Efikasi 48 Persen, CureVac Optimistis terhadap Manfaat Vaksin bagi Pasien Gejala Ringan
CureVac optimistis, vaksin buatan mereka bisa dimanfaatkan untuk orang-orang dari kelompok usia 18-60 tahun dengan gejala Covid-19 ringan atau penyintas Covid-19 dengan gejala ringan hingga menengah.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
TUEBINGEN, KAMIS — Vaksin Covid-19 merek CVnCoV buatan perusahaan farmasi Jerman, CureVac, hanya menunjukkan tingkat efikasi 48 persen dalam uji klinis tahap akhir. Selain mengakibatkan saham perusahaan turun, hal itu juga menyebabkan sejumlah negara Uni Eropa berencana mempertimbangkan ulang keputusan memesan vaksin merek ini. Meskipun demikian, perusahaan CureVac tetap optimistis bahwa vaksin produksi mereka masih bisa digunakan.
Hasil uji klinis tersebut disampaikan Direktur CureVac, Franz-Werner Haas, kepada Badan Obat-obatan Eropa (EMA) pada Rabu (30/6/2021). Vaksin CVnCoV diujicobakan kepada 40.000 orang dewasa dari 10 negara di Eropa, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.
Menurut Haas, rendahnya efikasi ini ialah CVnCoV dikembangkan ketika virus SARS-CoV-2 masih asli dari Wuhan dan belum mengalami mutasi menjadi berbagai galur, seperti Alfa, Beta, Gamma, Delta, dan Kappa seperti sekarang.
CVnCoV adalah vaksin Covid-19 yang memakai teknologi dasar mRNA, sama seperti vaksin buatan Pfizer-BioNTech dan Moderna. Akan tetapi, kedua vaksin ini memiliki efikasi berkisar 90-95 persen sehingga menjadi pilihan bagi negara-negara maju. ”Efikasi vaksin kami ini rendah di kalangan pasien dengan galur-galur hasil mutasi atau mereka yang memiliki gejala Covid-19 parah,” tutur Haas.
Namun, lanjut Haas, di kalangan pasien berusia 18-60 tahun dengan gejala Covid-19 ringan, efikasi CVnCoV menunjukkan tingkat hingga 77 persen. Oleh sebab itu, CureVac masih optimistis bahwa vaksin ini tetap bisa dimanfaatkan bagi orang-orang dari kelompok usia tersebut atau penyintas Covid-19 dengan gejala ringan hingga menengah.
Kelebihan
Selain itu, meskipun berbasis mRNA, vaksin CVnCoV juga memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan Pfizer-BioNtech dan Moderna. Apabila satu dosis imunisasi Covid-19 Pfizer membutuhkan 30 mikrogram dan Moderna 100 mikrogram, CVnCoV hanya membutuhkan 12 mikrogram. Artinya, satu ampul vaksin bisa untuk menyuntik banyak orang.
Vaksin ini juga bisa disimpan di kulkas biasa. Berbeda dengan Pfizer dan Moderna yang membutuhkan suhu beku. ”CVnCoV jauh lebih ekonomis bagi negara-negara berkembang karena tidak membutuhkan cara penyimpanan khusus dan lebih mudah untuk disebarluaskan ke tempat-tempat terpencil,” papar Haas.
Saat ini CureVac tengah menunggu keputusan EMA terkait pemberian izin edar atau justru penghentian produksi CVnCoV. Perusahaan ini juga sedang mengembangkan vaksin Covid-19 jenis baru. Uji klinis vaksin jenis baru itu akan dilakukan pada akhir 2021. Sejauh ini, saham perusahaan turun 10 persen.
Sejumlah negara juga memikirkan kembali kontrak pembelian vaksin mereka dengan CureVac. Uni Eropa pada November 2020 telah membayar lunas pesanan untuk 405 juta dosis CVnCoV. Adapun Inggris pada Februari 2021 memesan 50 juta dosis.
Lembaga penelitian kesehatan Jerman, Institut Robert Koch, mengusulkan kepada pemerintah negara tersebut agar senantiasa memastikan ketersediaan vaksin Covid-19 berbasis mRNA. Vaksin jenis ini dinilai lebih mudah beradaptasi terhadap mutasi virus korona. Harganya memang mahal, tetapi bisa diperlakukan sebagai investasi kesehatan.
Kementerian Kesehatan Jerman awal pekan ini mengeluarkan keterangan resmi bahwa mereka mengucurkan dana 3,9 miliar euro untuk membeli 204 juta dosis vaksin. Mereka membeli vaksin Covid-19 buatan Pfizer-BioNTech, Moderna, Johnson and Johnson, Sanofi, Novavax, dan Valneva. (AFP/REUTERS)