Menanti Wajah Baru dari Hollywood
Ajang Piala Oscar ke-93 dijadwalkan berlangsung pada 25 April mendatang. Apa yang hendak disodorkan Hollywood dari seremoni tahunan di tengah pandemi, perayaan demokrasi, dan industri film yang berubah?
Perubahan besar mendera industri perfilman, tak terkecuali raksasa Hollywood, AS. Pendapatan dari karcis bioskop anjlok drastis akibat penutupan bioskop terkait pandemi Covid-19. Tuntutan sosial dalam urusan keterwakilan di dalam dan luar film juga diperkirakan memberi dampak besar. Perhelatan penghargaan Piala Oscar ke-93 bakal jadi wajah awal di era baru ini.
Penyelenggara Piala Oscar, The Academy of Motion Pictures Art and Science (The Academy) sejak jauh-jauh hari telah mengumumkan penundaan malam penganugerahan ke-93. Semula, acara itu dijadwalkan terjadi pada 28 Februari 2021, namun diundur jadi 25 April 2021. Acara itu bakal disiarkan langsung melalui jaringan televisi ABC.
Dilansir dari bbc.com, sepanjang 92 tahun perhelatan Piala Oscar, penundaan malam penganugerahan baru terjadi tiga kali; akibat banjir besar di Los Angeles pada 1938, pembunuhan Martin Luther King Jr tahun 1968, dan upaya pembunuhan Presiden AS Ronald Reagan tahun 1981. Pandemi Covid-19 menjadi penyebab keempat penundaan malam penuh gengsi bagi pelaku industri film tersebut.
Penundaan itu memberi kelonggaran lain bagi sineas. Biasanya, film-film yang dinilai merupakan film yang dirilis sepanjang 1 Januari hingga 31 Desember pada tahun tersebut. Khusus untuk tahun ini, film dengan jadwal perilisan dari 1 Januari 2020 hingga 28 Februari 2021 masih bisa berlaga untuk Piala Oscar ke-93.
Batas waktu pengumpulan judul untuk berlaga di kategori umum, seperti film terbaik, dan musik terbaik adalah 15 Januari 2021. Sedangkan untuk kategori khusus seperti film animasi, film dokumenter, dan film pendek dibatasi pada 1 Desember 2020 lalu.
Film Perempuan Tanah Jahanam karya Joko Anwar, misalnya, akan dinilai oleh anggota The Academy untuk kategori film internasional. Penghitungan suara untuk menentukan apakah film itu masuk dalam daftar pendek (shortlist) bakal berlangsung pada 1-5 Februari, dan akan diumumkan pada 9 Februari.
Daftar pendek itu akan menjadi daftar nomine untuk masing-masing kategori, dengan masa pengambilan suara (voting) pada 1-5 Maret, dan diumumkan pada 9 Maret nanti. Proses voting untuk nomine itu berlangsung pada 15-20 April, dan hasilnya akan diumumkan pada seremoni di tanggal 25 April.
“Harapan kami, ketika memutuskan untuk memperpanjang masa penilaian, adalah agar para pembuat film lebih fleksibel dalam merampungkan dan merilis film mereka tanpa perlu mengkhawatirkan melanggar aturan yang sejatinya di luar kontrol mereka,” kata Presiden The Academy David Rubin, dalam keterangan pers pada April 2020 silam.
Selain menyesuaikan jadwal, The Academy juga sebelumnya memutuskan bahwa film yang hanya ditayangkan di pelantar digital seperti Netflix, Hulu, maupun Amazon boleh bertarung di semua kategori, termasuk kategori film terbaik. Biasanya, penyelenggara mengharuskan produser film untuk setidaknya punya jadwal permutaran reguler di bioskop komersil seantero Los Angeles, sedikitnya tiga kali sehari selama tujuh hari berturut-turut.
Keputusan itu diambil mencermati tutupnya bioskop-bioskop di Los Angeles—dan juga nyaris seluruh dunia—sejak Maret 2020 terkait pandemi Covid-19. Kontroversi antara pelantar digital dan The Academy yang menyeruak beberapa tahun ke belakang jadi tak terdengar di penganugerahan tahun ini.
“Film telah memegang peranan penting dalam hal menenangkan, menginspirasi, dan menghibur penontonnya melalui masa-masa tersulit selama lebih dari satu abad. Peran itu makin menguat di tahun ini,” kata David Rubin. “Penyelenggaraan Oscar kali ini merupakan momen bersejarah, yaitu mengumpulkan penggemar film dari seluruh dunia untuk bersatu dalam sinema.”
Anjlok
Pendapatan dari karcis bioskop untuk film-film Hollywood disebut lembaga riset Comscore anjlok hingga 80 persen. Penyebabnya adalah penutupan bioskop yang berkepanjangan, dan studio-studio besar menunda perilisan film-film baru mereka. Seperti dilansir Reuters, Comscore melaporkan pendapatan box office sepanjang 2020 “hanya” 2,2 miliar dolar AS, sedangkan tahun sebelumnya mencapai 11,4 miliar dolar AS.
Musim paceklik ini merupakan yang terparah dalam 40 tahun terakhir. Sebelumnya, pendapatan box office paling buruk terjadi pada 1981, dengan film Superman II sebagai film terlaris. Comscore tidak menyebut angka seluruh dunia, namun Variety memperkirakan pendapatan film secara global turun 71 persen.
