Rusia Baku Usir Diplomat dengan Bekas Satelit Uni Soviet
Rusia saling mengusir diplomat dengan Ceko dan Ukraina. Baku usir itu terjadi kala hubungan Rusia-Ukraina kembali memanas.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
MOSKWA, SENIN — Rusia saling mengusir diplomat dengan Ceko dan Ukraina. Negara-negara yang pernah berstatus sebagai anggota dan satelit Uni Soviet itu berselisih gara-gara separatisme dan spionase.
Moskwa memerintahkan 20 diplomat Ceko meninggalkan Rusia paling lambat Senin (19/4/2021) malam. Moskwa menuding mereka sebenarnya mata-mata yang menyamar sebagai diplomat.
Praha menyebut, Angkatan Udara Ceko mengirim pesawat untuk menjemput mereka. Praha mengungkap, ada 16 diplomat dan 4 pegawai teknis yang diusir. Dengan pengusiran itu, Kedutaan Besar Ceko di Moskwa hanya menyisakan Duta Besar Alexander Zmeyevsky dan empat pegawai.
Pengusiran oleh Moskwa sebagai balasan karena Praha terlebih dahulu meminta 18 diplomat Rusia meninggalkan Ceko pada Senin ini. Perdana Menteri Ceko Andrej Babis mengatakan, ada laporan dari badan intelijen Ceko, BIS, soal 18 mata-mata Rusia itu.
Menurut BIS, 18 diplomat itu sebenarnya agen badan intelijen Rusia, SVR dan GRU. SVR merupakan divisi luar negeri bekas badan intelijen Uni Soviet, KGB. Sementara GRU merupakan badan intelijen militer untuk operasi luar negeri.
Praha mengusir para diplomat Rusia setelah beredar informasi hasil penyelidikan BIS dan aparat keamanan Ceko soal ledakan Gudang senjata pada 2014. Gudang itu diketahui dimiliki Emilian Gebrev, pedagang senjata asal Bulgaria.
Dalam laporan BBC, Moskwa menduga Gebrev memasok senjata pada penentang Rusia seperti Ukraina dan kelompok penentang Rusia di negara lain. Gebrev juga dituding berselisih dengan pengusaha yang disokong GRU.
Dalam penyelidikan BIS, ledakan Gudang senjata pada 2014 diduga dilakukan agen unit 29155. Salah satu unit GRU itu dikenal mengurus sabotase dan pembunuhan. Agen unit 29155 juga diduga terlibat dalam peracunan mantan agen GRU, Sergei skripal, di Inggris pada 2018.
Ukraina
Alasan mata-mata yang menyamar menjadi diplomat juga dipakai Rusia untuk mengusir konsul Ukraina di St Peterburg, Alexander Sosonyuk. Moskwa meminta Sosonyuk meninggalkan Rusia paling lambat Rabu ini.
Sebelum diusir, Sosonyuk ditangkap badan intelijen dalam negeri Rusia, FSB. Dalam pernyataan resmi Moskwa, Sosonyuk disebut mencoba mendapat informasi rahasia soal FSB dan aparat keamanan Rusia. Karena itu, Sosonyuk ditangkap. Selanjutnya, ia diminta segera meninggalkan Rusia.
Kyiv membalas dengan menyatakan akan mengusir seorang diplomat senior Rusia dari Ukraina. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina Oleg Nikolenko menyangkal tudingan Moskwa. Nikolenko juga menyebut Moskwa jelas melanggar konvensi diplomatik dan mencoba meningkatkan ketegangan. Kyiv meminta seorang diplomat Rusia meninggalkan Ukraina paling lambat Rabu (21/4/2021).
Baku usir terjadi kala hubungan Rusia-Ukraina kembali memanas. Kyiv menuding Moskwa mengerahkan ratusan ribu tentara dan aneka persenjataan, termasuk rudal hipersonik Iskander, ke perbatasan Rusia-Moskwa. Kyiv juga menuding Moskwa terus mendukung kelompok separatis di Donbas. Masalah lain adalah pendudukan Semenanjung Crimea oleh Rusia.
Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel meminta Rusia menarik pasukan dari perbatasan. Sementara Paus Fransiskus mengungkap kekhawatiran atas perkembangan di Rusia-Ukraina. ”Saya mengamati dengan kekhawatiran atas peningkatan aktivitas militer. Saya sangat berharap peningkatan ketegangan bisa dicegah,” kata Paus.
Rusia berkali-kali menyatakan, Donbas adalah masalah internal Ukraina dan tidak ada negara lain boleh ikut campur. Mengenai pergerakan pasukan, Moskwa menegaskan Rusia menggerakkan pasukan di wilayah sendiri dan tidak ada urusan dengan negara lain.
Sementara terkait Crimea, Rusia mengumumkan penutupan Selat Kerch mulai 24 April sampai akhir Oktober 2021. Selain kapal untuk keperluan militer Rusia, tidak ada yang boleh lewat selat penghubung Laut Azov dengan Laut Hitam itu. Penutupan itu bisa mematikan pelayaran dari pesisir timur Ukraina seperti pelabuhan Mauripol. (AFP/REUTERS)