Indonesia terus meningkatkan penjajakan kerja sama ekonomi dengan negara-negara Afrika. Berbekal hubungan politik masa lalu, Indonesia ingin hubungan ekonomi di masa mendatang ditingkatkan.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia terus mengeratkan hubungan dengan negara-negara Afrika. Upaya terbaru lewat kesepakatan hibah penanganan dampak topan Idai untuk Mozambik dan Zimbabwe.
Naskah hibah ditandatangani di Jakarta, Selasa (13/4/2021). ”Kesepakatan ini adalah komitmen untuk menunjukkan dukungan kami, berbagi beban, khususnya di masa yang menantang ini,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Topan Idai menerjang sebagian Mozambik dan Zimbabwe pada 2019. Dampak topan masih terasa dan Mozambik, sedangkan Zimbabwe masih berusaha memulihkan diri dari dampak bencana itu kala pandemi Covid-19 melanda. ”Bencana alam, diiringi dampak virus korona, sangat buruk,” ujar Retno.
Retno menyebut, Indonesia memahami dampak bencana yang dialami Mozambik dan Zimbabwe. Apalagi, Nusa Tenggara Timur baru dilanda topan Seroja dan pesisir selatan Jawa diguncang gempa.
”Dari waktu ke waktu, Indonesia dan bangsa-bangsa Afrika menghadapi tantangan yang sama. Di masa lalu, negara kita mengalami penjajahan. Kini, kita menghadapi perubahan iklim. Topan yang merusak telah membawa kerugian besar pada kita,” ujarnya.
Retno mengatakan, Indonesia selalu siap menjalin hubungan jangka panjang. ”Bukan hanya sebagai mitra tradisional, melainkan juga mitra pembangunan masa depan,” tutur Retno.
Selama beberapa tahun terakhir, Indonesia terus meningkatkan penjajakan kerja sama ekonomi dengan negara-negara Afrika. Berbekal hubungan politik masa lalu, Indonesia ingin hubungan ekonomi di masa mendatang senantiasa meningkat.
Kerja sama
Dengan Mozambik, Indonesia, antara lain, menyusun Perjanjian Perdagangan (PTA) untuk 200 produk. PTA diharapkan memacu perdagangan kedua negara. Dalam PTA disepakati, Indonesia memberikan potongan tarif bea masuk hingga 40 persen untuk produk Mozambik. Sebaliknya, Mozambik memberi diskon hingga 50 persen. Mozambik diharapkan menjadi tambahan pintu masuk produk Indonesia ke sisi selatan Afrika.
Hibah kepada Mozambik disepakati di tengah perselisihan Pertamina dengan Mozambique LNG1 Co. Perselisihan terjadi karena Pertamina tidak kunjung menindaklanjuti kesepakatan pembelian gas dari Mozambik.
Adapun dengan Zimbabwe, Indonesia, antara lain, punya kesepakatan di proyek infrastuktur. Indonesia fokus pada revitalisasi layanan kereta kargo di Zimbabwe.
Bukan hanya Zimbabwe dan Mozambik yang didekati. Dengan Senegal, Indonesia telah mengirimkan tiga pesawat CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia. Pesawat ketiga tiba pada 31 Maret 2021. Pesawat itu awalnya akan dikirim pada 2020, tetapi tertunda karena pandemi.
Pengiriman terdampak penutupan perbatasan karena pesawat tidak bisa terbang langsung dari Indonesia ke Zimbabwe. Selama pengantaran, pesawat itu singgah di beberapa negara untuk mengisi ulang bahan bakar.
Sementara di Afrika Selatan, Indonesia malah baru meresmikan pabrik garmen di bawah bendera Pan Africa. Perusahaan Indonesia, Pan Brothers, menggandeng sejumlah pengusaha Afrika Selatan untuk membuat pabrik tersebut. Dari Indonesia dikirim bahan setengah jadi. Di Afrika Selatan, bahan baku itu diolah lebih lanjut. (RAZ)