Lalu lintas laut melalui Terusan Suez, Mesir, terhenti sehingga mengganggu rantai pasok global. Pengiriman minyak dan komoditas terhambat.
Oleh
Musthafa Abd. Rahman, dari Kairo, Mesir
·4 menit baca
KAIRO, KOMPAS - Harian setengah resmi Mesir, al-Ahram hari Jum’at (26/3) mengungkapkan, pemerintah Mesir kini tengah menyiapkan tuntutan kepada pemilik dan perusahaan asuransi dari kapal kargo MV Ever Given untuk memberi ganti rugi mencapai jutaan dollar AS dari kerugian hilangnya pendapatan akibat tersangkutnya MV Ever Given sekian hari di Terusan Suez.
Pemerintah Mesir juga menyiapkan tim pengacara untuk mendapatkan ganti rugi tersebut, jika kasus terdamparnya MV Ever Given kelak harus dibawa ke ranah hukum di pengadilan internasional.
Mesir selama ini sangat tergantung pada pendapatan devisa dari Terusan Suez. Terusan Suez merupakan empat besar sumber devisa di Mesir, selain pariwisata, minyak dan pajak transfer gaji warga Mesir yang bekerja di luar negeri.
Pendapatan Mesir dari devisa Terusan Suez mencapai 5,61 miliar dollar AS pada tahun 2020, yakni ada penurunan dari tahun 2019 yang mencapai 5,8 miliar dollar AS. Penurunan pendapatan tersebut akibat pandemi Covid-19 yang berdampak menurunkan lalu lintas transportasi laut.
Media Mesir menyebut, setiap jam keterlambatan penyelesaian atas krisis MV Ever Given tersebut, akan membawa kerugian ekonomi cukup besar, baik terhadap perekenomian Mesir maupun internasional.
Menurut catatan Otoritas Terusan Suez, pada tahun 2020 telah melewati Terusan Suez sebanyak 19 ribu kapal yang membawa angkutan 1,17 miliar ton, atau sekitar 51 kapal per hari yang melewati Terusan Suez. Banyak jenis kapal yang biasa melewati Terusan Suez, mulai dari kapal kargo, kapal tanker minyak, kapal perang hingga kapal pesiar.
Arab Saudi dan Rusia tercatat sebagai dua negara pengekspor minyak terbesar yang menggunakan jalur Terusan Suez. Sedangan China dan India adalah dua negara pengimpor minyak terbesar yang menggunakan jalur Terusan Suez.
Sebanyak 30 persen lalu lintas kapal kargo dunia melewati Terusan Suez setiap hari, atau 12 persen dari keseluruhan lalu lintas kapal kargo dunia.
Pada tahun 2019, Mesir telah merayakan 150 tahun Terusan Suez yang dibuka pada tahun 1869 dan pembangunannya melibatkan satu juta penduduk Mesir atau seperempat penduduk Mesir saat itu.
Pada tahun 2015, Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi meresmikan pelebaran jalur Terusan Suez yang disebut Terusan Suez Baru dengan menelan biaya 8 miliar dollar AS.
Adapun kepala Otoritas pengelola Terusan Suez di Mesir, Osama Rabie hari Jum’at kemarin kembali mengumumkan, menutup sementara jalur pelayaran Terusan Suez hingga selesainya proses penarikan dan pengapungan kembali kapal kargo MV Ever Given..
Hal itu menyusul terus gagalnya upaya menarik dan mengapungkan kembali kapal kargo MV Ever Given yang nyangkut dan berposisi melintang di badan Terusan Suez itu sejak hari Selasa lalu (23/3).
MV Ever Given yang memiliki panjang 400 meter dan mengangkut muatan seberat 220 ribu ton, kini praktis menutup Terusan Suez.
Terusan Suez memiliki panjang dari selatan ke utara sekitar 193 km, dan lebar hanya antara 280 meter - 345 meter dengan kedalaman 22 meter.
Kapal kargo MV Ever Given yang sedang berlayar menuju Rotterdam – Belanda tiba-tiba saat melintas Terusan Suez hari Selasa lalu tersangkut, akibat cuaca buruk dan angin kencang yang melanda Mesir saat itu hingga nakhoda kapal kargo tersebut kehilangan arah pandangan.
Masih simpang siur tentang tenggat waktu yang dibutuhkan untuk bisa menarik dan berlayarnya lagi MV Ever Given tersebut. Kepala Otoritas Pengelola Terusan Suez, Osana Rabie kepada harian Mesir Al-Ahram mengatakan, Terusan Suez bisa dibuka lagi dalam kurun waktu 48 jam atau 72 jam mendatang.
Ia menyampaikan, optimis bisa menarik dan mengapungkan lagi MV Ever Given sesegera mungkin.
Namun kantor berita ekonomi Bloomberg hari Jum’at kemarin melansir, proses penarikan dan pengapungan kembali MV Ever Given membutuhkan waktu minimal satu pekan.
Bloomberg melansir, hingga hari Jum’at kemarin sudah 240 kapal yang ikut terdampar dan mengantri dari arah laut Merah maupun laut Tengah untuk masuk melewati Terusan Suez.
Banyak jenis kapal yang turut tersendat, yakni kapal tanker yang mengangkut minyak dan gas, serta kapal kargo yang membawa komoditas dari berbagai negara.
Ketidak pastian jadwal waktu bisa menarik dan berlayarnya lagi MV Ever Given itu, kini memunculkan kecemasan di dalam negeri Mesir, regional dan internasional akan dampak ekonomi dari penutupan sementara Terusan Suez tersebut.
Kecemasan itu semakin kuat menyusul setelah empat hari dari kasus terdamparnya MV Ever Given di Terusan Suez itu, semua perangkat teknologi yang dimiliki otoritas pengelola Terusan Suez tidak mampu mengatasi krisis tersebut.
Pengelola Terusan Suez diberitakan telah mengerahkan sedikitnya delapan kapal tunda untuk bisa menarik MV Ever Given itu, namun gagal menggerakkan kapal kargo berbendera Panama milik perusahaan Jepang, Shoel Kisen Kaisha, dan dioperasikan perusahaan Taiwan, Ever Given.