlakukan pembatasan apa pun. ”Langkah yang sekarang kami nilai sudah cukup baik. Kalau ada karantina wilayah, nanti warga malah stres,” kata Sekretaris Umum Keamanan Nasional Thailand Jenderal Natthapol Nakpanich kepada harian Bangkok Post. (AFP/AP/REUTERS)