Vonis hukuman dalam kasus serupa juga dijatuhkan kepada sejumlah aktivis Hong Kong lain, yakni terhadap Lester Shum (27), Tiffany Yuen (27), dan Janelle Leung (26).
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
HONG KONG, KAMIS — Pengadilan Hong Kong pada Kamis (6/5/2021) menjatuhkan hukuman tambahan 10 bulan kurungan bagi Joshua Wong (24 tahun). Tokoh muda simbol pergerakan warga Hong Kong melawan otoritas itu didakwa bersalah ambil bagian dalam peringatan tragedi Lapangan Tiananmen tahun lalu.
Hakim Stanley Chan menjatuhkan hukuman baru pada Wong dan akan diterapkan setelah hukuman pertama atas Wong selesai dijalani. Wong sudah menjalani hukuman penjara 13,5 bulan karena mengambil bagian dalam protes selama kerusuhan massa tahun 2019. ”Hukuman itu harus mencegah orang atas upaya pelanggaran dan pelanggaran berikutnya di masa depan,” kata Chan.
Vonis hukuman dalam kasus serupa juga dijatuhkan pada sejumlah aktivis Hong Kong lain, yakni Lester Shum (27), Tiffany Yuen (27), dan Janelle Leung (26). Ketiganya bersama Wong memimpin aksi massa dalam peringatan itu tahun lalu. Shum dijatuhi hukuman 6 bulan penjara, adapun Yuen dan Leung divonis masing-masing 4 bulan penjara.
Wong, Shum, dan Yuen juga telah didakwa berdasarkan Undang-Undang Keamanan Nasional baru yang diberlakukan Beijing di Hong Kong pada tahun lalu. Menjelang pembacaan vonis pada Kamis, mereka ditahan dalam penahanan pra-sidang dan menghadapi hukuman penjara seumur hidup jika terbukti bersalah berdasarkan UU keamanan yang baru itu. Terdakwa lainnya, termasuk beberapa aktivis kota yang paling terkemuka—banyak dari mereka juga dipenjara atau ditahan—akan diadili pada akhir musim panas ini.
Hong Kong secara teratur menandai peristiwa penindasan mematikan Beijing tahun 1989 terhadap aksi protes massa di Lapangan Tiananmen dengan peringatan bersama. Umumnya peringatan itu ditandai dengan penyalaan lilin dan diikuti massa dalam jumlah besar. Namun acara itu pada tahun lalu dilarang untuk pertama kalinya. Polisi Hong Kong berdalih kondisi pandemi Covid-19 dan kekhawatiran perihal keamanan menyusul protes besar demokrasi yang mengguncang Hong Kong tahun sebelumnya menjadi alasan pelarangan itu.
Umumnya peringatan itu ditandai dengan penyalaan lilin dan diikuti massa dalam jumlah besar. Namun acara itu pada tahun lalu dilarang untuk pertama kalinya.
Nyatanya puluhan ribu orang menentang larangan tersebut. Mereka justru berkumpul dengan damai di kawasan Victoria Park. Sejak saat itulah, jaksa penuntut mengajukan dakwaan terhadap lebih dari dua lusin aktivis demokrasi terkemuka yang bergabung di acara tersebut. Dakwaan itu adalah dakwaan teraktual dari serangkaian kasus kriminal yang menjerat aktivis-aktivis gerakan pro demokrasi di Hong Kong.
Aksi tahunan terkait peringatan peristiwa tragedi Lapangan Tiananmen yang mengenang para korban penindasan protes pro-demokrasi tahun 1989 menjadi sangat penting di Hong Kong. Ini dirasakan terkait langsung dengan kondisi Hong Kong. Banyak warga Hong Kong merasa marah dan terkekang karena berada di bawah pemerintahan Beijing yang dinilai semakin otoriter.
Keikutsertaan lebih banyak warga Hong Kong dalam peringatan peristiwa tragedi Lapangan Tiananmen terlihat dalam beberapa tahun belakangan. Mereka ikut meneriakkan aneka slogan menentang Beijing, diantaranya ajakan untuk mengakhiri pemerintahan satu partai dan menyerukan demokrasi di China. Tidak ada kejelasan atas kemungkinan otoritas Hong Kong melarang sepenuhnya peringatan tragedi Lapangan Tiananmen itu di Hong Kong selanjutnya setelah pelarangan tahun lalu.
Sejauh ini yang jelas Beijing telah melakukan tindakan keras terhadap para kritikus di kota pusat keuangan itu. Akibatnya adalah sejumlah tokoh oposisi telah ditahan dan dijatuhi hukuman penjara. Beberapa lainnya tengah menghadapi tuntutan hukum dan bahkan ada dari mereka yang memilih melarikan diri ke luar negeri.
Selain hukum keamanan, otoritas Hong Kong juga menggelar kampanye baru yang dijuluki sebagai "patriot memerintah Hong Kong". Lewat kebijakan itu, otoritas setempat akan memastikan setiap orang yang akan memegang jabatan publik di Hong Kong harus diperiksa kesetiaan politiknya terlebih dahulu.
Para pejabat Hong Kong telah mengisyaratkan bahwa acara terkait peringatan tragedi Lapangan Tiananmen tahun ini akan ditolak izinnya. Alasannya masih sama, yakni pertimbangan adanya risiko keamanan maupun risiko kesehatan terkait pandemi Covid-19. Beberapa juga berpendapat bahwa meneriakkan slogan seperti ajakan untuk mengakhiri aturan satu partai dan gelaran aksi secara mandiri bisa masuk kategori ilegal merujuk pada UU Keamanan Nasional. UU itu dapat menjadi dasar untuk menjatuhkan hukuman bagi mereka yang dinilai subversif, mau memisahkan diri, melakukan tindak pidana terorisme dan berkolusi dengan kekuatan asing.
Chow Hang-tung, seorang pengacara dan anggota koalisi yang mengatur malam peringatan tragedi Lapangan Tiananmen, mengkritik hukuman atas peringatan itu pada Wong dan aktivis lain. Ia menilai ada kerancuan yang digunakan sebagai dasar hakim memvonis para terdakwa. "Pengadilan telah gagal menarik garis antara apa yang benar-benar melanggar hukum, yaitu kegiatan kekerasan dan apa yang sepenuhnya berada dalam hak kami, yakni menggelar pertemuan damai," katanya kepada wartawan.
Namun Hakim Chan mengatakan kehadiran keempat terdakwa pada acara tersebut "disengaja, direncanakan dan secara terbuka melanggar hukum." Aksi protes hanya dapat dilanjutkan di Hong Kong dengan izin polisi, sesuatu yang secara rutin dibantah sejak protes 2019 dan kondisi pandemi Covid-19 dalam aksi-aksi massa berikutnya.
Chow mengatakan warga Hong Kong masih akan memperingati hari jadi peringatan tragedi Lapangan Tiananmen. Pelarangan otoritas atas peringatan itu dinilainya tidak menjadi penghalang. "Kami akan menemukan cara untuk memeringatinya dan kami akan menemukan cara untuk melakukannya secara terbuka," katanya. (AFP)