Nominator penerima penghargaan Academy Awards ke-93 tahun ini semakin menunjukkan keberpihakan pada keberagaman. Hal itu ditandai dengan adanya sembilan aktor nonkulit putih dalam daftar nominasi.
Oleh
Luki Aulia
·4 menit baca
Nominator penghargaan Academy Awards ke-93 tahun ini semakin ingin menunjukkan keberpihakan pada keberagaman dengan adanya sembilan aktor nonkulit putih dalam daftar nominasi. Bahkan untuk pertama kalinya dalam sejarah Academy Awards, ada warga Asia Amerika yang dinominasikan sebagai aktor terbaik, yakni Steven Yeun, untuk film Minari. Ada juga dua perempuan nonkulit putih yang dinominasikan sebagai sutradara terbaik, salah satunya Chloe Zhao dengan film Nomadland.
Sampai sejauh ini, film Nomadland diprediksi akan menjadi film terbaik Oscar tahun ini. Jika film itu menang kategori skenario adaptasi terbaik, kemungkinan besar akan menang di kategori sutradara terbaik dan film terbaik. Dan, Zhao bisa menjadi perempuan kedua dan orang pertama nonkulit putih yang menjadi sutradara terbaik. Bukan hanya itu, Zhao siap menerima patung Oscar untuk kategori penyuntingan, skenario, dan sebagai produser untuk film terbaik.
Jutaan penonton televisi di seluruh dunia akan menanti hasil malam anugerah Oscar, Minggu malam waktu setempat. Mereka akan menyaksikan hasil akhir, yaitu peraih piala Oscar, dari sebuah proses pemilihan yang panjang.
Proses panjang
Pemenang Oscar dipilih oleh 9.362 orang yang ada di dalam industri hiburan. Proses pemilihannya kompleks dan terkadang membingungkan. Akademi Seni dan Sains Film di Los Angeles saat ini memiliki 9.362 anggota tim pemilih. Keanggotaan akademi dibagi menjadi 17 bidang, antara lain aktor, sutradara, produser, dan perancang kostum.
Kandidat pemilih harus aktif atau berprestasi di industri hiburan. Siapa pun yang tertarik untuk menjadi tim pemilih itu juga harus direkomendasikan oleh dua anggota akademi yang berada di bidang yang sama. Para pemenang dan mereka yang masuk nominasi Oscar otomatis bisa masuk keanggotaan dan tidak membutuhkan rekomendasi. Berkas pendaftaran kandidat pemilih dilakukan setahun sekali oleh Dewan Gubernur Akademi Seni dan Sains Film yang menjadi penentu siapa yang boleh masuk kelompok elite ini.
Dulu, setiap anggota memiliki hak memilih selamanya. Namun sejak 2016, hak memilih itu dibatasi hanya selama 10 tahun dan bisa diperpanjang untuk memastikan setiap anggota masih aktif di bidangnya. Hak suara sepanjang hidup hanya bisa diperoleh setelah menjadi anggota selama 30 tahun. Mereka yang tidak lagi aktif akan menjadi anggota emeritus yang tidak memiliki hak memilih.
Dari dulu, akademi tidak pernah mengungkapkan daftar pemungutan suara. Namun, ketika protes dan gerakan #OscarsSoWhite muncul pada 2015 dan 2016 karena minimnya nominator bagi warga nonkulit putih, akademi membuka informasi terkait 6.000 anggotanya yang 93 persen berkulit putih dan 76 persen laki-laki. Usia rata-rata mereka 63 tahun. Akademi berjanji akan menambah jumlah perempuan dan warga dari kelompok masyarakat minoritas pada tahun 2020.
Kini, jumlah sepertiga anggota adalah perempuan dan 19 persen anggota akademi berasal dari dari kelompok minoritas. Anggota akademi juga kini tidak eksklusif untuk warga AS saja. Saat ini ada lebih dari 2.100 anggota akademi bukan warga AS.
Setiap anggota dari 17 cabang bidang profesi kemudian memilih calon peraih Oscar sesuai bidang masing-masing. Seperti bidang aktor yang merupakan kelompok terbesar mengajukan calon-calon dari kategori aktor.
Namun, unggulan untuk kategori penghargaan khusus seperti film internasional terbaik dan ficer animasi terbaik hanya dipilih oleh komite khusus. Sementara untuk film terbaik dipilih oleh semua anggota. Untuk penghargaan film terbaik, sejak tahun 2009, digunakan sistem pemungutan suara preferensial yang rumit. Setiap anggota memberikan peringkat film dari yang paling favorit ke film paling tidak favorit. Biasanya ada 5-10 calon film yang akan dipilih dan tahun ini ada 8 calon film yang masih diperdebatkan. Jika satu film mendapat lebih dari 50 persen suara secara langsung, film itu otomatis menang.
Jika tidak, penghitungan suara akan dilakukan dalam beberapa putaran. Film yang mendapat jumlah suara terendah akan dieliminasi dan suara yang didapat film itu akan diberikan kepada pilihan film kedua para pemilih. Proses eliminasi ini berlanjut sampai hanya tersisa satu film dengan lebih dari 50 persen suara. ”Gagasan surat suara preferensial ini untuk mengakomodasi pilihan mayoritas anggota,” kata Ric Robertson yang pernah menjadi kepala operasional akademi pada tahun 2009.
Jika tidak memakai mekanisme seperti itu, dikhawatirkan pada akhirnya akan didapat film yang hanya disukai atau diterima oleh 25 persen orang dan yang lainnya tidak akan suka. Artinya, film yang dipilih itu tidak bisa dikatakan sebagai film terbaik karena tidak mewakili aspirasi banyak orang. (AFP)