Membaca Arah Kebijakan The Fed di Tengah Tsunami Dana Tunai
Pertemuan The Fed, 15-16 Juni 2021, dinilai sebagai peristiwa paling penting bagi pelaku pasar keuangan pada bulan ini. Selain itu, pasar juga menantikan rilis laporan ketenagakerjaan dan indeks harga konsumen.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·5 menit baca
LONDON, KAMIS — Berlimpahnya uang tunai dinilai telah menekan kebijakan suku bunga jangka pendek sekaligus meningkatkan ekspektasi yang perlu direspons oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve atau The Fed, dalam waktu dekat. Pertemuan The Fed pada pertengahan Juni ini pun menjadi perhatian para pelaku pasar keuangan global.
Saat-saat ini diperkirakan terdapat dana cadangan hampir 4 triliun dollar AS. Tsunami dana itu sebagian adalah berkat pembelian aset oleh The Fed, penurunan penerbitan US Treasury, dan penarikan cepat atas dana-dana yang disimpan pemerintah di The Fed. Treasury General Account (TGA) telah turun hampir 1 triliun dollar AS sejak musim gugur lalu. Hal itu tecermin dalam lonjakan cadangan bank. Program TGA menyediakan layanan berupa penerimaan setoran tunai dan cek.
Suku bunga jangka pendek The Fed dinilai relatif berada dalam tekanan dengan kondisi itu. Ekspektasi atas respons The Fed dalam pertemuan pada 15-16 Juni atau bahkan sebelum pertemuan itu pun menyeruak. The Fed diperkirakan bakal menjaga kebijakan suku bunga agar tidak semakin turun mendekati level nol persen.
Situasi ini juga menekan dana pasar uang. Serapan uang yang bertambah terjadi di tengah sedikit pilihan untuk tempat menginvestasikannya. Dinamika itu pun masuk dalam pengamatan secara cermat oleh The Fed. ”Mereka mendapatkan uang tunai, tetapi tidak dapat menemukan tempat yang baik untuk menginvestasikannya,” kata Gennadiy Goldberg, ahli strategi suku bunga AS untuk TD Securities.
Dinamika pasar uang itu telah dibahas para pembuat kebijakan The Fed pada pertemuan terakhir mereka di bulan April. Seorang pejabat senior dari The Fed New York mengungkapkan kemungkinan mereka mempertimbangkan untuk membuat penyesuaian teknis kecil atas suku bunga ”dalam beberapa bulan mendatang”. Hal itu semakin diperlukan jika tekanan penurunan suku bunga berlanjut.
Sejumlah opsi dimiliki bank sentral untuk merespons tekanan yang muncul itu. Termasuk di antaranya adalah dengan mengangkat bunga yang dibayarkan pada kelebihan cadangan (IOER), yang saat ini berada di level 0,10 persen dan hanya tersedia untuk bank. The Fed juga bisa menaikkan suku bunga fasilitas yang menyerap banyak uang ekstra: reverse repurchase agreements atau reverse repost, yang terbuka untuk lembaga-lembaga nonbank, seperti dana pasar uang.
Namun, sejumlah analis mengatakan, The Fed mungkin perlu berbuat lebih banyak dengan meningkatkan suku bunga dari nol persen. Mungkin besarannya bisa menaikkan 2-3 basis poin atau bahkan lebih besar dan khas, 5 basis poin. Penyesuaian apa pun untuk membalikkan repo atau IOER dapat terjadi pada pertemuan Juni atau sebelumnya, kata para analis.
Namun, sejumlah analis mengatakan, The Fed mungkin perlu berbuat lebih banyak dengan meningkatkan suku bunga dari nol persen. Mungkin besarannya bisa menaikkan 2-3 basis poin atau bahkan lebih besar dan khas, 5 basis poin.
Banyak bank, yang tidak mau mengakumulasi simpanan lagi, lebih memilih menyalurkan sebagian dari kelebihan cadangan mereka ke dana pasar uang. Namun, dengan suku bunga yang diperkirakan akan tetap rendah di masa mendatang, banyak pihak kesulitan menemukan cara yang aman untuk menginvestasikan uang tunai yang terus bertambah sekaligus menghindari kerugian bagi investor. Meskipun mereka dapat membebaskan biaya, pihak penyedia dana masih memiliki biaya berlebih yang harus ditanggung.
”Pada titik tertentu dana ini akan ditekan demi tingkat profitabilitas juga,” kata Steven Kelly, peneliti dari Program Stabilitas Keuangan di Yale School of Management. ”Perusahaan yang mengambil uang dan menginvestasikannya dengan pengembalian nol persen mungkin kesulitan menutupi pengeluaran mereka.” Maka, menurut dia, sejumlah biaya dana pada akhirnya mungkin harus ditutup oleh investor baru atau lewat pembayaran yang lebih rendah.
Pasar saham
Di tengah kondisi itu, pasar saham Wall Street diperkirakan dapat mencapai level tertinggi baru pada Juni ini. Namun, hal itu bergantung pada seberapa besar ancaman inflasi dan apakah itu akan mendorong The Fed untuk membahas kebijakan pengetatan. Juni secara historis merupakan bulan yang lemah untuk pasar saham, khususnya jika mengacu pada data selama 20 tahun terakhir.
Namun, lembaga Instinet menunjukkan bahwa Indeks S&P 500 memiliki rekam jejak yang lebih baik baru-baru ini, yakni naik setiap Juni sejak 2016. Selama 20 tahun, rata-rata terjadi penurunan bulanan 0,6 persen dan bergerak turun atau negatif sebanyak 11 kali. Instinet juga mencatat bahwa selama dua dekade, Indeks S&P 500 cenderung lebih tinggi pada paruh pertama bulan sebelum turun ke level terendah multibulan di paruh kedua.
Kekhawatiran terbesar untuk saham adalah inflasi dan data inflasi baru-baru ini lebih tinggi daripada yang diharapkan. Pertemuan The Fed 15-16 Juni dipandang sebagai peristiwa paling penting bagi pelaku pasar keuangan pada bulan ini. Selain itu, pasar juga menantikan rilis laporan ketenagakerjaan sepanjang Mei yang akan diumumkan Jumat (4/6/2021) ini serta indeks harga konsumen setelahnya.
Sejumlah analis mengatakan, indeks-indeks utama bisa mencapai level tertinggi baru, tetapi juga bisa tertekan jika inflasi meningkat dari level yang diharapkan atau The Fed mulai terdengar lebih hawkish, yakni The Fed membuka kemungkinan untuk menaikkan suku bunga atau melakukan kebijakan moneter ketat.
Inflasi adalah pedang bermata dua untuk saham. Di satu sisi, perusahaan yang dapat meneruskan biaya yang lebih tinggi dalam bentuk harga yang lebih tinggi memiliki kekuatan penetapan harga dan dapat membantu pertumbuhan pendapatan. Namun, jika inflasi menjadi terlalu panas, hal itu bisa menggerogoti margin keuntungan. Kondisi itu jika terus meningkat dapat mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga. Kondisi tersebut tentu saja akan meningkatkan biaya pinjaman bagi perusahaan sehingga dapat menekan kinerja mereka. (REUTERS/AFP)