Kemungkinan Kelalaian Jadi Penyebab Kandasnya MV Ever Given
Angin kencang ”bukan satu-satunya penyebab” kandasnya kapal MV Ever Given di Terusan Suez. Faktor kelalaian manusia tidak dikesampingkan dalam penyelidikan yang terus dilakukan di tengah upaya evakuasi kapal itu.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
SUEZ, MINGGU — Pengelola Terusan Suez menyebut adanya kemungkinan kelalaian atau kesalahan manusia sebagai faktor penyebab kandasnya kapal kargo raksasa MV Ever Given di terusan itu sejak Selasa, 23 Maret. Hingga Minggu (28/3/2021) pagi waktu setempat, belum ada kejelasan kapan evakuasi atas kapal yang melintang di terusan dan membuat jalur pelayaran vital global itu tersumbat.
Kepala Otoritas Terusan Suez Letnan Jenderal Osama Rabei, Sabtu, mengatakan kepada pers bahwa angin kencang ”bukan satu-satunya penyebab” kandasnya MV Ever Given. Ia menyebukan, penyelidikan sedang berlangsung dan tidak mengesampingkan adanya faktor kelalaian manusia atau teknis dalam dugaan penyebab kejadian tersebut.
Kapal sepanjang 400 meter dan berbobot 200.000 ton itu kandas saat angin berembus kencang dan terjadi badai pasir sehingga diduga ikut membatasi pandangan nakhoda kapal. Ia menegaskan, kandasnya kapal itu mengakibatkan semua pihak berada di situasi sulit. Ditanya tentang kapan mereka akan dapat mengevakuasi kapal itu dan membuka kembali kanal, Rabei mengaku tidak tahu.
Perusahaan penyedia solusi maritim terintegrasi, Bernhard Schulte Shipmanagement, mengatakan, hasil penyelidikan awal yang dilakukan pihak perseroan melihat tidak ada kegagalan mekanis atau mesin. Bernhard Schulte Shipmanagement adalah perusahaan yang mengelola operasionalisasi kapal MV Ever Given. Hanya disebutkan listrik pada kapal itu padam. MV Ever Given tengah membawa sekitar 20.000 peti kemas.
Pengerukan diharapkan dapat membebaskan kapal tanpa harus mengeluarkan muatannya. Namun, hal itu juga tidak menutup kemungkinan sekiranya muatan di kapal itu harus diturunkan atau dipindahkan sehingga mempermudah evakuasi kapal dari posisi kandas.
Rabei mengatakan, pihaknya tetap berharap pengerukan dapat membebaskan kapal tanpa harus mengeluarkan muatannya. Namun, hal itu juga tidak menutup kemungkinan sekiranya muatan di kapal itu harus diturunkan atau dipindahkan sehingga mempermudah evakuasi kapal. Shoei Kisen Kaisha Ltd, perusahaan yang memiliki kapal tersebut, mengatakan sedang mempertimbangkan untuk memindahkan kontainer jika upaya evakuasi kapal itu gagal dilakukan sampai batas tertentu.
Dua kapal tunda atau penarik tambahan dikerahkan ke Terusan Suez pada Minggu untuk membantu upaya evakuasi. Data satelit MarineTraffic.com menunjukkan, dua kapal tunda itu, yakni Alp Guard berbendera Belanda dan Carlo Magno berbendera Italia, mencapai Laut Merah di dekat kota Suez pada Minggu pagi. Bernhard Schulte Shipmanagement menyebutkan, kapal-kapal tunda itu diharapkan dapat mendorong Ever Given sepanjang 400 meter saat kapal-kapal keruk terus menyedot pasir dari bawah kapal dan lumpur berlapis ke sisi daratan di sekitar terusan.
Seorang sumber dari kalangan nakhoda kapal mengungkapkan, sepanjang Minggu para pekerja berupaya sekuat mungkin untuk secara simultan menyedot pasir dan lumpur di sekitar kapal, sekaligus mengevakuasi kapal naas tersebut. Para pekerja akan mengoptimalkan kondisi perairan yang tengah berada dalam kondisi pasang naik. ”Hari Minggu sangat penting,” kata sumber itu. ”Ini akan menentukan langkah selanjutnya, yang kemungkinan besar melibatkan pembongkaran sebagian muatan kapal.”
Pembongkaran sebagian muatan kapal diperkirakan bakal menambah hari penutupan terusan itu. Pembongkaran juga berarti akan membutuhkan derek dan peralatan lain yang tidak akan segera dapat didatangkan ke lokasi. Penambahan jumlah hari penutupan terusan adalah situasi yang berusaha keras dihindari oleh pihak berwenang di Mesir.
Penutupan berkepanjangan akan menyebabkan penundaan dalam rantai pengiriman global. Data resmi menunjukkan, sebanyak 19.000 kapal melewati terusan itu sepanjang tahun lalu. Sekitar 10 persen dari total perdagangan dunia mengalir melalui kanal itu. Penutupan tersebut dapat memengaruhi pengiriman minyak dan gas ke Eropa dari Timur Tengah. Suriah sudah mulai menjatah distribusi bahan bakar di tengah kekhawatiran penundaan pengiriman yang tiba di tengah tertutupnya terusan itu.
Perusahaan layanan kanal Leth Agencies menyatakan, hingga Minggu pagi lebih dari 320 kapal berada dalam posisi menunggu untuk melakukan perjalanan melalui Terusan Suez, baik ke arah Mediterania maupun Laut Merah. Lusinan kapal lain masih mencantumkan terusan itu sebagai bagian dari jalur pelayaran mereka. Namun, jika proses evakuasi MV Ever Given berlarut-larut, bisa dipastikan akan semakin banyak perusahaan kapal pengiriman yang menghindari Terusan Suez.
Perusahaan pelayaran terbesar di dunia, AP Moller-Maersk dari Denmark, memperingatkan pelanggannya bahwa dibutuhkan tiga hingga enam hari untuk mengurai penumpukan kapal di terusan itu. Saat ini, setidaknya terdapat 22 kapal milik perusahaan tersebut dan mitranya yang berada di kanal itu.
Mediterranean Shipping Co, perusahaan pelayaran terbesar kedua di dunia, mengatakan telah mengubah rute setidaknya atas 11 kapal melalui jalur pelayaran Afrika, semata untuk menghindari jalur Terusan Suez. Perseroan berencana mengubah dua rute kapal lainnya, tetapi tidak dapat berbuat banyak atas beberapa kapal yang telah berada di jalur penumpukan di Suez. (AP/AFP)