Badai di India, 33 Orang Tewas dan 89 Orang Lainnya Hilang
Saat masih berduka akibat Covid-19, pantai barat India diterjang badai terparah dalam beberapa dekade terakhir. Perubahan iklim disinyalir turut memicu tingkat kekuatan badai Tauktae.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
NEW DELHI, RABU — Otoritas India, Rabu (19/5/2021), mengumumkan, sedikitnya 33 orang tewas dan 89 orang hilang akibat diterjang topan Tauktae. Kabar buruk ini menambah kesengsaraan negara itu, yang sedang menderita akibat Covid-19 karena telah merenggut nyawa ribuan orang setiap harinya.
Badai Tauktae menerjang pantai barat India, Selasa (18/5/2021) malam. Para ahli mengatakan, badai dahsyat ini terjadi akibat peningkatan jumlah badai yang lebih besar di Laut Arab. Hal ini merupakan dampak perubahan iklim yang menghangatkan air laut.
Kementerian Pertahanan India menyatakan, sejumlah pesawat dan helikopter telah dikerahkan untuk mencari para korban, Rabu pagi. Satu kapal angkatan laut berhasil menyelamatkan lebih dari 600 orang setelah gelombang setinggi 8 meter menghantam kilang minyak lepas pantai.
Seorang petugas Angkatan Laut India, Alok Anand, mengatakan, 183 orang telah diselamatkan dalam waktu 24 jam. Tiga kapal dan helikopter terlibat dalam operasi ini. Seorang korban selamat melompat ke laut dengan memakai pelampung dan telah dievakuasi oleh personel angkatan laut.
Dilaporkan, para korban hilang adalah para pekerja yang berada di sebuah tongkang milik GAL Constructor. Tongkang berada di lepas pantai Mumbai dan tenggelam setelah tali tambatannya putus. Namun, 35 awak berhasil diselamatkan.
Tongkang memuat para pekerja Oil and Natural Gas Corp, perusahaan minyak mentah dan gas alam terbesar di India. Pihak manajemen perusahaan mengatakan, tongkang membawa pekerja pada pengeboran lepas pantai. Jangkar kapal putus diterjang gelombang.
MK Jha, Komandan Angkatan Laut Wilayah Barat India, mengatakan, laut sangat bergejolak sehingga para korban tidak bisa mencapai rakit penyelamat. Mereka yang selamat tampak stres setelah dihantam gelombang tinggi.
Badai Tauktae berembus dengan kecepatan 185 kilometer per jam. Sebelum mendarat di Negara Bagian Gujarat, hujan deras dan angin kencang telah menewaskan 20 orang di India barat dan selatan.
Begitu mendarat di Gujarat, jumlah korban tewas meningkat menjadi 33 orang. Di antara para korban tewas ada seorang anak tertimpa tembok, seorang nenek (80 tahun) tertimpa tiang, dan seorang gadis remaja tertimpa atap rumah.
”Saya belum pernah mengalami situasi seperti itu sepanjang hidup saya,” kata pemilik hotel di kota Bhavnagar. Angin kencang menghancurkan jendela-jendela hotel yang berada di tepi pantai tersebut. Pohon dan kabel listrik pun roboh.
Media lokal melaporkan, lebih dari 16.500 rumah rusak, 40.000 pohon tumbang, dan hampir 6.000 desa menderita pemadaman listrik. Listrik untuk sekitar 2.100 desa sudah pulih, tetapi ratusan ribu orang masih tanpa listrik, Rabu.
Badai Tauktae merupakan salah satu yang paling kuat dalam beberapa dekade. Sekitar 200.000 orang berada dalam zona berbahaya. Ratusan pasien Covid-19 dievakuasi ke tempat aman. Badai datang saat India berduka karena dalam 24 jam terakhir, 4.529 orang tewas akibat Covid-19.
”Badai ini salah satu yang terkuat yang kami hadapi di India selama beberapa dekade. Setelah berminggu-minggu kekacauan dan kehilangan nyawa yang sangat besar akibat Covid-19, situasi ini benar-benar buruk,” kata Santanu Chakraborty dari badan amal Save the Children.
Chakraborty mengatakan, ribuan anak dan keluarga mereka kehilangan rumah dan mata pencarian. Jalan, jembatan, dan infrastruktur vital rusak diterjang banjir dan longsor yang menyusul hujan lebat. Kondisi itu menekan pemerintah yang sudah rapuh akibat pandemi.
”Laut Arab sebelumnya mengalami lebih sedikit topan parah dibandingkan Teluk Benggala. Kenaikan suhu laut karena pemanasan global telah mengubahnya,” kata Roxy Mathew Koll dari Institut Meteorologi Tropis, India.
Di Nepal, pihak berwenang meminta pendaki gunung untuk turun dari dataran tinggi karena badai dapat menyebabkan cuaca buruk. Ratusan pendaki, pemandu, dan staf berada di sejumlah gunung di Nepal.
Para pendaki mencoba untuk bergerak menuju puncak gunung pada bulan ini, saat cuaca biasanya dalam kondisi paling baik di dataran tinggi. Nepal memiliki delapan dari 14 puncak tertinggi di dunia, termasuk Puncak Everest.
Pada 2014, badai dan longsoran salju yang dipicu oleh topan di India menewaskan 43 orang di pegunungan Nepal. Kematian itu adalah bencana pendakian terburuk di negara Himalaya tersebut. Badai salju menyapu rute trekking Annapurna yang populer dan pejalan kaki tidak siap saat cuaca berubah dengan cepat. (AFP/AP)