Ketegangan Geopolitik dan Lonjakan Kasus Covid-19 Bayangi Pasar Keuangan
Indeks MSCI global merosot 0,8 persen pada Selasa (20/4/2021), penurunan terbesar dalam empat pekan terakhir. Pasar khawatir dengan pandemi Covid-19 menghambat pemulihan ekonomi global.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
TOKYO, KAMIS — Mayoritas pasar saham di kawasan Asia dibuka menguat pada perdagangan Kamis (22/4/2021) seiring dengan kenaikan yang terjadi di pasar saham Amerika Serikat dan Eropa semalam. Kenaikan itu diperkirakan adalah kenaikan secara teknikal setelah penurunan cukup tajam dalam dua perdagangan terakhir sejak awal pekan ini. Sentimen kenaikan kasus Covid-19 secara global hingga dinamika-dinamika geopolitik masih membayangi animo para pelaku pasar.
Bursa saham Jepang memimpin kenaikan, dengan Indeks Nikkei 225 tercatat menguat 1,7 persen. Indeks Nikkei 225 anjlok hingga 4 persen dalam dua sesi perdagangan terakhirnya. Indeks MSCI yang menggambarkan pergerakan indeks-indeks saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,4 persen, berbalik dari penurunan 0,9 persen pada hari sebelumnya. Indeks saham unggulan China naik 0,3 persen. Indeks saham MSCI di seluruh dunia naik 0,2 persen pada Kamis ini, menyusul kenaikan 0,4 persen semalam.
”Secara keseluruhan, saya pikir pasar masih condong untuk mengambil risiko dan saya kira kita belum melihat rekor tertinggi di pasar saham AS atau ekuitas global,” kata Kyle Rodda, analis pasar di lembaga IG yang berbasis di Melbourne, Australia. ”Pada akhirnya, (aksi jual awal pekan ini) hanya terjadi di pasar karena riak-riak yang telah menghancurkan aset berisiko.”
Pada Selasa, indeks MSCI global merosot 0,8 persen. Itu adalah penurunan terbesar dalam empat pekan terakhir. Penurunan itu adalah akibat memburuknya sentimen pasar di tengah kekhawatiran atas rekor infeksi virus korona baru di India, kemungkinan pembatasan di Jepang, dan meningkatnya kasus di Amerika Latin akan menghambat pemulihan ekonomi global.
Kematian Covid-19 Argentina mencapai 60.000 orang di tengah gelombang kedua pandemi. Pada saat bersamaan, India terus berjuang melawan kekurangan oksigen secara nasional dan lonjakan infeksi.
Kematian Covid-19 Argentina mencapai 60.000 orang di tengah gelombang kedua pandemi. Pada saat bersamaan, India terus berjuang melawan kekurangan oksigen medis dan lonjakan infeksi. NHK melaporkan, Jepang juga sedang mempertimbangkan keadaan darurat untuk Tokyo dan Osaka akibat lonjakan jumlah kasus baru.
Di Wall Street, Indeks S&P 500 naik 0,9 persen semalam waktu Indonesia. Hal itu membalikkan penurunan yang telah terjadi dua hari sebelumnya. Indeks S&P500 ditutup hanya 12 poin di bawah level rekor tertinggi penutupannya. ”Mentalitas ’beli saat harga turun’ tampaknya kembali ke ekuitas,” kata Tapas Strickland, seorang analis di National Australia Bank, dalam catatan kliennya.
Di pasar komoditas, harga minyak tergelincir untuk hari ketiga di tengah kekhawatiran bahwa lonjakan kasus Covid-19 di India akan menurunkan permintaan bahan bakar oleh importir minyak terbesar ketiga dunia itu. Pada saat yang sama, peningkatan stok minyak yang mengejutkan di AS menambah nada negatif. Minyak mentah AS turun 10 sen pada Kamis menjadi 61,25 dollar AS per barel dan minyak Brent turun 10 sen menjadi 65,22 dollar AS per barel. Adapun harga emas naik ke level 1.794,32 dollar AS per troy ons.
Sentimen geopolitik
Dinamika geopolitik juga ikut membayangi pasar keuangan global. Meningkatnya ketegangan antara Amerika Serikat dan pesaing terkuatnya, seperti Rusia, China, dan Iran, juga turut berpengaruh. Bagi banyak investor, retorika tajam dan permusuhan itu adalah bagian dari ujian keberanian Washington.
Presiden AS Joe Biden tampak berambisi menggalang dukungan Barat yang ingin kembali mendorong isu demokrasi dan hak asasi manusia. Di sisi lain, Beijing dan Moskwa—mungkin secara bersama-sama—dengan jelas melihatnya sebagai ancaman bagi sistem mereka. Respons keras bisa saja dilakukan kedua negara itu.
Dalam pidatonya yang jelas ditujukan pada dominasi AS dan G-7 terhadap institusi global, Presiden China Xi Jinping, Selasa, menyerukan penolakan terhadap struktur kekuasaan hegemonik. ”Dunia menginginkan keadilan, bukan hegemoni,” kata Xi. Sebagai catatan, relasi Washington-Beijing memanas menyusul pertemuan puncak China-AS baru-baru ini, pertengkaran verbal tentang Pasifik selama berminggu-minggu, isu HAM, hingga status Taiwan dan Hong Kong.
Pada saat yang sama, tekanan baru Moskwa terhadap Ukraina memantik ketegangan baru. Moskwa disebutkan mengerahkan puluhan ribu pasukan di perbatasan dengan Ukraina. Sejumlah kapal perang pun dikirim ke Laut Hitam. Kelindannya tampak dengan respons Mokswa atas aksi mogok makan selama tiga pekan terhadap kritikus Kremlin, Alexei Navalny, yang ditahan.
Aset tradisional safe haven dan indeks volatilitas telah menggambarkan peningkatan dinamika geopolitik itu. Emas, yen Jepang, dan franc Swiss semuanya menguat. Reli pada nilai tukar surat utang AS dengan tenor agak panjang kemungkinan disebabkan oleh ketegangan geopolitik itu. Dollar AS—yang pernah dilihat sebagai pelabuhan teraman selama ketegangan militer—telah berubah arah bulan ini dengan tanda-tanda menguat. (AFP/REUTERS)