Joe Biden, Presiden Amerika Serikat, dan Vladimir Putin, Presiden Rusia, akan bertemu di kota Geneva, Swiss, pada Rabu (16/6/2021). Namun, masyarakat global skeptis pertemuan itu melahirkan terobosan baru.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·5 menit baca
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin akan bertemu di kota Geneva, Swiss, pada Rabu (16/6/2021). Lokasi pertemuan kedua pemimpin negara adidaya itu terkenal beberapa kali mewadahi pertemuan mengenai perdamaian dunia. Akan tetapi, masyarakat global skeptis pertemuan Biden-Putin akan melahirkan terobosan baru untuk membenahi hubungan keduanya yang bisa dikatakan terburuk dan kembali seperti situasi Perang Dingin.
Biden dan Putin akan bertemu di Villa La Grange, sebuah bangunan bersejarah yang menghadap Danau Geneva. Di seberangnya terbentang Pegunungan Jura. Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa juga terlihat dari wisma yang indah itu.
Villa Le Grange dibangun pada 1660-an oleh seorang juragan dari Swiss yang bernama Jacques Franconis. Ia kemudian menjual rumah beserta tanahnya kepada bankir Marc Lullin yang membangun beberapa sayap tambahan. Revolusi Perancis yang berakhir pada tahun 1799 membuat keluarga Lullin bangkrut sehingga terpaksa menjual vila kepada juragan kapal, Francois Favre.
Keluarga Favre kemudian membangun perpustakaan Villa Le Grange yang terkenal. Di perpustakaan inilah rencananya Biden dan Putin akan bertemu. Koleksinya ada 150.000 eksemplar dengan buku-buku sastra, bahasa klasik, seni, dan sejarah sebagai kategori yang termasyhur. Pada tahun 1917 vila ini dihibahkan oleh anak cucu Favre kepada pemerintah kota Jenewa dan dibuka untuk umum.
Sejumlah peristiwa bersejarah berlangsung di Villa La Grange. Pada tahun 1864, Konvensi Geneva ditandatangani di sini. Ini adalah perjanjian internasional untuk melindungi para korban peperangan, terlepas asal negaranya. Konvensi ini diprakarsai Komite Palang Merah Internasional. Setelah Perang Dunia I, pada tahun 1921, Palang Merah juga kembali melakukan konvensi di vila ini untuk menguatkan komitmen mereka atas pertolongan kemanusiaan di tengah konflik.
Pada tahun 1969, Paus Paulus IV juga membicarakan perdamaian di Villa La Grange. Di hadapan hadirin, sejumlah 70.000 orang, Sri Paus mengatakan bahwa perdamaian adalah kekuatan manusia. Cara mencapai perdamaian hanya melalui dialog yang terbuka dan bijak.
Bukan bersahabat
Villa La Grange memang sarat dengan sejarah perdamaian dan kemanusiaan. Akan tetapi, para pengamat politik AS dan Rusia meragukan pertemuan antara Biden dan Putin itu akan melantunkan nada persahabatan. Hubungan kedua negara bisa dibilang mendingin. Sejumlah kecaman AS terhadap Rusia antara lain soal ikut campur dalam pemilihan presiden AS 2015 yang memenangkan Donald Trump, penjajahan atas Crimea, dan penahanan Alexei Navalny yang terkenal kritis terhadap Putin.
Apalagi, ini bukan pertemuan pertama kedua pemimpin tersebut. Biden pertama kali bertemu dengan Putin di Kremlin pada tahun 2011. Saat itu, Biden menjalani masa jabatan kedua sebagai wakil presiden AS dan Putin adalah perdana menteri Rusia. Pada masa pemerintahan sebelumnya, Putin mengunjungi AS dan dijamu oleh Presiden George W Bush di kediaman pribadinya. Bahkan, Bush Junior mengajak Putin pergi memancing bersama ayahnya, Presiden George Bush Senior. Kalimat Bush Junior yang terkenal kala itu ialah ”Saya menatap mata Putin dan saya merasa terhubung dengan jiwanya”.
Dalam buku biografi Biden oleh Evan Osnos dikisahkan, ketika Biden bertemu Putin tahun 2011, ia berkata, ”Pak Perdana Menteri, saya menatap mata Anda dan tak melihat ada jiwa di dalamnya.” Menanggapi hal itu, Putin tersenyum dan menjawab, ”Anda dan saya saling memahami.” Bahkan, belum tiga bulan menjabat sebagai presiden, Biden sudah terkenal dengan tanpa tedeng aling-aling memanggil Putin sebagai seorang pembunuh.
Dalam wawancara dengan media NBC News, Putin mengatakan tertarik untuk bertemu dengan Biden. ”Semoga saja dia tidak gegabah seperti Donald Trump,” ujarnya.
Hubungan AS-Rusia menurut para pakar hubungan internasional sedingin masa Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur. Meskipun begitu, di tahun 1985 ketika Presiden AS Ronald Reagan bertemu dengan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev yang diliput oleh 3.500 wartawan untuk membicarakan situasi persaingan nuklir kedua negara, publik mau tidak mau membandingkan pertemuan Biden-Putin dengan Reagan-Gorbachev.
Media menulis pertemuan dilakukan di Villa Fleur d’Eau di tengah suatu hari kelabu di musim dingin. Bahkan, salah satu pengawal lokasi ada yang pingsan karena kedinginan. Ketika kedua pemimpin bertemu, tampak gaya yang berbeda. Gorbachev dan delegasi Soviet yang kaku berbaris teratur. Di sisi lain, rombongan AS tampak santai dan tidak pakai barisan.
Reagan dan Gorbachev bersalaman selama tujuh detik, bahkan Reagan pun menepuk-nepuk bahu Gorbachev. Media mengatakan karakter Reagan yang tumbuh di wilayah California yang santai dan minim petatah-petitih sangat terlihat. Pertemuan itu tidak menghasilkan perjanjian apa pun, tetapi menjadi perintis pertemuan kedua negara berikutnya sampai memiliki hubungan diplomatis yang cukup bersahabat.
Pertanyaannya, apakah pertemuan Biden dengan Putin juga akan menghasilkan sejarah yang penting? Pengamat politik independen dari Rusia, Marsha Lipman, berpendapat, setidaknya kedua negara sama-sama menyetujui Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) terkait sanksi nuklir untuk Iran.
Sementara itu, pofesor kajian Rusia dari Universitas College London, Mark Galeotti, mengatakan bahwa Rusia adalah pihak yang diuntungkan dari pertemuan ini. Bagi Putin, hal terpenting ialah gengsi Rusia di mata dunia. Rusia berbeda dengan China, Turki, ataupun Korea Utara yang sama-sama memiliki hubungan sulit dengan AS, tetapi masih membutuhkan hal-hal tertentu dari ”Negara Paman Sam”.
Rusia di sisi lain memiliki kekuatan untuk memecah belah Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa. Bahkan, adanya sanksi ekonomi dari AS membuat Rusia mengancam akan keluar dari Stasiun Luar Angkasa Internasional tahun 2025. Jika terjadi, besar kemungkinan Rusia akan bersekutu dengan China untuk mengembangkan ekspansi antariksa mereka.
”Fakta bahwa Biden yang mengajak Putin untuk bertemu bagi Kremlin sudah menunjukkan mereka diakui sebagai kekuatan global. Ini dianggap kemenangan oleh mereka,” kata Galeotti. (AFP/AP)