Hasil referendum Swiss memutuskan untuk mempertahankan IE-CEPA. Oleh karena itu, Indonesia perlu serius menguatkan upaya-upaya keberlanjutan dalam kegiatan ekonomi untuk menyukseskan kemitraan dalam kerangka IE-CEPA.
Oleh
M Paschalia Judith J
·4 menit baca
HUMAS PTPN IV
Pekerja di salah satu kebun kelapa sawit PTPN IV, September 2020.
JAKARTA, KOMPAS — Hasil referendum Swiss memutuskan untuk mempertahankan Kerja Sama Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dengan Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa atau IE-CEPA. Keputusan ini dinilai perlu dibarengi dengan penguatan penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan tata kelola produksi kelapa sawit dan turunannya lantaran menjadi sorotan selama referendum Swiss berlangsung.
Swiss menggelar referendum terhadap kelanjutan IE-CEPA, Minggu (7/3/2021). Sebanyak 51,6 persen masyarakat Swiss mendukung implementasi perjanjian IE-CEPA yang telah ditandatangani pada Desember 2018 setelah melalui perundingan yang berlangsung selama delapan tahun dengan 15 putaran.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, hasil referendum tersebut menunjukkan kampanye negatif yang dilancarkan terhadap komoditas kelapa sawit tidak mendapatkan dukungan dari publik Swiss. ”Artinya, terdapat pengakuan internasional terhadap konsistensi dan komitmen Indonesia dalam menjalankan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan,” ujarnya melalui siaran pers yang diterima, Senin (8/3/2021).
Selain itu, hasil referendum ini memberikan sinyal positif kepada dunia di tengah pandemi Covid-19. Perjanjian kemitraan dapat menjadi pilihan terbaik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Proses ratifikasi IE-CEPA di Swiss menghadapi tantangan penolakan berupa petisi dari salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM). Penolakan itu menuduh komoditas kelapa sawit Indonesia merusak lingkungan. Sesuai hukum yang berlaku di Swiss, ratifikasi perjanjian perlu memperoleh persetujuan publik melalui referendum.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Pingkan Audrine Kosijungan, menilai, penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam sektor pertanian yang paling disorot dunia, khususnya negara-negara Eropa, ialah kelapa sawit dan produk olahannya. Hal ini hendaknya menjadi masukan yang perlu diperhatikan pemerintah.
”Kalau kita memikirkan nasib para petani kelapa sawit dan mereka yang bergantung pada industri terkait, masukan ini sangat layak untuk dipertimbangkan untuk menjaga kelangsungan komoditas dan memperluas jangkauan pasarnya,” tuturnya.
Penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam sektor pertanian yang paling disorot dunia, khususnya negara-negara Eropa, ialah kelapa sawit dan produk olahannya.
KOMPAS/RONY ARIYANTO NUGROHO
Akses jalan umum di sekitar lahan perkebunan kelapa sawit milik PTPN VII di wilayah perbatasan Desa Sukaraksa dan Desa Cigudeg, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang akan menjadi salah satu tempat relokasi pemukiman warga terdampak longsor, Selasa (28/1/2020).
Pingkan berpendapat, Indonesia perlu serius menguatkan upaya-upaya keberlanjutan dalam kegiatan ekonomi untuk menyukseskan kemitraan dalam kerangka IE-CEPA. Praktik-praktik keberlanjutan tersebut meliputi metode budidaya tanaman dengan cara-cara ramah lingkungan serta memperhatikan unsur kelestarian alam dan menjauhkan tata kelola eksploitatif dalam kegiatan ekonomi terkait. Hal ini penting untuk mendukung kelancaran komoditas Indonesia dalam memasuki dan bersaing di pasar Eropa.
IE-CEPA, lanjutnya, memberikan fasilitas penurunan tarif, salah satunya bagi kelapa sawit Indonesia. Dengan demikian, kemitraan ini turut mendorong Indonesia dalam meningkatkan standar dan praktik keberlanjutan yang tertuang dalam Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) yang menjadi perhatian bagi Swiss serta menjadi faktor utama diadakannya referendum yang baru saja terjadi.
”Jika ingin mengoptimalkan manfaat perjanjian dan meningkatkan ekspor ke pasar EFTA, Indonesia perlu terus menunjukkan komitmennya dalam menguatkan praktik keberlanjutan dan perhatian pada aspek lingkungan,” katanya.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat, IE-CEPA akan membuat produk-produk Indonesia mendapatkan akses pasar berupa konsesi penghapusan dan pengurangan tarif sehingga akan lebih kompetitif ke pasar EFTA. Indonesia akan memperoleh penghapusan 7.042 pos tarif di Swiss dan Liechtenstein, 6.338 pos tarif di Norwegia, dan 8.100 pos tarif di Eslandia.
Seorang pekerja kebun PT Ramajaya Pramukti sedang merapikan janjang kosong yang diletakkan di sela-sela tanaman kelapa sawit pada Rabu (2/10/2019). Janjang kosong merupakan limbah pengolahan CPO yang dapat berfungsi meningkatkan hara tanah dan mengurangi pemakaian pupuk.
Dalam sambungan telepon dengan Head of Federal Department of Economic Affairs, Education and Research Swiss Guy Parmelin, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi membahas rencana kerja sama di bidang keberlanjutan atau sustainability. Wujudnya berupa Indonesia-Swiss Economic Cooperation and Development Programme 2021-2024 yang salah satunya berfokus pada rantai nilai yang berkelanjutan.
Lutfi juga menyampaikan, Indonesia siap bermitra dalam meningkatkan perdagangan dan investasi di bawah payung IE-CEPA yang mengakui semangat kerja sama, saling menghargai, dan saling menguntungkan, salah satunya untuk produk andalan Indonesia, minyak sawit dan turunannya.
”Referendum ini memiliki makna khusus bagi Indonesia dan Swiss untuk memastikan agar perdagangan yang terbuka dan adil menjadi pilar dalam perjanjian dagang. Swiss adalah mitra dagang dan ekonomi penting bagi Indonesia, begitu juga sebaliknya. Perdagangan kedua negara akan makin meningkat lagi,” tuturnya melalui siaran pers yang diterima, Senin.
Chairman Swiss-Indonesia Chamber of Commerce (SwissCham Indonesia) Chris Bendi berpendapat, hasil referendum menunjukkan keinginan Swiss untuk memperkuat relasi dengan Indonesia. ”Kami akan menyambutnya dengan memperkuat dan membuka peluang kolaborasi bisnis antarkedua negara,” katanya melalui siaran pers yang ada di laman resmi SwissCham Indonesia.
Dia memaparkan, IE-CEPA meningkatkan akses pasar dengan menghapus halangan-halangan perdagangan antara negara-negara anggota EFTA dengan Indonesia. Dampaknya, terdapat prospek usaha dan kemitraan di bidang wisata, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), kakao dan minyak kelapa sawit, pendidikan vokasi, industri maritim, serta perikanan. Prospek ini beriringan dengan perlindungan hak kekayaan intelektual.
Presiden Direktur Endress+Hauser Indonesia Henry Chia mengatakan, hasil referendum mempererat relasi komunitas bisnis antara Indonesia dan Swiss. Implementasi IE-CEPA juga menyokong pengembangan ekonomi digital Indonesia.