Bentrokan Dekat Al-Aqsa, Ratusan Orang Terluka
Dalam tiga hari terakhir, bentrokan kembali terjadi di kompleks Al-Aqsa. Ratusan warga dan aparat terluka. Sejumlah negara menyerukan penghentian kekerasan.
JERUSALEM, SENIN — Bentrokan berdarah antara polisi antihuru-hara Israel dan warga Palestina berulang lagi di dekat kompleks Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Jerusalem, Senin (10/5/2021). Ratusan orang terluka akibat kekerasan lanjutan saat Israel bersiap memeringati Hari Al-Quds.
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, lebih dari 305 warga Palestina terluka, termasuk 228 orang dirawat di rumah sakit. Tujuh orang di antaranya dalam kondisi terluka parah. Polisi Israel mengatakan, 21 personel aparat keamanan terluka, termasuk, tiga orang dirawat. Menurut paramedis Israel, tujuh warga sipil Israel terluka akibat bentrokan di sekitar Al-Aqsa.
Hari Al-Quds dalam bahasa Arab atau Hari Jerusalem menurut Yahudi adalah hari libur nasional Israel untuk memperingati penyatuan kembali kota Jerusalem dan pendirian kedaulatan Israel atas Kota Tua Jerusalem setelah Perang Enam Hari pada Juni 1967. Peringatan itu secara resmi biasanya ditandai oleh upacara negara dan serangkaian acara peringatan.
Sebelumnya, polisi Israel melarang orang Yahudi mengunjungi kompleks Al-Aqsa pada Senin. Sebab, untuk menandai peringatan Hari Jerusalem akan ada parade pengibaran bendera melewati Kota Tua dan kawasan Muslim. Para demonstran merayakan penangkapan dan aneksasi atas Jerusalem timur dalam Perang Arab-Israel, sebutan lain untuk Perang Enam Hari.
Baca juga: Kompleks Masjid Al-Aqsa Kembali Jadi Saksi Kekerasan Israel
Pelarangan pengunjung Yahudi terjadi beberapa jam sebelum dimulainya pawai Hari Jerusalem yang secara luas dianggap oleh warga Palestina sebagai tindakan provokatif dari hegemoni Yahudi atas kota yang diperebutkan itu. Apalagi, pawai tersebut bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, waktu yang paling sensitif bagi Muslim Palestina sehingga memicu bentrokan.
Situs berita The Jerusalem Post melaporkan, kerusuhan pecah di Bukit Bait Suci (Temple Mount)—sebutan orang Yahudi untuk kawasan Masjid Al-Aqsa—Senin pagi. Ratusan warga Palestina menyerang aparat keamanan Israel dengan lemparan batu, kayu, ember, dan rupa-rupa benda keras lain yang dibalas dengan lemparan granat kejut, tembakan gas air mata dan peluru karet.
Firas Dibs, juru bicara otoritas Islam atau Waqf, yang mengelola situs tersebut, mengatakan, puluhan orang terluka. Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan total tujuh cedera berat dari Gerbang Damaskus dan Sheikh Jarrah. Mereka menjalani rawat inap di sebuah rumah sakit di Jerusalem.
Kantor berita AFP melaporkan, ambulans berdatangan untuk mengevakuasi para korban luka dalam insiden bentrokan di pelataran dan sekitar kompleks masjid Al-Aqsa, situs ketiga tersuci menurut Islam di Kota Tua. Kompleks ini menjadi episentrum konflik dan pemicu siklus kekerasan Israel-Palestina di masa lalu.
Bentrokan kemarin itu merupakan lanjutan dari kejadian serupa pada Jumat (7/5/2021) malam. Sedikitnya 200 orang, termasuk belasan polisi, terluka dalam bentrokan usai jemaah Palestina menjalankan Tarawih saat itu. Bulan Sabit Merah Palestina juga melaporkan, bentrokan di sejumlah lingkungan di Jerusalem timur juga menyebabkan lebih dari 100 orang terluka, Sabtu akhir pekan.
Pada Minggu (9/5/2021) malam, warga Palestina yang berjaga-jaga di kompleks masjid itu dilaporkan telah membangun barikade dan mengumpulkan batu. Menurut media Palestina, warga Palestina bersiap untuk ”menghadapi pasukan penjajah”, mengibarkan spanduk hijau di atas masjid Al-Aqsa dan memasang poster pemimpin Israel. Bentrokan pun pecah pada Senin pagi.
Lihat foto: Bentrokan Warga Palestina dengan Petugas Keamanan Israel Berlanjut
Israel berjanji untuk memulihkan ketertiban di Jerusalem setelah ratusan pengunjuk rasa Palestina terluka dalam bentrokan dengan pasukan keamanan Israel. Kompleks masjid Al-Aqsa telah menjadi saksi kekerasan terburuk sejak 2017 karena beberapa persoalan yang sensitif, seperti kasus hukum terkait pengusiran warga Palestina dan pembatasan akses masuk ke Kota Tua.
Pada September 2020 kompleks Al-Aqsa menjadi tempat pecahnya intifadah kedua, yang juga disebut Intifadah Al-Aqsa, yakni kerusuhan besar yang melibatkan warga Palestina dan Israel. Kata intifadhah dalam bahasa Arab yang berarti ’pemberontakan’, yakni perang pembebasan nasional bangsa Palestina terhadap pendudukan Israel.
