Brasil Berpotensi Mengulang Kesalahan yang Sama dalam Merespons Pandemi
Situasi memilukan ketika gelombang pertama infeksi Covid-19 di Brasil tahun lalu berpotensi terulang lagi pada musim dingin nanti di negara itu jika tidak ada perbaikan dalam respons pemerintah terhadap pandemi.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
SAO PAULO, JUMAT — Brasil menjadi negara kedua di dunia yang mencatatkan kematian akibat Covid-19 di atas 400.000 jiwa, Jumat (30/4/2021). April 2021 menjadi bulan paling mematikan bagi Brasil. Sekitar 100.000 kasus meninggal terjadi pada bulan ini, sementara rumah sakit-rumah sakit dipenuhi pasien Covid-19.
Sejumlah pakar kesehatan memperingatkan bahwa situasinya bisa jadi makin buruk sejalan dengan musim dingin yang akan segera datang, pembatasan sosial yang diabaikan, serta program vaksinasi yang mandek. Tanpa adanya perbaikan respons pandemi, Brasil akan mengulang kesalahan yang sama seperti gelombang infeksi Covid-19 tahun lalu.
Kementerian Kesehatan Brasil melaporkan lebih dari 4.000 kasus meninggal pada awal bulan April ini dan dalam tujuh hari kemudian rata-rata kasus meninggal mencapai di atas 3.100 kasus sehari. Angka ini lalu menurun menjadi kurang dari 2.400 kasus per hari selama dua minggu terakhir.
Namun, pada Kamis kemarin, kasus meninggal dalam 24 jam kembali naik, yaitu 3.001 kasus, sehingga total kasus meninggal akibat Covid-19 di negara itu menjadi 401.186 kasus.
Para pakar kesehatan setempat telah merasa sedikit lega dengan penurunan kasus baru dan kasus meninggal serta berkurangnya tekanan pada sistem layanan kesehatan Brasil. Namun, mereka juga khawatir akan gelombang infeksi berikutnya, seperti yang terjadi di beberapa negara Eropa, akibat pelonggaran yang terlalu cepat dan program vaksinasi yang berjalan lambat.
Berdasarkan data Our World in Data, baru kurang dari 6 persen penduduk Brasil yang telah menjalani vaksinasi lengkap Covid-19 dan baru 13 persen penduduk Brasil yang telah menerima satu dosis vaksin Covid-19.
Tanpa pembatasan sosial dan akselerasi vaksinasi, ujar Diego Xavier, peneliti di lembaga penelitian pemerintah Fiocruz, cakupan vaksinasi itu tidak akan cukup untuk mengendalikan penyebaran Covid-19. Ia memperkirakan, lebih dari 2.000 kasus meninggal per hari kemungkinan akan menjadi sesuatu yang wajar.
Presiden Jair Bolsonaro, yang kini menjalani penyelidikan terkait respons pemerintahannya terhadap pandemi oleh Senat, berulang kali menyatakan bahwa dirinya akan menjadi orang terakhir yang divaksin. Ia pun telah menyerang para wali kota dan gubernur yang memberlakukan pembatasan untuk mengendalikan penyebaran Covid-19.
Bolsonaro tak berubah
Setelah data kasus meninggal akibat Covid-19 diumumkan, Bolsonaro saat berbicara melalui siaran media sosialnya mengatakan, ”Kasus meninggal yang tinggi telah diumumkan.” Ia juga ”meminta maaf atas setiap warga yang meninggal”. Akan tetapi, ia tetap mengulangi lagi pendiriannya soal jaga jarak.
”Saya berdoa kepada Tuhan agar tidak ada gelombang ketiga virus korona,” ujar Bolsonaro. ”Namun, jika kebijakan karantina wilayah dilanjutkan, negara ini akan terseret menuju kemiskinan yang ekstrem.”
Pedro Hallal, epidemiolog yang memimpin studi Covid-19 nasional, mengatakan, ”Brasil akan mengulang kesalahan yang sama seperti tahun lalu.” ”Coba apa yang akan Brasil lakukan sekarang? Melonggarkan pembatasan dan ini akan membawa ke angka kematian 2.000 kasus sehari seperti seolah-olah 2.000 kematian sehari akibat satu penyakit itu sesuatu yang normal.”
Wanderson Oliveira, epidemiolog di jajaran pejabat tinggi Kementerian Kesehatan Brasil, memperkirakan bahwa gelombang ketiga infeksi Covid-19 akan melanda Brasil pada pertengahan Juni nanti. Kepada stasiun radio CBN, ia mengatakan, program vaksinasi Covid-19 tidak akan mencegah lonjakan kasus baru karena banyak penduduk yang tidak akan menerima vaksin sebelum musim dingin. Pada musim dingin, warga Brasil akan lebih sering berkumpul dan beraktivitas di dalam ruang, sekalipun mereka di negara tropis.
”Dengan vaksinasi seperti itu, mungkin kita akan mengalami musim panas 2022 yang tidak terlalu tragis dibandingkan sekarang,” ujarnya. Oliveira berharap karantina sebagian yang dilakukan oleh para pemimpin lokal akan sedikit membantu.
Banyak penduduk Brasil yang mengabaikan anjuran menjaga jarak dan tidak mematuhi aturan karantina sebagian, bahkan saat kasus infeksi dan meninggal sedang memuncak.
Sementara berdasarkan data akta kematian yang dipublikasikan, Senin lalu, program vaksinasi di Brasil telah memperlambat laju kematian warga lansia. Namun, umumnya warga yang lebih muda tetap tidak terlindungi dan mulai banyak yang berjatuhan sakit seiring dengan menyebarnya varian baru SARS-CoV-2 di Brasil.
Adapun Kementerian Kesehatan Brasil telah berulang kali tidak memasukkan vaksin ke dalam respons pandemi jangka pendeknya. Dua laboratorium terbesar di negara itu menghadapi hambatan pasokan bahan impor dari produsen di China dan India yang telah menjadi episentrum pandemi global. (AP/REUTERS)