Seiring populernya mata uang kripto, karya digital pun menanjak popularitasnya. Seni rupa, musik, item gim, dan video yang diwakili ”non-fungible token” diperjualbelikan secara daring dengan mata uang kripto.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·7 menit baca
AFP PHOTO /CHRISTIE'S AUCTION HOUSE/HANDOUT
Foto selebaran yang didapatkan pada 10 Maret 2021 dari Balai Lelang Christie’s menunjukkan kolase karya seni digital oleh Beeple yang dijual di New York. Kolase karya seniman Amerika, Beeple, yang juga dikenal sebagai Mike Winkelmann, pionir pasar seni virtual, ini laku terjual seharga 69,3 juta dollar AS.
Seniman digital Sarah Zucker mulai menjual non-fungible token atau NFT karya seninya pada 2019 ketika tidak ada seorang pun di luar komunitas kripto tahu apa itu NFT. Setahun berlalu ia berketetapan menjadikan NFT sebagai sumber pendapatan utamanya. Tahun 2021 belum menginjak separuhnya, Zucker mengaku telah memeroleh uang senilai 274.000 dollar AS dari penjualan karya seni digitalnya.
Menurut catatan Kompas, NFT atau token yang unik dan tidak bisa dipecah menjadi satuan-satuan kecil menjadikannya hanya bisa diperjualbelikan secara keseluruhan. Karena sifat uniknya, token ini hanya satu di dunia dan ditautkan ke dalam sistem teknologi rantai blok (blockchain) sehingga orang tidak mungkin mencuri. Token berada di sistem buku besar yang transparan sehingga ketika beralih kepemilikannya bakal diketahui.
NFT adalah aset digital yang mewakili obyek dunia nyata, seperti seni, musik, item dalam gim, dan video. Mereka dibeli dan dijual secara daring, sering kali dengan mata uang kripto. Mereka umumnya dikodekan dengan perangkat lunak dasar yang sama seperti banyak kripto.
AP Photo/Kin Cheung
Bitcoin kini adalah salah satu mata uang maya yang populer. Tampak salah seorang warga Hong Kong menggunakan bitcoin ATM di Hong Kong, Jumat (8/12/2017).
Umumnya NFT dibangun di rantai blok Ethereum yang di dalamnya ada mata uang kripto bernama Ether. Mata uang ini menempati kapitalisasi pasar kedua terbesar di dunia setelah bitcoin. Di dalam rantai blok ini, semua aset digital bisa ditokenkan sehingga memunculkan produk-produk unik, seperti karya seni rupa, komik, kata mutiara, video, dan musik. Untuk menikmatinya, digunakanlah token itu.
NFT sedang naik daun seiring berkibarnya perdagangan mata uang kripto di tengah pandemi Covid-19. Laporan CNBC menyebutkan transaksi miliaran dollar AS atas NFT sudah terjadi tahun ini.
NFT sedang naik daun seiring berkibarnya perdagangan mata uang kripto di tengah pandemi Covid-19. Laporan CNBC menyebutkan, transaksi miliaran dollar AS atas NFT sudah terjadi tahun ini. Selebritas, mulai dari atlet, seperti pemain NFL Rob Gronkowski, hingga musisi seperti Shawn Mendes dan eksekutif seperti Elon Musk dari Tesla, telah mengambil peran dan memanfaatkan hingar bingar NFT itu.
Pertama kali Ethereum dan NFT muncul di pasar pada 2015. Awalnya NFT lebih banyak digunakan di industri gim. Awal tahun ini, NFT makin banyak diperbincangkan karena beberapa karya seni atau cuitan di Twitter diperjualkan dengan token ini. Salah satunya adalah cuitan pertama CEO Twitter Jack Dorsey. Cuitan pada 22 Maret 2006 berbunyi ”just setting up my twttr” itu laku hingga 2,5 juta dollar AS.
Zucker pertama kali mengetahui tentang potensi atas sesuatu seperti NFT ketika blockchain Ethereum (yang menggerakkan sebagian besar NFT) diluncurkan pada 2015. Sebelumnya, Zucker terutama menjual fotografi seni rupa lewat galeri. Namun, lambat laun ia menyadari bahwa teknologi tersebut suatu hari nanti dapat membantunya menjual seni digital. NFT didokumentasikan dan disertifikasi di blockchain.
