Para pemimpin Arab memanfaatkan bulan suci Ramadhan untuk memulai pembicaraan dengan para rival dan koleganya di Timur Tengah. Harapan akan perdamaian muncul saat komunikasi mulai dibangun dengan penuh hormat.
Oleh
Musthafa Abd. Rahman, dari Kairo – Mesir
·5 menit baca
Berita baik dan penuh harapan bergulir dari dunia Arab, bersamaan dengan datangnya bulan suci Ramadhan yang tahun ini jatuh mulai hari Selasa (13/4/2021). Rupanya, masyarakat dan para pemimpin Arab tidak ingin menyia-nyiakan bulan suci Ramadhan yang mulia itu sebagai bulan yang penuh berkah dan sekaligus momentum untuk peningkatan kualitas spiritualitas personal serta kehidupan kebangsaan dan kemanusiaan.
Momentum tersebut kemudian diterjemahkan dalam bentuk upaya membangun rekonsiliasi antara sesama pemimpin Arab yang selama ini memiliki stigma sering terlibat konflik berkepanjangan. Di dunia Arab, sudah menjadi tradisi saling mengucapkan selamat datangnya bulan suci Ramadhan dan saling meminta maaf antara sesama teman dan anggota keluarga.
Media sosial, seperti Facebook, Instagram, dan Twitter, diramaikan oleh ucapan selamat bulan suci Ramadhan. Masyarakat Arab juga memiliki tradisi saling mengundang buka puasa bersama antara sesama teman dan anggota keluarga.
Raja Arab Saudi Salman bin Abdelaziz dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan Senin (12/4/2021) malam lalu melalui stasiun televisi Arab Saudi menyerukan, umat Islam menanggalkan perpecahan serta menggunakan bahasa hikmah dan dialog, serta bekerja sama untuk takwa dan kebaikan.
Raja Salman kemudian menyampaikan ucapan selamat atas datangnya bulan suci Ramadhan kepada segenap rakyat dan pemimpin dunia Arab dan Islam.
Di Mesir, Presiden Abdel Fattah el-Sisi melalui akun Facebook-nya juga menyampaikan ucapan selamat atas datangnya bulan suci Ramadhan kepada segenap rakyat dan pemimpin dunia Arab dan Islam, serta berharap terwujudnya kebaikan, keamanan, dan perdamaian pada bangsa Arab dan umat Islam.
Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan itu, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad, Senin (12/4/2021), menelepon Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz. Emir Qatar itu menyampaikan ucapan selamat atas datangnya bulan suci Ramadhan kepada Presiden Mesir dan Raja Arab Saudi tersebut.
Kantor Kepresidenan Mesir mengungkapkan, Presiden El-Sisi menyampaikan ucapan terima kasih kepada Emir Qatar atas inisiatif menelepon langsung presiden Mesir itu serta berharap rakyat Mesir dan Qatar selalu diberi kebaikan dan keberkahan bersamaan dengan datangnya bulan suci Ramadhan.
Berita baik juga datang dari Turki dan Mesir. Menlu Turki Mevlut Cavusoglu, Rabu (14/4/2021), mengungkapkan, Mesir dan Turki akan membuka lembaran baru dan akan segera dilakukan saling kunjung antara pejabat tinggi kedua negara. Sebelumnya pada hari Sabtu (10/4/2021), Menlu Cavusoglu menelepon langsung Menlu Mesir Sameh Shoukry untuk menyampaikan ucapan selamat atas datangnya bulan suci Ramadhan.
Berita baik juga terukir dengan kunjungan Presiden Tunisia Kais Saied, selama tiga hari, Jumat hingga Minggu (9-11/4/2021) ke Kairo dan bertemu Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi. Memang secara resmi disebut dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan terkait komunikasi langsung lewat telepon antara Emir Qatar dengan Presiden Mesir dan Raja Arab Saudi, serta antara Menlu Turki dan Menlu Mesir.
Kunjungan Presiden Tunisia ke Mesir, meskipun disebut kunjungan resmi kenegaraan, dari segi waktu dilakukan menjelang bulan suci Ramadhan sehingga layak disebut bagian dari manuver positif para pemimpin Arab dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan. Komunikasi langsung para pemimpin Arab itu, baik lewat telepon maupun kunjungan langsung, dalam kacamata politik tentu memiliki makna yang dalam dan membawa dampak signifikan atas geopolitik.
Pasalnya, para pemimpin yang terlibat komunikasi langsung itu adalah para pemimpin negara-negara besar kawasan yang menentukan arah politik regional, seperti Mesir, Arab Saudi, Qatar, plus Turki. Pembicaraan langsung lewat telepon dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan antara Emir Qatar dengan Presiden Mesir dan raja Arab Saudi itu merupakan pertama kali selama hampir empat tahun terakhir ini, yakni persisnya sejak Mesir dan Arab Saudi melancarkan blokade total atas Qatar pada 2017.
Seperti dimaklumi, kuartet Arab (Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab/UEA dan Bahrain) pada Juni 2017 memblokade Qatar dengan tuduhan Qatar mendukung gerakan teroris. Namun, Qatar membantah keras tuduhan tersebut. Tentu komunikasi langsung antara pemimpin Qatar, Mesir, dan Arab Saudi itu adalah bagian dari mata rantai rekonsiliasi antara Qatar dan kuartet Arab itu yang dideklarasikan dalam forum KTT Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di kota Al-Ula, Arab Saudi, pada Januari lalu.
Momentum bulan suci Ramadhan ini bisa disebut memperkuat deklarasi rekonsiliasi KTT GCC di Al-Ula. KTT GCC di kota Al-Ula yang melahirkan rekonsiliasi di kawasan Arab Teluk itu membawa dampak membaiknya hubungan Turki dan Tunisia dengan Arab Saudi, UEA, Bahrain, dan Mesir.
Hasil positif dari KTT Al-Ula itu juga membantu atas tercapainya kesepakatan pembentukan pemerintah persatuan nasional baru di Libya yang menyatukan kubu Libya Timur dan Libya Barat.
Seperti diketahui, musim semi Arab tahun 2010-2011 melahirkan poros-poros yang saling bertarung dalam konteks geopolitik. Ada poros Turki-Qatar yang progerakan musim semi Arab dan ada pula poros Arab Saudi-Mesir-UEA yang dianggap kontra musim semi Arab.
Tunisia yang sukses membangun demokrasi dari hasil musim semi Arab selama ini selalu skeptis melihat Mesir, Arab Saudi, dan UEA yang dikenal kontra musim semi Arab. Demikian juga Turki yang mengalami hubungan buruk dengan Mesir, UEA, dan Arab Saudi.
Konflik dua poros tersebut kemudian cair dalam forum KTT GCC di kota Al-Ula, Arab Saudi, Januari lalu. Hasil KTT GCC di Al-Ula turut berandil atas terjadinya kunjungan Presiden Tunisia Kais Saied ke Kairo itu dan komunikasi langsung Turki-Mesir saat ini. Oleh karena itu, bulan suci Ramadhan tahun ini bisa disebut bulan rekonsiliasi di dunia Arab.
Dalam sejarah modern Arab, bulan Ramadhan yang mulia ini tidak bisa dilupakan karena pada bulan suci ini, pasukan Mesir dan Suriah sempat berhasil memukul mundur pasukan Israel, yakni pada perang Arab-Israel tahun 1973 yang jatuh pada bulan Ramadhan. Perang Arab-Israel tahun 1973 pun menjadi simbol persatuan Arab dalam melawan Israel.