Manila memperingatkan Beijing bahwa jika kapal-kapal China tetap bertahan di wilayah perairan Laut China Selatan, hal itu akan berisiko memancing tindakan-tindakan yang tidak diinginkan kedua belah pihak.
Oleh
Luki Aulia
·2 menit baca
MANILA, SELASA — Situasi wilayah perairan Laut China Selatan kembali memanas. Filipina semakin tidak sabar dengan bergemingnya 220 kapal nelayan China di Karang Whitsun. Presiden Filipina Rodrigo Duterte menilai, keberadaan ratusan kapal China itu sudah menyerang wilayah Filipina.
Jika China tidak segera menarik semua kapal itu, Filipina memperingatkan hubungan keduanya bisa rusak dan memicu permusuhan yang tidak diinginkan.
”Kami bisa menegosiasikan hal-hal yang menjadi perhatian dan keuntungan bersama. Namun, kedaulatan wilayah kami tidak bisa dinegosiasikan,” kata pengacara Duterte, Salvador Panelo, dalam pernyataan tertulisnya, Senin (5/4/2021).
Jika kapal China tetap bertahan di wilayah perairan Laut China Selatan (LCS), itu akan berisiko memancing tindakan-tindakan yang tidak diinginkan kedua belah pihak. Juru bicara Duterte, Harry Roque, juga menegaskan, Filipina tidak akan rela menyerahkan wilayah perairan nasional atau zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina sejengkal pun.
Meski diplomat Filipina dan petinggi militer sudah tegas menentang China, pernyataan keras dari lingkup istana kepresidenan ini baru kali ini dilakukan. Hal ini berbeda dari sikap Duterte yang tampak enggan menghadapi China. Belakangan ini, Duterte malah mengupayakan hubungan baik dengan China demi investasi China di Filipina.
Keengganan Duterte bersikap tegas kepada China membuat frustrasi rakyat Filipina. Padahal, China jelas-jelas tidak menghormati putusan pengadilan pada 2016 yang mengklarifikasi hak kedaulatan Filipina atas ZEE. Duterte berulang kali mengatakan tidak ada gunanya menantang China dan justru akan berisiko memicu perang.
Bulan lalu, Filipina mengirimkan protes diplomatik karena ada 220 kapal nelayan China yang masuk dan mengancam wilayah perairan Filipina. Kapal-kapal nelayan itu juga diduga dioperasikan kelompok milisi. Namun, China mengatakan, kapal-kapal itu hanya mencari ikan di dalam wilayah perairan China.
Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana, Minggu (4/4), menuding China berencana menduduki lebih banyak pulau atau karang di LCS seperti yang dilakukan di Scarborough Shoal dan Karang Mischief. ”China beralasan kapal-kapal itu ada di sana karena cuaca laut buruk dan mereka butuh berteduh. Namun, saya tak bodoh. Cuaca sampai sekarang bagus, jadi tidak ada alasan tetap bertahan di sana. Segera keluar dari sana,” ujarnya.
Kedutaan Besar China di Manila menilai, pernyataan Lorenzana itu membingungkan dan meminta Pemerintah Filipina tidak mengeluarkan pernyataan tidak profesional yang justru akan memicu emosi irasional.
Tidak hanya Filipina dan China yang terlibat dalam sengketa LCS ini, tetapi juga Brunei Darussalam, Malaysia, Taiwan, China, dan Vietnam. Panelo menegaskan, Filipina tidak akan membiarkan isu ini hanya karena bantuan vaksin Covid-19 dari China. (REUTERS)