Pada tahun 2019, setelah memperhatikan artis lain yang menggunakan NFT, Zucker dengan aneka karya seni digital gaya psychedelic, VHS dan analog, mencetak (atau memverifikasi blockchain) NFT pertamanya di platform SuperRare.
Kompas/Didit Putra Erlangga Rahardjo
Tren untuk memiliki mata uang yang tergolong dalam cryptocurrency, seperti bitcoin, terus tumbuh dewasa ini, selain karena kemudahan untuk mendapatkannya, serta fluktuasi nilainya dalam kurun waktu yang singkat, Senin (22/1/2018). Hanya saja, butuh pengamatan yang jeli serta pemahaman yang baik untuk menghindari sisi buruk dari mata uang, seperti bitcoin ini, agar tidak menderita kerugian.
NFT juga telah menciptakan peluang untuk model bisnis baru yang belum pernah ada sebelumnya. Seniman dapat melampirkan ketentuan ke NFT yang memastikan mereka mendapatkan sebagian dari hasil setiap kali dijual kembali. Itu artinya mereka mendapat manfaat jika nilai karyanya meningkat. Memang, tim sepak bola telah menggunakan klausul kontrak yang serupa saat menjual pemain untuk sementara waktu.
Namun, NFT menghilangkan kebutuhan untuk melacak peningkatan nilai aset dan menerapkan hak tersebut pada setiap penjualan. Platform seni baru, seperti Niio Art, mampu mendemonstrasikan karya digital mereka dengan cara yang sangat sederhana.
Ketika pelanggan meminjam atau membeli karya seni dari platform, mereka dapat menampilkannya di layar dengan pengetahuan bahwa tidak ada masalah dengan hak cipta atau orisinalitas karena NFT dan blockchain memastikan bahwa kepemilikan itu asli.
Dompet digital
Sementara itu, dari sisi kolektor, jika kita ingin memulai koleksi NFT, kita harus memastikan sejumlah hal. Kita perlu mendapatkan dompet digital yang memungkinkan untuk menyimpan NFT dan mata uang kripto. Kita juga mungkin perlu membeli beberapa mata uang kripto itu. Sebut saja Ether, tergantung pada mata uang apa yang diterima penyedia NFT. Kita dapat memilih sejumlah platform, seperti Coinbase, Kraken, eToro dan bahkan PayPal dan Robinhood sekarang.
Arry Yu, Ketua Washington Technology Industry Association Cascadia Blockchain Council, mengingatkan pilihan untuk membeli atau mengoleksi ada sepenuhnya di tangan kita. Mendekati NFT seperti yang kita lakukan pada investasi apa pun sangat disarankan. Lakukan riset, pahami risikonya—termasuk kemungkinan kita bisa kehilangan semua dana investasi kita—dan jika kita memutuskan untuk mengambil risiko itu, maka hal itu kita dapat lanjutkan dengan dosis kehati-hatian yang paripurna.
AFP/ GEOFFROY VAN DER HASSELT
Seorang warga tengah memegang tempat menyimpan uang virtual di La Maison du Bitcoin, Paris, 17 Januari 2018.
”NFT berisiko karena masa depan mereka tidak pasti, dan kita belum memiliki banyak sejarah untuk menilai kinerjanya,” catatnya sebagaimana dikutip Forbes. ”Karena NFT masih sangat baru, mungkin ada baiknya menginvestasikan sejumlah kecil dana untuk mencobanya saat ini.”
Dengan kata lain, berinvestasi di NFT adalah keputusan yang sebagian besar bersifat pribadi. Jika kita memiliki dana nganggur, hal itu mungkin layak untuk dipertimbangkan, khususnya jika sebuah karya memiliki arti tersendiri bagi kita.
Perlu kita ingat, nilai NFT didasarkan sepenuhnya pada kesediaan orang lain untuk membayarnya. Oleh karena itu, permintaan akan mendorong harga dibandingkan dengan indikator fundamental, teknis atau ekonomi. Jika dibandingkan dengan harga saham, misalnya, indikator-indikator itu umumnya dapat memengaruhi harga dan setidaknya secara umum menjadi dasar permintaan investor. Itu artinya NFT bisa saja dijual kembali dengan harga lebih kecil dari saat pembelian. Bahkan, secara ekstrem, kita tidak dapat menjualnya kembali jika memang tidak ada sama sekali yang meminatinya.
