Belarus Bajak Pesawat demi Tangkap Aktivis Oposisi
Dalam perjalanan dari dari Athena, Yunani, menuju ke Vilnius, Lituania, pesawat Ryanair FR4978 dipaksa mendarat di Belarus. Setibanya di darat, seorang aktivis oposisi di Belarus yang jadi penumpang ditahan.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Dalam perjalanan dari Athena, Yunani, menuju Vilnius, Lituania, pesawat maskapai penerbangan Ryanair FR4978 dipaksa berbelok arah dan mendarat di Belarus. Setelah mendarat, seorang penumpang yang merupakan wartawan sekaligus aktivis oposisi di Belarus, Roman Protasevich (26), langsung digelandang polisi.
Kantor berita Belarus, BelTA, menyebutkan, Presiden Belarus Alexander Lukashenko sendiri yang menginstruksikan agar pesawat itu diarahkan ke Minsk. Untuk itu, ia memerintahkan pesawat tempur Mig-29 untuk mengawal Ryanair hingga tiba di bandara Minsk.
Ketika Ryanair FR4978 tinggal 10 kilometer dari perbatasan Vilnius, tiba-tiba pesawat Mig terbang merapat dan menginstruksikan agar pilotberbelok arah ke Minsk, Belarus. Alasannya, terdapat ancaman bom dalam pesawat tersebut.
Namun, setelah seluruh bagian pesawat dan semua penumpang diperiksa, tidak ditemukan bom. Begitu mendarat, aparat kepolisian langsung menahan Roman Protasevich (26), wartawan sekaligus aktivis oposisi di Belarus yang mengasingkan diri ke Polandia. Ia dilaporkan tak ikut naik lagi ke pesawat.
Salah seorang penumpang pesawat, Mantas, menceritakan setelah ada informasi pesawat harus mendarat di Minsk, Protasevich tampak gelisah. Protasevich segera mengambil tas dan mengeluarkan komputer dan telepon selulernya, lalu buru-buru menyerahkannya kepada teman perempuannya.
Presiden Lituania Gitanas Nauseda mengatakan, teman perempuan Protasevich itu juga tidak naik ke pesawat Ryanair lagi dan kemungkinan ikut ditahan bersama Protasevich. Kelompok-kelompok hak asasi manusia menyebutkan sedikitnya 35.000 orang ditahan sejak Agustus lalu dan puluhan di antaranya telah dijatuhi hukuman penjara.
Protasevich merupakan salah satu pendiri layanan berita daring berbasis di Polandia, NEXTA, yang menyiarkan rekaman protes massal terhadap Presiden Lukashenko, tahun lalu. Informasi itu disebarkan melalui aplikasi Telegram saat media asing tak bisa melakukannya. Kini, Protasevich bekerja untuk kanal Telegram bernama Belamova dan masuk dalam daftar ”buronan teroris” di Belarus karena dituduh melakukan ekstremisme, mengorganisasi kerusuhan massal, dan menghasut kebencian sosial. Semua tuduhan itu sudah dibantah.
Aksi unjuk rasa terhadap Lukashenko di Belarus terkait kontroversi hasil pemilu sebenarnya telah mereda beberapa bulan terakhir tetapi otoritas Belarus masih tetap melacak, mengejar, dan menahan siapa saja yang dianggap oposisi. Rakyat Belarus tetap menuntut Lukashenko yang telah berkuasa selama 20 tahun itu mengundurkan diri. Baik Protasevich maupun Stepan Putilo (22), yang juga pendiri NEXTA, terancam hukuman penjara hingga 15 tahun. Layanan berita NEXTA memiliki dua juta pelanggan di Telegram dan dianggap sebagai kanal andalan oposisi yang membantu menggalang pengunjuk rasa.
Unjuk rasa besar-besaran terjadi di Belarus karena oposisi menuding Lukashenko mencurangi pemilihan presiden, Agustus 2020, agar ia terpilih lagi. Namun, tuduhan ini dia bantah. Sejak itu ia mengejar dan menahan siapa saja yang menentangnya.
Tindakan Belarus membelokkan rute Ryanair ke Minsk tersebut mengagetkan semua orang. Tindakan itu dikecam para pemimpin dunia yang menuding hal itu sama saja dengan pembajakan dan tindakan terorisme oleh negara. Uni Eropa (UE) akan mempertimbangkan memberikan sanksi tegas bagi Belarus karena perilaku ilegal dan keterlaluan seperti itu tak bisa dibiarkan. UE, Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada sudah menjatuhkan sanksi pembekuan aset dan larangan visa pada Lukashenko dan 90 pejabat pemerintahannya serta pengusaha yang terkait dengan rezim Lukashenko sejak kontroversi pemilu Belarusia.
Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengecam Pemerintah Belarus yang melakukan tindakan terorisme. Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian mendesak UE untuk segera bertindak. Lituania dan Latvia sudah meminta pesawat-pesawat penerbangan internasional untuk tidak melewati ruang udara Belarus karena tidak aman. Organisasi Penerbangan Sipil Internasional dan badan penerbangan sipil PBB juga menilai pemaksaan pendaratan itu melanggar Konvensi Chicago yang melindungi kedaulatan ruang udara setiap negara.
Menlu AS Antony Blinken mengecam penangkapan Protasevich dan mendesak agar ia segera dibebaskan. Blinken menilai tindakan mengagetkan rezim Lukashenka itu membahayakan nyawa lebih dari 120 penumpang di pesawat itu, termasuk warga AS. ”Media independen merupakan pilar penting yang mendukung penegakan hukum dan komponen penting dalam masyarakat demokrasi,” kata Blinken.
Kecaman pada Belarus bertubi-tubi datang dari Yunani, Lituania, Irlandia, dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang menuntut agar kasus ini segera diselidiki. Pemimpin oposisi Belarus yang kini mengasingkan diri, Sviatlana Tsikhanouskaya, mendesak Organisasi Penerbangan Sipil Internasional untuk segera menyelidiki kasus ini. ”Ini jelas pembajakan yang dilakukan intelijen Belarusia untuk menangkap Pratasevich. Tidak ada seorang pun yang aman saat terbang melewati Belarus,” ujarnya. (REUTERS/AFP/AP)