Sebanyak 274 judul film yang semula direncanakan tayang di bioskop pada 2020 mundur hingga 2021, termasuk film produksi kakap seri James Bond No Time to Die, Top Gun: Maverick, dan babak kesembilan Fast and Furious. Film terlaris pada 2020 adalah Bad Boys for Life produksi Sony Pictures yang dirilis Januari dengan penghasilan 206 juta dolar AS di Amerika Utara. Angka itu jauh dibandingkan film terlaris pada 2019, The Avengers: Endgame yang meraup 858 juta dolar AS di pasar domestik.
Di lain sisi, penyedia pelantar film digital seperti Netflix dan Disney+ meraup banyak tambahan pelanggan baru. Netflix menambah 37 juta pelanggan di tahun 2020, dengan 8,51 juta di antaranya mendaftar di tiga bulan menjelang tutup tahun (Kompas, 21/1/2021). Dengan demikian, jumlah pelanggan Netflix di seluruh dunia menjadi 203,7 juta, nyaris sama dengan penduduk Indonesia.
Sedangkan pelantar Disney+ yang baru diluncurkan November 2019 telah memiliki 86,8 juta pelanggan hingga Desember 2020 lalu. Jumlah itu melebihi ekspektasi. Mereka memperkirakan baru bisa mendapat 60-90 juta pelanggan dalam waktu lima tahun (Kompas, 16/12/2020).
Kondisi itu menggambarkan bahwa meski pendapatan box office merosot tajam, gairah pada sinema tetap terjaga, hanya berganti media. Diperkirakan, jumlah penonton film melalui pelantar digital akan terus bertambah. Di sisi produksi, Netflix berencana merilis 400 judul bikinan mereka (orisinal) pada tahun ini.
Film-film produksi Netflix mencuri perhatian beberapa kritikus film untuk bisa berbicara di ajang Piala Oscar kali ini. Beberapa di antaranya adalah The Midnight Sky, Mank, The Trial of the Chicago 7, Da 5 Bloods, dan Ma Rainey’s Black Bottom. Dua judul terakhir dibintangi mendiang Chadwick Boseman, yang dijagokan dapat penghargaan aktor terbaik.
Gairah perfilman
Paul Dergarabedian, Senior Media Analyst dari Comscore menambahkan, penonton di AS juga tumbuh dari tempat-tempat pemutaran film secara drive-in. “Pertumbuhan itu dapat menggairahkan orang-orang yang pesimistis bahwa industri film tidak akan kembali lagi,” kata Paul.
Gairah semacam itu perlu dirayakan termasuk melalui seremoni pemberian penghargaan dengan cara seturut kaidah kesehatan, tentunya. “(Pemberian penghargaan) perlu untuk mendemonstrasikan bahwa sinema masih hidup, mematahkan anggapan berlebihan bahwa perfilman mati,” kata Ketua European Film Academy Mike Downey kepada BBC.
Badan yang dipimpin Downey menggelar seremoni European Film Awards pada Desember silam di gedung Futurium di Berlin, Jerman. Gedung itu hanya didatangi awak produksi dan segelintir orang sebagai pemandu acara. Para pemenang diberi ucapan selamat lewat sambungan video.
Penyelenggara Piala Oscar, The Academy of Motion Pictures Art and Science (The Academy) sejak jauh-jauh hari telah mengumumkan penundaan malam penganugerahan ke-93. Semula, acara itu dijadwalkan terjadi pada 28 Februari 2021, namun diundur jadi 25 April 2021. Acara itu bakal disiarkan langsung melalui jaringan televisi ABC.
Beberapa studio dan pembuat film sepakat bahwa imbas dari penghargaan, terlebih yang bergengsi macam Piala Oscar, bisa mendongkrak penjualan film. Lembaga Comscore menyebutkan, pendapatan film Parasite melonjak 79 persen setelah diumumkan sebagai nomine film terbaik Piala Oscar 2020, sebelum memenanginya.
Sutradara dari Denmark Thomas Vinterberg berharap filmnya Another Round bisa masuk nominasi film internasional terbaik Oscar tahun ini. “Masuk nominasi itu menggembirakan dan memberi semangat luar biasa. Aku mengalami itu untuk film The Hunt beberapa waktu lalu, dan semoga bisa merasakannya lagi,” kata Thomas kepada BBC. Another Round menyabet empat piala di European Film Awards.
Kegemilangan Parasite di Piala Oscar tahun lalu seperti hendak mengatakan bahwa ajang itu tak lagi “terlalu putih”. Apalagi, gerakan sosial yang mendengungkan keberagaman/keterwakilan semakin marak. Gerakan Me Too dan Black Lives Matter, misalnya, menuntut keberpihakan yang lebih merata kepada golongan terpinggirkan, termasuk di kancah film.
Baca juga : ”Perempuan Tanah Jahanam” Menuju Oscar
Tahun ini, The Academy mengundang 819 orang beragam warna kulit, asal negara, dan jender untuk menjadi anggota baru—berhak mengikuti penilaian film. Proporsi undangan ini terdiri dari 45 persen perempuan, 36 persen komunitas ras minoritas, dan 49 persen perwakilan internasional (Kompas, 5/7/2021). Direktur Program In-Docs dari Indonesia, Amelia Hapsari adalah salah seorang yang diundang.
Perubahan yang coba ditempuh The Academy ini memantik perhatian kritikus film. Film Nomadland besutan Chloe Zhao—kelahiran Beijing—paling banyak dibicarakan, sama halnya dengan Minari besutan Lee Isaac Chung—kelahiran AS. Beberapa film yang menggambarkan pergulatan warga kulit berwarna juga jadi unggulan, seperti The Trial of Chicago 7, One Night in Miami, dan Ma Rainey’s Black Bottom. Mari kita tunggu kejutan dari Hollywood April nanti.