Akar masalah dalam konflik Israel-Palestina adalah penjajahan Israel atas Palestina. Jika pendudukan Israel tidak diselesaikan, siklus kekerasan akan terus berulang.
Oleh
Kris Mada
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sembari gembira atas gencatan senjata Palestina-Israel, Indonesia mengajak masyarakat internasional untuk fokus ke masalah pokok di sana. Isu utama Palestina-Israel adalah penjajahan.
Palestina-Israel mengumumkan gencatan senjata berlaku mulai Jumat (21/5/2021) dini hari. ”Setelah gencatan senjata dilakukan, harus diberikan tekanan agar negosiasi segera dilakukan untuk menyelesaikan isu mendasarnya,” kata Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi dari New York, Amerika Serikat.
Retno bersama menlu sejumlah negara menghadiri sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membahas masalah Palestina. Kehadiran para menlu di sidang MU PBB pada Kamis malam WIB itu untuk menunjukkan pentingnya isu Palestina bagi sejumlah negara. ”Penjajahan dalam konflik Israel-Palestina adalah isu utama. Sekali lagi saya sampaikan bahwa isu utamanya adalah penjajahan,” katanya.
Pendudukan dan agresi Israel terhadap Palestina tidak hanya harus dikecam. Pendudukan dan agresi juga pelanggaran serius pada hukum internasional. Perundingan Israel-Palestina yang kembali didorong banyak pihak diharapkan membahas masalah pendudukan Israel terhadap Palestina. Jika pendudukan tidak diselesaikan, siklus kekerasan akan terus berulang.
”Kita harus tetap berkomitmen dan bersatu dalam upaya melawan tindakan ilegal Israel (demi) menuju penghentian pendudukan Palestina. Kita harus bertindak sekarang, bersama. Perserikatan Bangsa-Bangsa harus bertindak sekarang,” kata Retno.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga mendorong penyelesaian masalah mendasar pada Palestina-Israel. ”Saya menekankan bahwa pemimpin Palestina dan Israel bertanggung jawab lebih dari sekadar memulihkan ketenangan (dengan) kembali memulai dialog untuk membahas akar konflik. Gaza adalah bagian tidak terpisah dari Palestina masa depan,” ujarnya.
Suara Palestina
Menlu Palestina Riyad al-Maliki juga menyoroti masalah penjajahan kala berpidato di sidang MU PBB semalam. Ia menolak pernyataan Israel soal hak membela diri kala menyerang Gaza.
”Hak apa yang sebenarnya dibahas? Israel adalah penjajah. Menduduki tanah kami, mempersekusi seluruh warga. Israel akan bertanya kepada Anda, apa yang akan lakukan jika rudal menyasar kota Anda. Walakin, Israel lupa bahwa penjajahan mereka yang menjadi akar kekerasan,” tuturnya.
Kepada peserta sidang, Maliki bertanya apa yang akan dilakukan terhadap penjajah. ”Bagaimana mungkin penjajah punya hak membela diri?” ujarnya. Ia mengatakan, Palestina selalu siap mengupayakan perdamaian. Namun, Palestina tidak bisa menanggung harganya sendirian. ”Menjaga perdamaian harus berujung pada berakhirnya pendudukan Israel terhadap Palestina,” katanya.
Di forum yang sama, Menlu Turki Mevlut Cavusoglu menyebut bahwa rangkaian kejadian di kompleks Masjid Al-Aqsa dan Jerusalem Timur memicu pertempuran sekarang. Israel berupaya menggusur warga Palestina di Sheikh Jarrah. ”Pendudukan Israel terus meluas dari tahun ke tahun,” ujarnya seraya menunjukkan peta Palestina dari beberapa periode terpisah.
Selain itu, sejumlah warga Israel sengaja merusak barang dan menyerang warga Palestina. Sementara aparat Israel dengan sengaja menutup akses ke Masjid Al-Aqsa menjelang dan pada bulan Ramadhan. Padahal, Masjid Al-Aqsa adalah tempat suci ketiga bagi Muslim dan Ramadhan waktu penting untuk beribadah.
Puncaknya, Israel menyerang jemaah di dalam masjid. Serangan dilakukan menjelang shalat Subuh di akhir Ramadhan, salah satu waktu ibadah terbaik dalam Islam.
Dalam sejumlah pernyataan, Hamas mengaku sudah meminta Israel untuk menghentikan penggusuran di Jerusalem Timur dan pembatasan akses ke Masjid Al-Aqsa. Hamas mengaku kehabisan kesabaran kala Israel menyerbu jemaah dalam Masjid Al-Aqsa. Setelah penyerbuan itu, Hamas mulai menembakkan roket ke Israel.
Upaya Mesir
Di tengah pertempuran Palestina-Israel, sejumlah pihak mengupayakan gencatan senjata. Presiden AS Joe Biden menyebut Mesir berperan besar dalam perwujudan gencatan senjata setelah 11 hari serangan Israel ke Gaza dan sejumlah lokasi di Tepi Barat. ”Saya berterima kasih kepada Presiden El-Sisi dan pejabat senior Mesir yang berperan penting dalam diplomasi ini,” ujarnya di Washington.
Presiden Mesir Abdel Fatah el-Sisi memang mengirimkan delegasi intelijen ke Tel Aviv dan Gaza untuk mendorong gencatan senjata. Mesir menjadi satu-satunya negara yang saat ini secara faktual bisa mendekati Israel dan semua faksi di Palestina.
Upaya Mesir memungkinkan Palestina-Israel bisa berkomunikasi dan akhirnya menyepakati gencatan senjata. Setelah gencatan senjata, Palestina-Israel baru membahas teknis untuk mempertahankan kondisi itu.
Di sisi lain, Biden kembali menunjukkan dukungan kepada Israel. Setelah gencatan senjata diumumkan, ia menyampaikan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa AS akan membantu Israel melengkapi ulang sistem pertahanan udara Iron Dome. Selama 11 hari, Iron Dome menjadi andalan Israel menangkal roket Hamas. Sistem itu dikembangkan dengan bantuan miliaran dollar AS dari Washington.
Pernyataan Biden menunjukkan dukungan penuh AS pada persenjataan Israel. Kala Biden masih menjadi wakil presiden di masa pemerintahan Barack Obama, AS menyetujui hibah keamanan 38 miliar dollar AS untuk 10 tahun kepada Israel.
Pada April 2021, 330 anggota DPR AS meminta hibah keamanan 3,8 miliar dollar AS per tahun dikucurkan ke Israel tanpa syarat. Padahal, parlemen AS berulang kali menuntut aneka syarat jika ada penjualan produk pertahanan AS ke negara lain. (AP/REUTERS)