Biden mengajak Putin membahas sejumlah masalah bilateral dan global. Biden prihatin atas peningkatan kekuatan Rusia di Crimea dan perbatasan Ukraina. Rusia diminta meredakan ketegangan.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
WASHINGTON, RABU — Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengusulkan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin agar mereka segera bertemu. Putin setuju dan berharap pertemuan itu tidak hanya demi kepentingan Mokswa-Washington, melainkan seluruh komunitas internasional.
Ajakan bertemu disampaikan Biden kepada Putin lewat telepon pada Selasa (13/4/2021) siang waktu Washinton atau Rabu dini hari WIB. ”Mereka membahas sejumlah masalah kawasan dan global, termasuk niat AS-Rusia mengejar dialog strategis yang stabil dalam pengendalian senjata dan sejumlah isu keamanan yang berkembang, membuat kelanjutan Traktat New START,” demikian pernyataan Gedung Putih.
New START alias Perjanjian Pengurangan Persenjataan Strategis (START) kini memasuki masa perpanjangan. Disepakati Presiden AS Barack Obama dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev pada 2010, New START berlaku sampai 5 Februari 2021.
Setelah usulan Putin dan banyak pihak, Biden akhirnya setuju New START diperpanjang sampai AS-Rusia menyepakati perjanjian baru. New START mengizinkan AS-Rusia punya paling banyak 1.550 bom nuklir walau tidak dibatasi berapa banyak hulu ledak per bom. Sementara rudal balistik antarbenua (ICBM), pesawat pengangkut bom nuklir, dan aneka perangkat peluncur nuklir lain dibatasi paling banyak 800 unit.
New START melanjutkan START I yang disepakati Presiden AS George HW Bush dan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada 1991. START I berlaku pada 1991-2009 dan mengizinkan AS-Rusia paling banyak memiliki 6.000 hulu ledak nuklir dengan 1.600 ICBM.
Perundingan pengganti New START sudah dimulai sejak era Donald Trump. Walakin, sampai masa jabatan Trump selesai, Moskwa-Washington tidak kunjung menyepakati perjanjian baru. Sejak 2020, sejumlah pihak telah meminta AS-Rusia memanfaatkan klausul perpanjangan masa berlaku dalam New START.
Menanggapi pernyataan Gedung Putih, Kantor Kepresidenan Rusia menyatakan bahwa Putin siap melanjutkan dialog terkait sejumlah isu penting untuk memastikan keamanan global yang tidak hanya sesuai kebutuhan AS-Rusia melainkan juga seluruh komunitas internasional.
”Joe Biden berminat menormalisasi hubungan bilateral dan membuat kerja sama yang stabil serta terukur dalam masalah penting seperti pengendalian senjata dan kestabilan strategis, nuklir Iran, situasi di Afghanistan, dan perubahan iklim,” demikian pernyataan Kremlin.
Ukraina
Kremlin tidak menyinggung soal Ukraina yang juga dibahas Biden. Kepada Putin, Biden menekankan komitmen AS pada Ukraina. Biden prihatin atas peningkatan kekuatan Rusia di Crimea dan perbatasan Ukraina. Rusia diminta meredakan ketegangan.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyebutkan, Rusia menggerakkan tentara di wilayahnya sendiri dan tidak terkait negara lain. Seharusnya, negara lain tidak perlu membahas masalah itu. Tentara Rusia dinyatakan tidak terlibat dalam konflik internal Rusia.
Sementara Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tengah menggerakkan 40.000 tentara ke perbatasan Rusia. NATO juga menggerakkan 15.000 unit persenjataan bersama puluhan ribu tentara itu. ”Termasuk pesawat strategis,” ujarnya mengacu pada pesawat pengangkut bom nuklir.
Di antara 40.000 tentara NATO itu, termasuk prajurit AS yang tengah digerakkan ulang dari AS ke Eropa melalui Atlantik. ”Tentara di Eropa bergerak ke perbatasan Rusia. Pasukan disebar di sekitar Baltik dan Laut Hitam,” ujarnya.
Ia menyebutkan, pasukan AS terutama difokuskan di Polandia dan negara-negara Baltik. Moskwa menyebutkan, pemantauan udara AS naik dua kali lipat dan pemantauan laut naik 50 persen sepanjang 2021. (AFP/REUTERS)