Kluster Sekolah Bertambah, Singapura Beralih ke Pembelajaran Jarak Jauh
Singapura menyusul langkah Taiwan menutup sekolah akibat penularan Covid-19 di kalangan anak-anak. Kedua negara dinilai berhasil menangani pandemi, tetapi justru mengalami kenaikan kasus dalam beberapa hari terakhir.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
SINGAPURA, SENIN — Singapura yang selama ini menjadi kisah sukses penanggulangan pandemi Covid-19 di Asia Tenggara mengambil kebijakan menutup sekolah dan kampus mulai 19 Mei 2021. Langkah ini diambil karena munculnya kasus baru harian dalam jumlah paling banyak sepanjang catatan negara tersebut dalam delapan bulan terakhir.
Laman The Straits Times, Senin (17/5/2021), melaporkan munculnya 28 kasus Covid-19 baru, termasuk 21 kasus penularan lokal. Dari kasus penularan lokal, 11 kasus di antaranya tidak terkait kluster apa pun, selebihnya terkait pada kasus infeksi sebelumnya.
Sejumlah kasus baru tersebut menjangkiti anak-anak, diduga terkait kluster sekolah. Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung, Minggu, menjelaskan, penularan Covid-19 ini didominasi galur B1617 yang datang dari India. ”Galur ini mudah sekali menjangkiti anak-anak dan cepat persebarannya,” katanya.
Tercatat ada 18 kasus yang terjadi di sekolah dan kampus, disusul kluster di apartemen, penjara, dan Bandara Changi. Tingginya penularan di sekolah akhirnya membuat pemerintah menutup sekolah mulai Rabu (19/5/2021) sampai 28 Mei walaupun ada kemungkinan perpanjangan waktu jika kasus sukar ditangani.
Menteri Pendidikan Singapura Chan Chung Sin mengatakan, dari pemantauan sejauh ini, para siswa yang positif Covid-19 dalam kondisi yang stabil dan tidak ada komplikasi. Mereka mayoritas berada dalam isolasi mandiri. Pemerintah juga tengah mempertimbangkan kemungkinan memberikan vaksin Covid-19 kepada anak-anak berusia 16 tahun ke bawah.
Apabila dijumlahkan dengan total kasus aktif pada kurun 10-16 Mei, semuanya ada 226 kasus. Total sejak pandemi terjadi pada tahun 2020 Singapura telah mencatat 61.613 kasus penularan virus korona baru. Perkembangan ini mengakibatkan koridor perjalanan atau travel bubble antara Singapura dan Hong Kong ditunda.
Koridor ini awalnya hendak dibuka pada November 2020 karena waktu itu Singapura dan Hong Kong sama-sama wilayah yang mampu mengendalikan pandemi dengan baik. Akan tetapi, pada akhir tahun lalu Hong Kong mengalami lonjakan kasus sehingga koridor batal dibuka. Jadwal berikutnya direncanakan pada 26 Mei 2021. Berdasarkan keterangan Kementerian Transportasi Singapura, kedua wilayah akan mengumumkan keputusan pembukaan koridor atau penundaan labih jauh sebelum 13 Juni.
Langkah Singapura menutup sekolah dan kampus menyusul Taiwan yang juga menutup sekolah-sekolah di Taipei dan kawasan New Taipei City mulai Selasa (28/5) hingga 28 Mei. Taiwan relatif tak banyak terpengaruh selama pandemi tahun lalu, tetapi Senin ini melaporkan 333 kasus lokal baru. Total kasus Covid-19 di Taiwan sebanyak 2.000 kasus.
Taiwan pun tengah menerapkan karantina wilayah akibat adanya 333 kasus baru tersebut dan memasukkan Singapura ke dalam daftar negara yang diwaspadai. Singapura masuk kategori negara dengan risiko menengah, seperti Vietnam, Makau, Selandia Baru, dan Australia. Negara yang dimasukkan ke dalam risiko tinggi adalah Indonesia, India, dan Brasil.
Kasus di Singapura dan Taiwan ini mengejutkan karena sepanjang tahun 2020, keduanya dianggap dunia sebagai anak-anak emas yang berhasil menangani pandemi. Bahkan, di Taiwan sepanjang April-Desember 2020 tidak ada kasus Covid-19 yang berasal dari dalam negeri. Semuanya dibawa oleh orang-orang yang batu tiba dari luar negeri, termasuk tenaga kerja dari Indonesia.
Salah satu penyebab terjadinya penularan, menurut Bloomberg Vaccine Tracker, adalah kelambanan imunisasi Covid-19. Di Singapura, yang berpenduduk 5,7 juta jiwa, baru sepertiga warga yang telah menerima suntikan dosis pertama. Adapun di Taiwan, yang berpenduduk 23,8 juta jiwa, kurang dari 1 persen yang telah diimunisasi. (AFP/Reuters)