Covid-19 dan Konflik Bayangi Kegembiraan Idul Fitri
Perayaan Idul Fitri diwarnai beragam kisah dari sejumlah penjuru dunia. Selain rasa suka selepas menunaikan puasa, pandemi Covid-19 dan konflik memberi warna suram di tengah kegembiraan umat Islam di dunia.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·4 menit baca
RIYADH, KAMIS — Kegembiraan dan duka datang beriringan pada Idul Fitri tahun ini. Konflik di Jalur Gaza dan deraan pandemi menjadi gambar suram, sementara gencatan senjata di Afghanistan dan dibukanya kembali Masjidil Haram di Mekah untuk umat—dalam jumlah terbatas—memberi nuansa suka.
Sejumlah jemaah dengan menggunakan masker tampak memasuki Masjidil Haram untuk mengikuti shalat Id. Sementara itu, di tempat terpisah, di NEOM, Raja Salman bin Abdulaziz menunaikan shalat Id bersama sejumlah kerabat istana. NEOM adalah kawasan yang dikembangkan Arab Saudi untuk mendiversifikasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru.
Sejumlah negara lain, seperti Mesir, Turki, dan Bosnia, juga mengizinkan warga mereka untuk hadir dalam shalat Idul Fitri di masjid-masjid. Akan tetapi, pelonggaran itu dilakukan dengan syarat ketat, yaitu mematuhi protokol kesehatan.
Selain untuk shalat, kegiatan lain juga tetap dibatasi. Pemerintah Turki masih menerapkan pembatasan secara ketat hingga 17 Mei 2021. Pemerintah pun meminta warga untuk tetap tinggal di rumah.
Hal serupa ditegaskan oleh Pemerintah Bosnia. Meskipun ada pelonggaran untuk hadir di masjid, orang tua tetap disarankan untuk tinggal di rumah. ”Kita harus bertanggung jawab mengingat semua batasan epidemiologi ini,” kata Hadis Bajric, warga Sarajevo.
Sementara itu, di Afghanistan, di tengah gencatan senjata selama tiga hari, warga merayakan Idul Fitri dengan rasa gembira. Setelah berminggu-minggu dirundung ketakutan karena maraknya pengeboman di sejumlah kota, kini warga Afghanistan dapat bernapas lebih lega.
”Saya merasa sangat santai dan damai hari ini karena hari raya Idul Fitri dan tidak ada perkelahian,” kata Mirajuddin yang sedang mengunjungi kebun binatang Kabul bersama kelima anaknya, yang semuanya mengenakan pakaian baru.
Akan tetapi, tidak semua negara mengambil kebijakan serupa. Seperti tahun lalu, perayaan Idul Fitri di sejumlah negara mengambil kebijakan lebih berhati-hati karena pandemi Covid-19.
Di Malaysia, untuk menahan laju penularan baru, Perdana Menteri Muhyiddin Yassin mengumumkan pembatasan berskala nasional hingga 7 Juni mendatang. Sebagaimana di Indonesia, kebijakan pembatasan itu, menurut PM Muhyiddin, membuat sebagian warga kecewa bahkan marah.
Akan tetapi, lanjutnya, langkah itu perlu diambil untuk menekan laju penularan. Muhyiddin mengatakan, ruang-ruang perawatan di banyak rumah sakit hampir penuh. Sebagai catatan, pada Rabu lalu, tercatat ada 4.765 kasus baru di Malaysia.
”Bayangkan jika Anda kedatangan tamu, maka virus akan menyebar. Jika Anda mengunjungi 10 rumah, maka 10 keluarga akan tertular Covid-19. Pada akhirnya, segera setelah (Idul Fitri) berakhir, jumlah kasus positif di negara ini bisa melonjak menjadi puluhan ribu setiap hari,” kata Muhyiddin.
Konflik di Palestina
Akan tetapi, rasa gembira yang dirasakan warga Afghanistan dan sejumlah negara lain tidak dirasakan oleh komunitas Muslim di Palestina.
Konflik antara Israel dan Palestina yang dalam seminggu terakhir meningkat telah menelan korban jiwa 83 orang, termasuk 17 anak-anak. Serangan udara Israel—membalas serangan roket Hamas—tak henti-hentinya menyasar Jalur Gaza.
Bila pada tahun-tahun sebelumnya Idul Fitri di Palestina ditandai dengan ramainya warga yang bersilaturahmi, tahun ini ruang udara negeri itu diwarnai dengan gelapnya asap dari ledakan bom-bom udara. Tawa berganti dengan raung tangisan.
”Idul Fitri kali ini berbeda. Idul Fitri tahun ini disertai dengan pengeboman, ketakutan, dan kengerian,” kata Fahd Ramadan (44) yang bergegas menuju kamp pengungsi Khan Younis di Gaza selatan.
Kegundahan yang sama digambarkan oleh Basma al-Farra. Gadis berusia 20 tahun itu berlindung di kamp yang sama. ”Setiap tahun, kami akan berdandan dan melakukan kunjungan. Tahun ini kami tidak akan pergi ke mana pun,” kata Basma.
Eskalasi konflik masih tinggi. Dalam dua hari terakhir roket yang ditembakkan dari arah Gaza dihalau oleh rudal-rudal Israel. Tak hanya itu, Israel pun mengerahkan pesawat-pesawat tempurnya untuk menghantam sejumlah tempat yang diduga menjadi basis pertahanan Hamas.
Di Israel, setidaknya tujuh warga dikabarkan tewas. Komunitas Arab Israel bergabung bersama dengan warga Israel lainnya berlindung di sejumlah tempat. Mereka menghindari serangan roket yang ditembakkan Hamas.
Terkait konflik di Palestina, Raja Salman mengkritik Israel. Menurut laporan Saudi Press Agency, kritik itu disampaikan Raja Salman saat menelepon PM Pakistan Imran Khan. ”Raja menekankan kecaman keras Arab Saudi atas tindakan Israel di Yerusalem dan kekerasan yang dilakukan oleh Israel, serta menegaskan bahwa Kerajaan berdiri di sisi rakyat Palestina,” demikian pernyataan kantor berita itu. (AP/AFP/REUTERS)