Socotra, ”Kekayaan” yang Tidak Tercabik Perang Yaman
Lanskap Pulau Socotra yang subur, pepohonan yang khas, hewan unik, dan perairan biru kehijauan menjadi ”oase” kedamaian di tengah hiruk-pikuk perang Yaman.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
Yaman telah dicabik-cabik oleh perang sejak tahun 2014-2015. Perebutan kekuasaan terjadi antara pemerintah dan pemberontak berikut kekuatan asing yang berada di kubu masing-masing.
Perang tak menyisakan tempat aman bagi warga Yaman. Negara yang tergolong paling miskin di Semenanjung Arab sebelum perang, kini semakin hancur setelah perang berkecamuk.
Namun, ada satu wilayah ”kaya” yang nyaris tak tersentuh oleh hujan peluru dan artileri dari pihak yang bertikai, yaitu Kepulauan Socotra di sebelah selatan Yaman. Socotra membuat nama Yaman tidak melulu identik dengan perang, tapi juga kekayaan alam berlimpah yang menarik pelancong berwisata.
Dengan lanskapnya yang subur, pepohonan yang khas, hewan unik, dan perairan biru kehijauan yang menjadi rumah bagi lumba-lumba, Kepulauan Socotra menjadi tujuan wisata para pelancong untuk lepas dari mimpi buruk konflik negara itu.
Kepulauan Socotra yang terletak di Samudra Hindia sekitar 200 kilometer lepas pantai Yaman itu terdiri dari empat pulau dan dua pulau berbatu. Socotra berjarak sekitar 250 kilometer dari Tanduk Afrika dan 1.000 kilometer dari Aden yang merupakan basis pemerintahan Yaman.
Socotra menjadi rumah bagi sekitar 50.000 orang dan relatif tidak tersentuh oleh perang yang telah menghancurkan daratan. Pulau itu terkenal akan keunikan keragaman hayatinya. Menurut UNESCO, hampir sepertiga dari 825 jenis tanaman dan 90 persen spesies reptil yang ada di Socotra terbilang unik.
Vegetasi yang unik dan spektakuler seperti pohon darah naga dengan kanopi berbentuk payung yang khas dan getahnya yang merah terdaftar ke dalam Situs Warisan Dunia tahun 2008. ”Socotra penting bagi titik keanekaragaman hayati Tanduk Afrika,” sebut UNESCO di laman resminya.
”Sebagai salah satu pulau dengan keanekaragaman hayati paling kaya dan berbeda di dunia, Socotra dijuluki Galapagos di Samudera Hindia.”
The National Museum of Natural History AS, menyebutkan bahwa dunia bawah laut Kepulauan Socotra juga sangat kaya, terdiri dari 283 spesies terumbu karang, 730 spesies ikan pesisir, dan 300 spesies kepiting, lobster, dan udang. Dengan kekayaan itu, Socotra menjadi ekosistem pendukung yang baik bagi populasi burung laut, termasuk sejumlah spesies burung laut yang terancam punah
Sementara sebagian besar daratan Yaman masih dilanda perang antara pemberontak dan pemerintah, minat pelancong untuk berlibur ke Socotra semakin besar. Banyak wisatawan asing ke Socotra berasal dari Uni Emirat Arab (UEA) yang kaya.
”Beruntung, Socotra tidak pernah terdampak oleh dinamika perang di Yaman daratan,” kata sebuah agen perjalanan wisata Welcome to Socotra. ”Tidak pernah ada ketegangan atau pertempuran dilaporkan, karenanya tidak ada alasan bagi wisatawan untuk khawatir.”
Sejak penerbangan sewa menggunakan pesawat Air Arabia dari Abu Dhabi, UEA kembali beroperasi satu kali seminggu. Welcome to Socotra telah menerima ”ratusan” permintaan.
Yaman, negara miskin di Semenanjung Arab, bahkan sebelum perang pun, telah mencoba bertahun-tahun mengembangkan Socotra menjadi simpul pariwisata lingkungan.
Akan tetapi, terlepas dari janji-janji pemerintah dan iming-iming pantai putih bersih, Socotra menjadi pemberitaan pada Juni 2020 ketika kelompok separatis dari Selatan Yaman yang dilatih UEA menguasai wilayah itu dari Pemerintah Yaman.
Sejak saat itu, kedua pihak yang berperang membuat kesepakatan pembagian kekuasaan yang secara substansial mengurangi ketegangan di wilayah Selatan. (AFP)