Indonesia mengapresiasi Korea Selatan atas peluncuran purwarupa KF-X, pesawat tempur terbaru buatan Korsel. Pesawat tempur generasi 4.5 itu dikembangkan dengan kerja sama bersama Indonesia.
Oleh
Edna C Pattisina dan Anita Yossiharra
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Indonesia mengapresiasi peluncuran perdana purwarupa pesawat tempur KFX/IFX. Diharapkan hubungan kerja sama industri pertahanan kedua negara bisa diperkuat.
Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo secara daring dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang hadir langsung di acara peluncuran di Korea, Jumat (9/4). Acara tersebut diresmikan secara langsung oleh Presiden Republik Korea Moon Jae-In, didampingi Menteri Pertahanan Republik Korea Suh Wook dan Menteri Defense Acquisition Program Administration (DAPA) Kang Eun-Ho.
Presiden Jokowi menjelaskan bahwa sejak 2010 Indonesia dan Republik Korea telah menandatangani Nota Kesepahaman tentang kerjasama pengembangan pesawat tempur KFX dan IFX untuk m pesawat tempur kedua negara dalam waktu 30 hingga 40 tahun ke depan. Jokowi mengucapkan selamat atas peluncuran purwarupa KFX/ IFX dan berharap peluncuran ini bisa menjadi tonggak bagi Korea. Jokowi juga mengharapkan kesuksesan peluncuran pertama prototipe KFX ini agar dapat terus memberikan manfaat positif untuk kerjasama pertahanan antara Indonesia dan Korea.
Era baru
Dalam pidatonya, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengapresiasi kehadiran KFX yang saat memasuki dinas aktif nanti akan berganti nama menjadi KF-21 Boramae. Menurutnya, Boramae akan menjadi tulang punggung masa depan Angkatan Udara Korsel.
Pesawat tempur dari generasi 4.5 ini yang dikembangkan oleh Korea Aerospace Industries Ltd (KAI) dengan kemitraan bersama dengan Indonesia, memang dirancang untuk menjadi alternatif yang lebih murah dari pesawat tempur besutan AS, F-35 yang saat ini juga menjadi andalan Korsel.
KFX akan diproyeksikan mengganti armada F-4 dan F-5 buatan AS yang saat ini masih dioperasikan oleh Korea Selatan. Selain itu, KFX juga diarahkan untuk memasuki pasar ekspor. Di sisi lain, keberhasilan Korsel mengembangkan pesawat tempur di dalam negeri membuat ketergantungan negara itu pada produsen luar negeri kian berkurang.
Dengan mampu membangun sendiri pesawat tempur dengan kapabilitas memadai, Korsel menjadi kian percaya diri. "Era baru pertahanan independen telah dimulai," kata Moon. "Kapan pun kita membutuhkannya, kita bisa membuatnya."
Moon mengatakan Korsel menargetkan akan mengopersikan 40 Boramae pada tahun 2028 dan 120 Boramae pada tahun 2032.
Kerja sama Pertahanan
Menhan Prabowo Subianto dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Republik Korea Chung Sye-Kyun menyampaikan apresiasinya atas hubungan persahabatan antara Indonesia dan Korsel di bawah Kemitraan Strategis Khusus. Ia juga menyadari pentingnya Korsel sebagai mitra Indonesia di dalam kontribusinya untuk perdamaian dan kesejahteraan pada level nasional, regional dan Internasional.
Kementerian Pertahanan RI dan instansi terkait di bidang pertahanan selanjutnya berupaya membangun kemitraan dengan industri pertahanan luar negeri yang dapat memberikan pengaruh positif bagi perkembangan industri pertahanan Indonesia, termasuk diantaranya Korea Selatan.
Menhan Prabowo dalam kesempatan tersebut juga memberi selamat kepada pemerintah Korsel yang telah mencapai kemampuan memproduksi prototipe jet tempur generasi selanjutnya, dan mengharapkan dukungan PM Chung dalam upaya penguatan hubungan dan kerjasama industri pertahanan kedua negara.
Saat ini, hubungan pertahanan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan telah berjalan dengan baik di bawah payung kerja sama pertahanan dalam bentuk “Agreement between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Korea on Cooperation in the Field of Defense” yang telah ditandatangani di Jakarta pada 12 Oktober 2013 oleh kedua Menteri Pertahanan. Beberapa kerja sama pertahanan / militer yang sedang berlangsung antara kedua negara termasuk edukasi, kunjungan pejabat, forum dialog dan industri pertahanan.
Terkait isu pembiayaan KFX, dikabarkan, Prabowo membahas masalah ini dengan Menteri Luar Negeri Chung Eui-yong selama kunjungan ke Seoul. Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Korsel mengatakan, kedua belah pihak setuju untuk mengadakan pembicaraan tingkat tinggi tentang kerja sama keamanan, kata kementerian luar negeri Korea Selatan dalam sebuah pernyataan, tanpa merinci isu pembiayaan.
Korsel dan Indonesia sepakat pada tahun 2014 untuk bersama-sama mengembangkan pesawat tempur dalam proyek senilai 7,5 triliun won atau sekitar 6,3 miliar dollar AS. Dalam kerja sama itu, Indonesia menangung 20 persen dari biaya tersebut. Namun pada tahun 2018, Jakarta berusaha untuk melakukan negosiasi ulang dengan alasan menghemat cadangan devisa. Salah satu yang ditawarkan adalah dengan melakukan barter. (Reuters/JOS)