Rudal Israeal menghantam Latakia, kota pelabuhan utama di Suriah, Rabu (5/5/2021). Serangan udara pada pukul 02.00 waktu setempat itu menewaskan satu orang dan melukasi enam warga lainnya.
Oleh
Laraswati Ariadne Anwar
·3 menit baca
DAMASKUS, KAMIS — Rudal Israel menghantam Latakia, kota pelabuhan utama di Suriah, Rabu (5/5/2021). Serangan udara pukul 02.00 waktu setempat itu, menurut media Pemerintah Suriah, menyebabkan seorang warga tewas dan enam orang lainnya luka-luka.
Lakita merupakan kampung halaman Presiden Suriah Bashar al-Assad. Lokasi jatuhnya rudal adalah di sebuah pabrik plastik. Serangan juga dilaporkan menyasar dua kota lainnya di Suriah, yakni Hifa dan Masyaf. Terhadap serangan di ketiga kota tersebut, kekuatan udara Suriah sempat melakukan perlawanan.
Israel sejauh ini belum memberi pernyataan. Dugaan sementara, serangan Israel ke Suriah itu menyasar kelompok-kelompok militer pro-Iran yang beroperasi di Suriah. Salah satunya ialah kelompok Hezbollah dari Lebanon yang merupakan pendukung Iran. Mereka beroperasi di Suriah bagian timur, selatan, dan barat laut.
Keterlibatan Suriah sebagai medan tempur antara Israel dan Iran akibat kedekatannya dengan Iran. Israel tidak menyetujui pembaruan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA). Kesepakatan ini ditandatangani di Vienna, Austria, 14 Juli 2015, oleh Iran, Amerika Serikat (AS), Inggris, Perancis, Rusia, China, dan Jerman.
Isinya adalah bahwa Iran berjanji tidak membuat bom nuklir dalam kurun tertentu dan mengurangi pengayaan uranium. Sebagai balasan, negara-negara Barat dan adidaya berjanji mencabut embargo ekonomi atas Iran.
Pada 2018, AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump mengundurkan diri dari JCPOA dengan alasan terlalu banyak keuntungan yang diperoleh Iran dari perjanjian itu. Contohnya, Iran bisa mencairkan dana 110 miliar dollar AS dari bank-bank di negara-negara Barat. Dana ini sebelumnya dibekukan karena embargo Barat terhadap Iran. Keputusan AS didukung Israel dan Arab Saudi.
Ketika terpilih menjadi presiden AS pada 2020, Joe Biden mengutarakan hendak meninjau kembali JCPOA. Ada kemungkinan AS akan masuk dan menjalankan poin-poin di dalam kesepakatan itu. Portal media AS, Axios, mengabarkan bahwa pada 30 April 2021 Direktur Badan Intelijen Luar Negeri Israel Yossi Cohen bertemu dengan Biden.
Misi Israel adalah meminta AS agar tidak kembali ke dalam JCPOA. Israel melihat kesepakatan itu hanya akan memperluas pengaruh Iran di Timur Tengah. Bahkan, dilansir dari Reuters, Israel pernah mengatakan, apabila Iran terus mendesak mempraktikkan JCPOA, kemungkinan perang antarkedua negara tidak terhindarkan. Iran kemudian menuduh Israel mengebom pabrik nuklir di Natanz pada 11 April 2021.
”Biden bilang masih pikir-pikir soal JCPOA dan akan terus meminta pendapat dari Israel,” kata Cohen dikutip oleh Axios.
Perundingan mengenai pelanjutan ataupun pembaruan dilakukan di Vienna pada akhir April sampai dengan 1 Mei. Para peserta akan mengambil jeda dan melanjutkan diskusi pada 21 Mei.
Menurut Al Jazeera, sejauh ini, tampak sinyal positif dari Rusia, Perancis, Inggris, dan Jerman. ”Masih terlalu dini untuk senang, tetapi semua pihak optimistis bisa mencapai perundingan,” kata perwakilan Rusia, Mikhail Ulyanov. (AP/REUTERS)