Bentrokan Komunitas Arab-Yahudi, Israel Hadapi Situasi Darurat
Konflik internal membayangi Israel ketika eskalasi pertarungan antara Israel dan Palestina terus meningkat.
Oleh
Pascal S Bin Saju
·4 menit baca
TEL AVIV, KAMIS — Eskalasi konflik Israel-Palestina dalam beberapa hari ini sejak Jumat pekan lalu telah memicu ketegangan antara komunitas Yahudi dan Arab di Israel. Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz, Kamis (13/5/2021), memerintahkan ”penguatan besar-besaran” pasukan keamanan untuk meredam kerusuhan di antara dua komunitas tersebut.
”Kami saat ini sedang berada dalam situasi darurat karena kekerasan dan sekarang perlu penguatan pasukan besar-besaran di lapangan. Mereka akan segera diterjunkan untuk menegakkan hukum dan ketertiban,” kata Gantz, seperti dilaporkan Reuters, tentang situasi yang berkembang setelah berhari-hari terjadi baku tembak Israel-Hamas di Gaza.
Kerusuhan terjadi di beberapa wilayah Israel. Sejumlah kantor polisi Israel diserang. Selain itu, sejumlah warga dipukuli. Korban berasal dari komunitas Yahudi dan komunitas Arab.
Ratusan orang melakukan aksi protes di Kafr Kassem, Israel tengah. Kota itu berpenduduk mayoritas warga Arab. Massa membakar ban dan kendaraan polisi.
Otoritas di kota Lod mengumumkan keadaan darurat. Di kota itu, jumlah populasi komunitas Yahudi-Arab hampir seimbang. Di sana seorang penduduk Arab ditembak mati dan sebuah sinagoga dibakar. Situasi ini dikhawatirkan akan terus menjalar luas hingga ke seluruh negeri.
Juru bicara polisi Israel, Micky Rosenfeld, mengatakan, kekerasan berada di titik nadir. Situasi itu belum pernah terjadi selama beberapa dekade terakhir. Polisi terus berusaha meredamnya agar tidak meluas. Hampir 1.000 polisi perbatasan dikerahkan dan lebih dari 400 orang telah ditangkap.
Presiden Israel Reuven Rivlin mengecam penyerangan terhadap sinagoga atau tempat-tempat suci Yahudi. Ia mengecam para pelaku dan mengatakan aparat akan menindak lebih tegas lagi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, ”insiden yang terjadi belakangan ini di kota-kota Israel tidak dapat diterima”. Ia menegaskan, tak boleh ada pembunuhan terhadap orang Arab oleh orang Yahudi atau sebaliknya terhadap orang Yahudi oleh orang Arab.
Israel-Hamas
Angkatan Udara dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah melancarkan beberapa serangan dengan jet tempur. Sejak Operasi Menjaga Tembok (Operation Guardian of the Walls) digelar, Israel telah melancarkan lebih dari 630 serangan ke beberapa lokasi yang diduga terkait Hamas di Gaza, seperti dilaporkan situs The Jerusalem Times, Kamis.
Sementara itu, Hamas telah meluncurkan pesawat nirawak yang sarat dengan bahan peledak ke Israel, hari ini. Setidaknya dua persawat nirawak itu meledak di udara di suatu tempat di Israel tengah.
Serangan pesawat tak berawak itu terjadi ketika lebih dari 100 roket jarak jauh ditembakkan ke arah Tel Aviv, Israel tengah, dan Eilat di selatan, Kamis. Empat orang dilaporkan terluka.
Serangan roket Hamas terjadi saat IDF, atau Tzahal dalam bahasa Ibrani, sedang bersiap untuk invasi darat ke Jalur Gaza.
Rencana untuk serangan darat dijadwalkan akan disampaikan kepada Kepala Staf Letnan Jenderal Aviv Kohavi pada Kamis malam. Jika disetujui, besar kemungkinan akan terjadi perang besar-besaran seperti yang telah dikhawatirkan sebelumnya.
Awal pekan ini Hamas telah memperingatkan Tel Aviv bahwa Israel akan menghadapi pembalasan jika aparat keamanan Israel tidak segera menghentikan kekerasan di dekat kompleks Masjid Al-Aqsa. Eskalasi konflik Israel-Hamas ini dipicu insiden bentrokan di sekitar masjid tersebut. Insiden itu menyebabkan lebih dari 300 orang terluka.
Laporan dari Gaza menyebutkan, sejak Senin tercatat sedikitnya 83 orang tewas, termasuk 17 anak-anak. Lebih dari 480 orang terluka karena pengeboman yang menghantam wilayah pantai yang padat dan merobohkan sejumlah bangunan bertingkat.
Militer Israel mengaku telah menyerang Gaza lebih dari 600 kali. Sementara itu, Hamas telah menembakkan total lebih dari 1.600 roket ke arah Israel. Otoritas penerbangan sipil Israel pun mengalihkan semua penerbangan dari dan ke Bandara Ben Gurion, Tel Aviv, serta dari dan ke Bandara Ramon di Israel selatan.
Organisasi sukarelawan United Hatzalah mengatakan, tujuh orang tewas, termasuk satu anak berusia 6 tahun, di sebuah rumah di Israel selatan. Rumah itu hancur setelah terkena roket. Tidak dijelaskan, serangan roket itu berasal dari pihak mana.
Pertempuran ini merupakan konflik paling intensif dalam tujuh tahun terakhir antara Israel dan Hamas di Gaza. Insiden di kompleks Masjid Al-Aqsa disebut juga disulut oleh kemarahan atas penggusuran keluarga Palestina dari permukiman Sheikh Jarrah di Jerusalem timur.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan telah berbicara dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Dia mendesak agar serangan roket oleh kelompok Islam Hamas dihentikan. Seorang utusan AS untuk Timur Tengah sedang berusaha meredakan ketegangan.
Akan tetapi, upaya itu tampaknya akan sulit terwujud. Pemerintah Israel telah memperingatkan bahwa serangan terhadap Hamas kali ini ”baru permulaan”. Juru bicara IDF, Jonathan Conricus, mengatakan, serangan di Gaza akan terus berlanjut. ”Kami memiliki unit darat yang sedang disiapkan dan sedang dalam tahap persiapan operasi darat,” ujarnya kepada wartawan, Kamis.
Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, juga mengancam akan meningkatkan serangan. Ia memperingatkan, ”jika Israel ingin meningkatkan (serangan), kami siap untuk itu”. (AFP/REUTERS/AP)