Markas Pasukan Koalisi Kembali Jadi Sasaran Serangan
Serangan terhadap pangkalan udara yang menjadi markas pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat di Irak terjadi lagi. Kali ini serangan menggunakan pesawat nirawak, yang menjadi tanda perubahan signifikan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
BAGHDAD, KAMIS — Ledakan yang berasal dari sebuah pesawat nirawak (UAV) menyasar Pangkalan Udara Erbil di ibu kota wilayah otonomi Kurdistan, Irak Utara, Rabu (14/4/2021). Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Namun, serangan itu menunjukkan signifikansi peralatan yang digunakan untuk menyerang pangkalan udara yang menjadi basis pasukan Amerika Serikat dan pasukan koalisi di Irak.
Juru bicara pasukan koalisi Kolonel Wayne Marotto mengatakan, sebuah pesawat nirawak menyasar sebuah hanggar yang menjadi tempat penyimpanan di Erbil. “Api telah padam dan kerusakan masih dalam penilaian. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu,” kata Marotto.
Marotto tidak memberi informasi mengenai penggunaan bahan peledak dalam serangan tersebut. Informasi itu disampaikan Kementerian Dalam Negeri Kurdistan.
”Sebuah pesawat tak berawak yang diisi TNT menargetkan pangkalan koalisi di Bandara Erbil,” kata kementerian dalam pernyataannya. Kemendagri Kurdistan menambahkan, serangan menggunakan pesawat nirawak yang dilengkapi dengan bahan peledak adalah sebuah peningkatan kemampuan yang belum pernah terjadi sebelumnya, khususnya yang digunakan untuk menargetkan tentara AS dan pasukan koalisi yang berada di Irak.
Serangan pada Rabu itu merupakan serangan pertama dengan menggunakan UAV yang dilengkapi bahan peledak dan digunakan untuk menyasar markas pasukan AS di Irak. Dalam beragam serangan sebelumnya, serangan dilakukan dengan roket. Roket itu ditembakkan ke arah pangkalan dan gedung kedutaan besar AS di Baghdad, Irak. Milisi bersenjata dukungan Iran diduga berada di balik serangan-serangan sebelumnya.
Sebelum serangan di Erbil, sejumlah pejabat di Irak menyatakan, setidaknya dua roket telah mendarat di dan dekat pangkalan di bagian barat kota yang ditempati pasukan asal Turki. Dua insiden yang terjadi dalam satu hari itu merupakan serangan terbaru selama beberapa pekan terakhir. Minggu lalu, dua roket menyasar sebuah pangkalan udara di utara Kota Baghdad yang menjadi pangkalan pasukan AS.
Sebulan sebelumnya, pangkalan di Irak barat yang menampung pasukan koalisi pimpinan AS dan kontraktor dihantam 10 roket. Seorang kontraktor tewas.
Pangkalan militer yang dihuni pasukan koalisi dan pasukan AS di Irak terus menjadi sasaran sejak pelantikan presiden AS Joe Biden pada Januari lalu. Tercatat sekitar 20 serangan bom atau roket menyasar markas pasukan AS dan pasukan koalisi di Irak sejak Januari. Pasukan koalisi berada di Irak dalam rangka membantu Irak melawan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Pemerintah Irak telah menyatakan memenangi pertempuran melawan NIIS pada akhir 2017.
Serangan demi serangan yang terus terjadi terhadap pangkalan pasukan koalisi, menurut Hoshyar Zebari, tokoh politik terkemuka Kurdi, akan terus berulang.
”Tampaknya milisi yang sama yang menargetkan bandara dua bulan lalu melakukannya lagi. Ini adalah eskalasi yang berbahaya,” cuit Zebari, yang juga merupakan mantan Menteri Luar Negeri Irak di Twitter. Dalam cuitannya, dia menyinggung faksi militer pro-Iran yang ada di Irak.
Hal ini terkait dengan serangan yang terjadi beberapa waktu lalu yang menyasar bandara di Baghdad. Kelompok bayangan pro-Iran yang menamakan dirinya Awliyaa al-Dam mengaku bertanggung jawab atas serangan itu dan memuji para pemberani yang menjadi operator di lapangan. Puja-puji ini dilakukan di sebuah kanal pro-Iran di aplikasi pesan Telegram.
Kelompok bersenjata pro-Iran meningkatkan retorika mereka yang bersumpah untuk terus menggempur pasukan AS dan pasukan koalisi di Irak. Mereka bersumpah akan terus melakukan serangan untuk memaksa pasukan AS keluar dari Irak meski hubungan AS-Irak semakin dekat setelah Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhemi sepakat melakukan dialog strategis dengan kedua negara.
Pasukan Turki
Serangan tidak hanya ditujukan terhadap pasukan koalisi pimpinan AS di Irak, tetapi juga pasukan Turki. Seorang tentara Turki tewas dan seorang anak cedera setelah serangan roket menghantam kompleks militer yang ditempati pasukan Turki di Wilayah Bashiqa, Irak utara.
Kementerian Pertahanan Turki dalam pernyataannya menyebutkan, tiga roket diluncurkan ke arah pangkalan militer di wilayah tersebut dan salah satunya telah menghantamnya. Dua lainnya jatuh ke desa terdekat, melukai bocah itu, katanya.
Sebagai balasan, militer Turki mengerahkan pesawat nirawak dan dalam pernyataannya, Kemenhan Turki menyatakan, ”tindakan yang diperlukan” telah diambil.
Omer Celik, juru bicara Partai AK pimpinan Presiden Tayyip Erdogan, mengatakan, para pelaku ”akan membayar harga dengan setimpal”.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dikabarkan telah berbicara dengan PM Kurdi Irak Masrour Barzani. Keduanya berbincang mengenai serangan di Erbil dan Bashiqa.
Turki memiliki pasukan di Irak, baik sebagai bagian dari kontingen NATO maupun kekuatan melawan militan separatis Kurdi di utara. (AP/AFP/Reuters)