Keberlanjutan
Bagaimana dengan isu energi hijau dan keberlanjutan lingkungan hidup seperti halnya yang melingkupi bisnis kripto? Dengan alasan tak ramah lingkungan, Elon Musk melalui akun Twitter beberapa waktu lalu menangguhkan penggunaan bitcoin untuk pembelian produk Tesla Inc, membuat harga mata uang kripto itu terjun bebas.
AFP/BRENDAN SMIALOWSKI
Elon Musk, pendiri SpaceX, saat berbicara dalam acara Satellite 2020 di Washington Convention Center, 9 Maret 2020.
Pakar lingkungan hidup dari Yale University, Ben Soltoff, menilai, NFT mungkin tampak bersinggungan dengan aplikasi keberlanjutan rantai blok karena sebagian besar digunakan untuk penjualan seni saat ini. Namun, seperti halnya rantai blok secara keseluruhan, potensi penggunaannya lambat laun bisa jauh melampaui dari titik awalnya.
”Seni adalah adopsi arus utama pertama dari NFT, tetapi ada banyak contoh orang membangun NFT untuk semua jenis aplikasi yang berbeda,” kata Joshua Bijiak, kepala petugas teknologi Creol, sebuah perusahaan rintisan yang menawarkan kredit karbon berbasis rantai blok sebagaimana dikutip Greenbiz.
NFT membuktikan secara digital seni adalah suatu properti unik dari aset tertentu, dan seni bukanlah satu-satunya aset dengan properti unik. Pada akhirnya dimungkinkan sebuah proses untuk menghasilkan NFT yang terkait dengan barang tertentu. Hal itu akan menunjukkan bauran energi yang tepat yang digunakan pada saat diproduksi, membedakannya dari barang serupa yang diproduksi, bahkan hanya beberapa jam setelah diproduksi.
Seperti banyak solusi rantai blok, masih perlu beberapa proses untuk memasukkan produk fisik ke dalam sistem digital. Namun, banyak aset keberlanjutan sudah diperdagangkan seluruhnya di pasar daring. Misalnya hal-hal yang terkait dengan penyeimbangan karbon. NFT dinilai dapat digunakan untuk mencatat atribut unik dari proyek penggantian kerugian karbon, membantu mengatasi masalah penghitungan ganda.
KOMPAS/PRASETYO EKO P
Tangkapan layar laman Nifty Gateway, marketplace populer untuk menjual NFT, Kamis (18/3/2021).
Untuk lelang NFT terkait iklim baru-baru ini, misalnya, penyelenggara menghasilkan karya unik yang diberi tajuk ”Verra” yang juga merupakan sebuah NFT. Tim di Open Earth Foundation sangat antusias dengan pelelangan karya itu. Karya itu menyoroti janji menggunakan rantai blok, tidak hanya soal bahayanya.
James Bowden, Dosen Teknologi Keuangan pada Universitas Strathclyde bersama rekannya Edward Thomas Jones, dalam The Conversation, mencatat hingar bingar soal NFT saat-saat ini mirip narasinya dengan apa yang melingkupi sekitar melonjaknya saham GameStop dan harga mata uang kripto dogecoin beberapa waktu lalu. Secara lebih makro, keduanya menilai adanya sifat gelembung spekulatif yang disebabkan oleh kelindan stimulus ekonomi di Amerika Serikat, kebosanan pada masa pandemi, hingga tingkat suku bunga yang rendah, ikut memengaruhi kenaikan aset-aset itu.
Meski demikian, kedua sepakat bahwa sejarah juga memberi tahu kita untuk tidak serta-merta menolak NFT sebagai tren yang lewat begitu saja. Sebab, pentingnya inovasi teknologi sering menjadi lebih jelas setelah sebuah kondisi hingar-bingar itu mereda. Banyak komentator menolak masuknya perusahaan teknologi di sekitar gelembung dotcom pada akhir 1990-an dan gelombang pertama antusiasme atas mata uang kripto secara massal pada 2017. Buktinya, paling tidak untuk saat ini, Amazon berkibar dan bitcoin serta aset-aset kripto lainnya muncul. (BENNY D KOESTANTO)