Pasar Keuangan Global Menantikan Data Ekonomi AS dan China
Investor dan pelaku pasar global menantikan data terbaru ekonomi Amerika Serikat dan China yang akan dirilis pekan ini. Data inflasi AS akan menjadi perhatian utama.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SYDNEY, SENIN — Mayoritas pasar saham di Asia bergerak turun pada perdagangan sesi pertama, Senin (12/4/2021), seiring para investor dan pelaku pasar menantikan data terbaru ekonomi Amerika Serikat dan China yang akan dirilis pekan ini. Indeks MSCI yang mencerminkan indeks saham di Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,6 persen dalam perdagangan yang cenderung lambat.
Indeks Nikkei 225 di Tokyo turun tipis 0,5 persen pada saat indeks saham Korea Selatan, KOSPI, bergerak mendatar. Bursa saham China turun 0,9 persen menjelang rilis data ekonomi dari negara tersebut. Investor sangat ingin melihat bagaimana nasib saham di Alibaba Group Holding Ltd setelah China memberikan denda sebesar 18 miliar yuan (2,75 miliar dollar AS) kepada raksasa e-dagang tersebut.
Gema terkait hal itu dapat dirasakan di luar China karena lebih dari sepertiga saham yang terkorelasi dengan perusahaan itu dipegang oleh investor AS. Saham perusahaan tersebut juga membentuk lebih dari 8 persen dari indeks MSCI di negara-negara berkembang. Namun, sejumlah pelaku pasar menilai keputusan terkait hal itu sudah tecermin dalam harga saham terbaru perusahaan itu.
”Sejak IPO (penawaran saham perdana) Ant dibatalkan dan dengan undang-undang antimonopoli, pasar menilai Alibaba akan terdampak,” kata Louis Tse, Direktur Pelaksana Wealthy Securities, di Hong Kong. "Saya pikir ini bagus untuk harga sahamnya sekarang setelah berita itu muncul dan akhirnya diselesaikan."
Di AS,Indeks Nasdaq dan S&P500 berjangka tergelincir tipis pada awal perdagangan. Tekanan juga terlihat pada pasar berjangka indeks EUROSTOXX 50 dan FTSE. Indeks berjangka FTSE di London terpantau turun 0,2 persen. Pertumbuhan indeks dan saham-saham teknologi telah mengalami kebangkitan sepanjang pekan lalu seiring dengan turunnya imbal hasil US Treasury bertenor 10 tahun menjadi di level 1,66 persen, turun dari level puncaknya dalam kurun waktu 14-bulan di level 1,776 persen.
Thomas Mathews, ekonom di lembaga Capital Economics, meragukan reli di pasar surat utang itu akan bertahan. Mengingat kecepatan pemulihan ekonomi dan keengganan The Fed untuk menghalangi imbal hasil yang lebih tinggi, kami pikir imbal hasil jangka panjang akan naik lagi dalam waktu dekat.
Thomas Mathews, ekonom di lembaga Capital Economics, meragukan reli di pasar surat utang tersebut akan bertahan. ”Mengingat kecepatan pemulihan ekonomi dan keengganan The Fed untuk menghalangi imbal hasil yang lebih tinggi, kami pikir imbal hasil jangka panjang akan naik lagi dalam waktu dekat,” katanya.
Pada Minggu (11/4/2021), Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan, ekonomi AS akan mulai tumbuh jauh lebih cepat meskipun pandemi Covid-19 tetap menjadi ancaman. Pemulihan itu turut didorong oleh vaksinasi yang terus digenjot pemerintah. Hingga hari Minggu, AS telah menyuntikkan 187 juta dosis vaksin Covid-19 dari 237,7 juta dosis vaksin Covid-19 yang telah didistribusikan di semua wilayahnya.
Data yang dirilis pada pekan ini diperkirakan menunjukkan inflasi AS melonjak pada bulan Maret. Adapun penjualan ritel AS terlihat juga melonjak, bahkan dengan kenaikan dua digit. Departemen Keuangan AS juga akan menguji permintaan atas penawaran utang senilai 100 miliar dollar AS pada pekan ini.
”Pertumbuhan ekonomi yang cepat, didukung oleh pembukaan kembali dan kebijakan fiskal yang akomodatif, dapat menguntungkan sektor-sektor pasar saham yang lebih sensitif terhadap kesehatan ekonomi secara tidak proporsional,” kata Mathews dari Capital. ”Dan, komposisi pertumbuhan itu cenderung lebih condong ke sektor-sektor itu dibandingkan dengan ekspansi ekonomi pada umumnya."
Laporan-laporan kinerja perseroan juga bakal menjadi perhatian para pelaku saham pekan ini. Bank-bank memulai musim laporan kinerja triwulanan pertama pada pekan ini. Goldman Sachs, JPMorgan, dan Wells Fargo dijadwalkan untuk melaporkan pada Rabu (14/4/2021) mendatang. Analis mengharapkan keuntungan perusahaan-perusahaan yang terdaftar pada Indeks S&P500 akan melonjak 25 persen dari tahun sebelumnya, menurut data IBES Refinitiv. Itu akan menjadi kinerja terkuat dalam triwulanan sejak 2018.
Di pasar nilai tukar, posisi dollar AS terpantau melemah pada pekan lalu. Pelemahan itu seiring dengan turunnya imbal hasil surat utang di AS. Dollar AS terakhir diperdagangkan pada level 92,265 terhadap sejumlah mata uang utama global, turun dari level puncaknya di level 93,439. Dollar AS berada di level 109,60 yen, menguat tipis dari puncak pada bulan Maret di level 110,96 yen. Adapun Euro bertahan di level 1,1892 per dollar AS, di atas level baru-baru ini di level 1,1702 per dollar AS.
Di komoditas, harga minyak turun sekitar 2 persen pada pekan lalu. Hal itu terjadi karena adanya peningkatan produksi dan kebijakan pembaruan penutupan wilayah akibat Covid-19 di beberapa negara mengimbangi optimisme tentang pemulihan permintaan bahan bakar. Harga minyak Brent naik 28 sen pada Senin menjadi 63,24 dollar AS per barrel, sementara minyak mentah AS WTI naik 22 sen menjadi 59,54 dollar AS per barrel. (AFP/REUTERS)