Otoritas India mengakui negara terpadat kedua di dunia itu tengah bergulat dengan keadaan darurat kesehatan publik terbesarnya. Gelombang kedua pandemi Covid-19 menghantam justru setelah tingkat kewaspadaan diturunkan.
Oleh
BENNY D KOESTANTO dan ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
NEW DELHI, SELASA – India semakin kewalahan dalam menghadapi gelombang kedua pandemi Covid-19. Pemerintah negara itu melaporkan 1.761 kematian akibat Covid-19 pada Selasa (20/4/2021), jumlah korban meninggal harian tertinggi selama pandemi mendera India. Pemerintah berjibaku menutup atau \'mengunci\' sebagian besar wilayah negeri itu. Pemerintah pun mulai kewalahan karena tempat tidur di rumah sakit, oksigen, dan obat-obatan makin terbatas.
Sejumlah ahli dan pejabat kesehatan India mengakui negara terpadat kedua di dunia ada dalam kondisi keadaan darurat kesehatan publik. Gelombang terbaru pandemi Covid-19 menghantam India setelah negara itu menurunkan kewaspadaannya karena angka penularan turun.
Hari ini, Kementerian Kesehatan India melaporkan 259.170 infeksi baru, tingkat harian tertinggi di dunia. Sepanjang enam hari terakhir, jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 secara harian di India di atas 200.000 kasus. Total kasus terkonfirmasi Covid-19 di India saat ini mencapai 15,32 juta, terbanyak kedua setelah Amerika Serikat.
Ibu Kota New Delhi memulai masa penguncian wilayah selama enam hari pada Senin (19/4) malam. Harapannya kebijakan itu dapat segera memperlambat penularan virus dan mengurangi tekanan pada infrastruktur kesehatan. Sebab, sebagaimana tergambar di media-media sosial, tidak terhitung jumlahnya warga yang memohon aneka bantuan.
Mereka meminta bantuan untuk membawa keluarga mereka ke rumah sakit. Yang lain melaporkan kekurangan oksigen dan obat Remdesivir. “Sebuah tragedi monumental dengan proporsi epik sedang berlangsung di seluruh India. Tidak ada tempat tidur rumah sakit, tidak ada oksigen, tidak ada vaksinasi," kata Manish Tewari, anggota parlemen oposisi, di Twitter.
Jumlah kematian akibat Covid-19 di telah mencapai 180.530 jiwa. Dari sisi jumlah, masih di bawah jumlah kematian akibat Covid-19 di AS, yakni sebanyak 567.538 kasus kematian. Namun para ahli telah memperingatkan bahwa jumlah kematian resmi di India tidak mencerminkan kenyataan di lapangan. Angka kematian itu pun dapat melonjak di tengah kewalahannya sistem kesehatan di India.
Namun para ahli telah memperingatkan bahwa jumlah kematian resmi di India tidak mencerminkan kenyataan di lapangan. Angka kematian itu pun dapat melonjak di tengah kewalahannya sistem kesehatan di India.
Krematorium di banyak negara bagian di India terus bekerja nonstop menyusul tingginya kasus baru dan kasus meninggal akibat Covid-19 dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan, aktivitas kremasi yang nyaris tanpa henti membuat beberapa bagian logam krematorium meleleh karena panas. ”Kami bekerja setiap hari dengan kapasitas 100 persen untuk mengkremasi jenazah,” kata Kamlesh Sailor, pemimpin sebuah yayasan yang mengelola krematorium di kota Surat, Negara Bagian Gujarat.
“Dalam banyak kasus, pasien datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi yang sangat sangat kritis dan meninggal sebelum mereka menjalani tes. Ada juga kasus di mana pasien dibawa ke rumah sakit sudah dalam keadaan meninggal dan kami tidak tahu apakah mereka positif Covid-19 atau tidak,” kata seorang pejabat dinas kesehatan.
Di tengah kritikan tajam bahwa pemerintah telah mengecewakan rakyatnya, Perdana Menteri Narendra Modi memerintahkan vaksinasi diberikan pada setiap warga yang berusia di atas 18 tahun, dimulai pada 1 Mei nanti. Produsen vaksin di India pun diwajibkan memasok 50 persen dosis yang mereka produksi kepada pemerintah federal dan sisanya ke pemerintah negara bagian.
Selain itu, vaksin harus disalurkan ke pasar terbuka dengan harga yang telah diumumkan sebelumnya. Sejauh ini sebanyak 108,5 juta warga India telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19, atau setara dengan 8 persen dari total populasi negara itu yang mencapai 1,3 miliar orang.
Filipina
Dari Manila dilaporkan, rumah-rumah sakit di Filipina juga mulai kewalahan karena tingginya jumlah pasien baru yang tertular Covid-19. Penguncian wilayah selama dua pekan di wilayah ibu kota, perluasan perkotaan di 16 kota yang dihuni setidaknya 13 juta orang, tampaknya tidak banyak membantu mengurangi tekanan pada sistem medis di Filipina.
"Situasinya sekarang lebih parah. Ini versi 2.0. Kasusnya lebih tinggi, kami lebih kelelahan," kata Yañez, salah satu petugas mobil ambulan yang beroperasi di Pasig City.
Data Kementerian Kesehatan Filipina menunjukkan jumlah rata-rata kasus terkonfirmasi Covid-19 di negara itu menembus 10.400 kasus harian sejak awal April 2021. Jumlah kasus itu hampir dua kali lipat dibandingkan kondisi pada Maret lalu. Pada April tahun lalu, jumlah laporan kasus terkonfirmasi Covid-19 di Filipina baru sebanyak 213 kasus perhari dan sepanjang paruh kedua tahun lalu sebanyak 2.169 kasus perhari.
Unit perawatan intensif di wilayah Manila telah terisi 84 persen dari total kapasitasnya. Adapun tempat tidur di bangsal perawatan khusus Covid-19 telah mencapai 70 persen dan tempat tidur isolasi telah terisi hingga 63 persen. Nick Yañez, perawat ambulans berusia 28 tahun di kota satelit Manila, mengatakan dia kadang-kadang menghabiskan 6-7 jam di kendaraan daruratnya untuk mendapatkan tempat tidur perawatan pasien Covid-19. (AFP/REUTERS)