Indonesia Kembali Catat Surplus Perdagangan dengan Swiss
Kinerja perdagangan Indonesia-Swiss mencatatkan capaian positif. Indonesia kembali meraih surplus perdagangan dengan salah satu negara makmur di dunia itu.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·3 menit baca
BERN, SELASA — Krisis kesehatan akibat pandemi Covid-19 masih menjadi tantangan global. Dalam situasi tersebut, kinerja ekspor Indonesia masih tetap menggeliat. Dalam pernyataan pers yang diterima Selasa (29/6/2021) dari Kedutaan Besar RI di Bern, Swiss, disebutkan, Indonesia berhasil mencatatkan surplus perdagangan dengan Swiss.
Mengutip Swiss Federal Customs Administration (FCA), KBRI Bern menyebutkan, total nilai ekspor Indonesia ke Swiss pada periode Januari-Mei 2021 sebesar 782 juta dollar AS. Sementara nilai impor Indonesia dari Swiss sebesar 159 juta dollar AS. Dengan demikian, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan dengan Swiss. Besaran surplus itu mencapai 623 juta dollar AS selama periode lima bulan pertama tahun 2021.
”Ini adalah berita baik. Meskipun perdagangan dunia cenderung menurun, Indonesia masih bisa mempertahankan nilai surplus perdagangan dengan Swiss. Kita berharap semoga ke depan nilai surplus perdagangan Indonesia ke Swiss tetap bertahan,” ujar Duta Besar RI untuk Swiss dan Liechstentein Muliaman Hadad.
Sejumlah komoditas ekspor, seperti mesin turbin dan suku cadang, mebel, dan minyak atsiri, menjadi motor pendongkrak nilai ekspor Indonesia. Ketiganya mengalami peningkatan pada periode Januari-Mei 2021 dibandingkan tahun 2020 pada periode yang sama.
”Minyak atsiri (HS 3301.29) naik satu peringkat pada periode Januari-Mei tahun 2021, dari peringkat ke-9 pada tahun 2020 menjadi peringkat ke-8. Nilai ekspor Indonesia untuk komoditas minyak atsiri pada periode Januari-Mei 2021 tercatat senilai 8,1 juta dollar AS, sedangkan untuk periode yang sama tahun 2020 senilai 5,2 juta dollar AS,” tulis pernyataan pers KBRI Bern.
Komoditas lain yang juga menjadi andalan Indonesia adalah perhiasan atau logam mulia, alas kaki, produk tekstil bukan rajutan, produk tekstil rajutan, elektronik, serta kimia organik.
Surplus tersebut memperlihatkan bahwa kinerja perdagangan Indonesia mengalami penguatan, terutama pada Mei 2021, setelah pada bulan-bulan sebelumnya sempat menurun. Dinamika perdagangan itu tidak lepas dari lesunya perekonomian global yang terempas pandemi, tak terkecuali negara sekuat Swiss.
Menurut Kementerian Koordinator Perekonomian Swiss (SECO), pertumbuhan ekonomi Swiss mengalami penurunan 0,5 persen pada triwulan I tahun 2021 setelah sempat tumbuh 0,1 persen pada triwulan IV tahun 2020. Sektor perdagangan secara keseluruhan mengalami kontraksi sebesar 4,8 persen pada tahun 2021.
Dalam pernyataan pers itu disebutkan, perkembangan positif di sektor perdagangan tersebut diharapkan dapat menjadi modal utama dalam upaya pemulihan ekonomi bagi kedua negara.
”Sinyal baik dari perdagangan Indonesia yang terus meningkat dengan Swiss nantinya akan semakin terdorong dengan implementasi IE-CEPA. Para pengusaha dan stakeholders terkait, baik di Indonesia maupun Swiss, dapat mengambil manfaat dari perjanjian ini,” kata Muliaman.
Indonesia telah meratifikasi perjanjian Indonesia-EFTA CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement between the Republic of Indonesia and the European Free Trade Association States). Saat ini Swiss masih dalam proses ratifikasi perjanjian setelah melewati proses referendum terkait dengan sawit.
”Indonesia-EFTA CEPA (IE-CEPA) merupakan perjanjian penting. Diharapkan melalui perjanjian ini, peluang semakin terbuka untuk akses pasar perdagangan barang, jasa, dan investasi sehingga akan semakin mendorong penguatan kerja sama ekonomi bilateral Indonesia-Swiss. Dikutip dari laman EFTA, Swiss merupakan negara pengimpor tertinggi dari Indonesia dibandingkan dengan negara EFTA lainnya, yaitu lebih dari 65 persen total impor negara EFTA dari Indonesia,” tulis pernyataan pers KBRI Bern.
Seiring dengan itu, KBRI Bern terus aktif melakukan pendekatan kepada sejumlah pihak terkait untuk berdialog dan menyosialisasikan manfaat IE-CEPA. Sejumlah pertemuan telah digelar, di antaranya dengan pengusaha restoran, warung kopi, dan pengusaha di bidang jasa, serta pengusaha lainnya, terkait rencana pembentukan trading house. (*)