Intifadah kedua pecah setelah kunjungan mantan oposisi dan pemimpin sayap kanan Israel, Ariel Sharon, ke Al-Aqsa. Kunjungan itu dipandang sebagai provokasi yang menyakitkan oleh warga Palestina.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membela respons aparat Israel terhadap aksi protes dan kerusuhan di Jerusalem timur. ”Kami akan menegakkan hukum dan ketertiban dengan penuh semangat dan bertanggung jawab,” kata Netanyahu menjelang pertemuan kabinet mingguan, sambil berjanji untuk ”menjaga kebebasan beribadah bagi semua agama”.
Indonesia mengecam
Kekerasan aparat Israel di kompleks masjid Al-Aqsa atau Bukit Bait Suci itu telah mendapat kecaman luas, termasuk dari Indonesia. ”Indonesia mengecam dan mengutuk kekerasan Israel itu,” kata Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Abdul Kadir Jailani di Jakarta, kemarin.
Lebih dari itu, menurut Kadir, Indonesia akan melakukan semua langkah apa saja di dunia internasional sesuai prosedur dan koridor internasional. ”Kita akan mendukung, mendorong, dan menggalang komunitas internasional untuk memaksa Israel menghentikan upayanya,” katanya.
Menurut Kadir, Indonesia berada di sisi dan berjuang bersama Palestina. Perlawanan dari warga Palestina kali ini terjadi karena otoritas Israel membatasi pergerakan atau akses warga Palestina untuk masuk di Kota Tua, tempat di mana Masjid Al-Aqsa berada. Hal itu menghalangi jemaah Muslim untuk beribadah di tempat suci ketiga umat Islam tersebut.
Baca juga: Paus Fransiskus Serukan Penghentian Kekerasan di Jerusalem
Selain itu, menurut Kadir, juga terkait keputusan pengadilan Israel atas pengusiran warga Palestina dari permukiman Sheikh Jarrah. Di sana terdapat permukiman Palestina sejak 1948, tetapi diklaim oleh Israel sebagai permukiman milik Yahudi berdasarkan dokumen dari zaman kekaisaran Ottoman Turki sebelum tahun 1917.
”Nah sekarang ini, pada pengadilan tingkat pertana Israel memutuskan Palestina kalah sehingga mereka harus keluar, diusir (dari Sheikh Jarrah),” kata Kadir untuk menjelaskan faktor pemicu bentrokan terbaru selain pembatasan akses ke Kota Tua dan provokasi peringatan Hari Al-Quds.
”Kita tidak bisa menerima ini. Sebab, Jerusalem adalah daerah kependudukan. Kalau daerah kependudukan, Israel tidak bisa menerapkan hukum nasionalnya. Ini bukan terirotirinya. Menurut hukum internasional, ini tidak boleh. Kedua, berbagai resolusi DK PBB sudah menyatakan, pembangunan pemukiman Israel itu harus dihentikan karena memang ilegal,” kata Kadir.
Menurut Kadir, walau Indonesia sudah bukan anggota DK PBB, Indonesia akan memanfaatkan saluran resmi seperti Majelis Umum PBB, Forum Dewan HAM PBB di Geneva, maupun lewat OKI, dan gerakan non-blok. ”Kita akan memanfaatkan jalur dan saluran yang ada,” ujarnya.
Apa yang dilakukan Israel, kata Kadir, adalah suatu upaya yang sistematis di mana kebijakan apartheid dan rasial dijalankan, tidak hanya dilakukan dengan alat militer, tetapi juga birokrasi dan penerapan hukum. ”Ini strategi Israel, bagaimana menggunakan instrumen hukum untuk menerapkan kebijakan apartheid dan rasialis. Indonesia mengecam itu,” katanya.
Empat anggota Kuartet Timur Tengah, yakni AS, Rusia, Uni Eropa, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyatakan ”keprihatinan yang mendalam” atas kekerasan di Jerusalem.
”Otoritas Israel harus menahan diri secara maksimal dan menghormati hak kebebasan berkumpul secara damai,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Baca juga: Palestina Batalkan Pemilu jika Israel Tolak Pemungutan Suara di Jerusalem Timur
Enam negara Arab yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, yakni Mesir, Jordania, Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan, mengecam agresi Israel di Al-Aqsa. Di Jordania, penjaga situs suci Islam dan Kristen Jerusalem, Raja Abdullah II, mengeluarkan pernyataan yang mengecam ”pelanggaran Israel dan praktik eskalasi di masjid suci Al-Aqsa”.
Gerakan Hamas yang mengontrol Jalur Gaza menyuarakan dukungan untuk para pengunjuk rasa Palestina dan berjanji akan membalas tindakan Israel. Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, meminta respons yang kuat dari persatuan Arab dan Muslim terhadap provokasi Israel di kompleks Masjid Al Aqsa. Perlawanan terhadap Israel akan meningkat, kecuali aparat Israel segera keluar dari kompleks Masjid Al-Aqsa.
Dewan Keamanan PBB akan membuat pertemuan tertutup terkait kekerasan di Jerusalem. Para diplomat mengatakan pertemuan itu diminta oleh Tunisia, perwakilan Arab di DK PBB. Kementerian Luar Negeri Jordania Jordania dan Mesir sama-sama memanggil utusan Israel pada Minggu lalu untuk mengajukan protes atas kerusuhan di Al-Aqsa.
Israel menduduki Jerusalem Timur, di mana Masjid Al-Aqsa atau Bukit Bait Suci berada, sejak Perang Arab-Israel tahun 1967. Pada 1980, Israel menganeksasi seluruh kota itu, tindakan yang hingga saat ini tidak pernah diakui oleh komunitas internasional. Indonesia berada di sisi Palestina. (AFP/REUTERS/AP)