Program vaksinasi Covid-19 yang luas dan tes yang masif membuat Inggris percaya diri untuk mulai melonggarkan pembatasan sosial dan membuka kembali ekonomi serta perjalanan internasional.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
LONDON, SENIN — Di saat mayoritas negara Eropa kembali memberlakukan kebijakan pembatasan untuk mengendalikan penyebaran Covid-19, Inggris justru akan melonggarkan pembatasannya. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan mengumumkan rencana pembukaan kembali ekonomi dan perjalanan internasional.
Johnson akan memperbarui peta jalan respons pandemi Covid-19 untuk beberapa bulan ke depan setelah menjadi salah satu negara yang menggelar program vaksinasi Covid-19 yang sukses. Ia diharapkan mengonfirmasi bahwa ritel non-esensial, jasa perhotelan, dan penata rambut di Inggris bisa kembali dibuka pada 12 April nanti. Ia juga akan memberikan informasi detail soal paspor vaksin dan perjalanan internasional.
Sebelumnya, maskapai penerbangan berjuang untuk bertahan hidup selama hampir setahun tidak ada penerbangan. Rencana pemerintah Inggris mengategorikan negara-negara berdasarkan tingkat infeksi dan vaksinasi Covid-19 memberikan secercah harapan bahwa perjalanan internasional bisa kembali dibuka.
Berdasarkan peta jalan yang ada saat ini, perjalanan internasional masih dihentikan sampai paling cepat 17 Mei mendatang.
Pelonggaran bertahap di Inggris ini juga didukung oleh peningkatan tes Covid-19. Setiap orang berhak melakukan tes Covid-19 dua kali seminggu untuk mencegah lonjakan infeksi dan menemukan kasus positif tanpa gejala.
”Bersamaan dengan kemajuan program vaksinasi yang ada dan peta jalan untuk melonggarkan pembatasan dengan hati-hati, tes bahkan lebih penting untuk memastikan usaha itu tidak sia-sia,” kata Johnson.
Inggris bisa mulai melonggarkan pembatasan setelah memberikan vaksin Covid-19 AstraZeneca dan Pfizer kepada lebih dari separuh populasi penduduk dewasanya. Pembukaan kembali sekolah pada Maret lalu juga sejauh ini tidak menimbulkan lonjakan kasus.
Amerika Serikat
Sementara itu, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat melaporkan telah memberikan lebih dari 165 juta dosis vaksin Covid-19 kepada warganya dan mendistribusikan hampir 208 juta dosis.
CDC menyebutkan, sebanyak 106.214.924 penduduk telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19 dan 61.416.536 penduduk telah menerima dua dosis vaksin. Vaksin Covid-19 yang digunakan di AS termasuk vaksin dari Moderna dan Pfizer-BioNTech yang diberikan dua dosis serta vaksin dari Johnson and Johnson yang diberikan satu dosis.
Di Amerika Tengah, Presiden El Salvador Nayib Bukele mengatakan bahwa China akan mendonasikan 150.000 dosis vaksin Covid-19 dari Sinovac di luar dua juta dosis vaksin Covid-19 Sinovac yang sudah dipesan El Salvador.
”Saya menerima surat dari Presiden Xi Jinping yang menginformasikan bahwa ia akan mendonasikan 150.000 dosis vaksin Covid-19 kepada negara kami,” tulis Bukele di Twitter.
Donasi tersebut akan membantu El Salvador dengan populasi 6,5 juta. Negara itu memulai program vaksinasi pada Februari 2021. Vaksin yang mereka gunakan adalah vaksin Covid-19 AstraZeneca. El Salvador sejauh ini melaporkan 64.431 kasus Covid-19 dengan 2.025 kasus meninggal.
Sementara China sendiri menghadapi lonjakan kasus harian Covid-19 dalam lebih dari dua bulan terakhir. Lonjakan ini mayoritas disumbang oleh Provinsi Yunnan yang berbatasan dengan Myanmar. Pemerintah Kota Ruili di Yunnan memberlakukan karantina wilayah, menggelar tes yang masif, dan membatasi warganya yang keluar masuk kota itu sejak minggu lalu.
Analisis genetika kasus Covid-19 di Ruili memperlihatkan bahwa kasus-kasus baru merupakan impor dari Myanmar. Dari 15 kasus penularan lokal yang dilaporkan pada 4 April 2021, sebanyak 11 kasus merupakan warga Myanmar.
Ruili merupakan titik transit kunci dari Provinsi Yunnan. Kota ini harus berjuang memonitor perbatasannya dengan Laos, Myanmar, dan Vietnam sepanjang 4.000 kilometer untuk mencegah migrasi ilegal. (REUTERS)