Arab Saudi Tawarkan Inisiatif Perdamaian Akhiri Perang Yaman
Pemerintah Arab Saudi mengumumkan inisiatif perdamaian baru untuk mengakhir konflik Yaman. Kelompok Houthi, proksi Iran dalam konflik itu, masih ragu.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
RIYADH, SELASA — Pemerintah Arab Saudi menawarkan inisiatif perdamaian untuk mengakhiri perang Yaman yang telah menyengsarakan dan menewaskan puluhan ribu orang. Inisiatif yang ditawarkan termasuk gencatan senjata nasional dan pembukaan kembali hubungan udara dan laut.
Inisiatif perdamaian diumumkan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, Senin (22/3/2021) waktu Riyadh. Di dalamnya mencakup pembukaan kembali Bandara Sana’a, ibu kota Yaman, dan kemungkinan membuka keran impor bahan bakar serta makanan melalui Pelabuhah Hodeida (Al-Hidayah) yang dikendalikan milisi Houthi dukungan Iran.
Selain itu, negosiasi antara pemerintahan Yaman yang didukung Arab Saudi dan Houthi akan dimulai kembali. Hal ini berlaku bila para kelompok bertikai di Yaman menerima inisiatif tersebut.
Data yang dikeluarkan The Armed Conflict Location and Event (ACLED), konflik Yaman telah menewaskan lebih dari 100.000 orang. Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) juga pernah merilis data yang menyebutkan bahwa 3,6 juta warga Yaman berstatus sebagai pengungsi.
Perang Yaman, menurut Amnesty International, telah mengakibatkan 4,5 juta warga dengan disabilitas menghadapi kesulitan yang semakin besar di negara ini.
Konflik tersebut, yang secara luas dipandang sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran, telah menemui jalan buntu selama bertahun-tahun. Perang tak berkesudahan itu telah membuat 80 persen populasi Yaman bergantung pada bantuan. Kelompok pemberontak Houthi menyatakan, mereka memerangi sistem yang korup dan agresi asing.
Arab Saudi, yang memimpin koalisi militer yang memerangi Houthi, berada dalam tekanan besar untuk mengakhiri konflik, yang telah berlangsung selama enam tahun, setelah Presiden AS Joe Biden mengisyaratkan Washington tidak akan lagi mendukung intervensi tersebut.
Apalagi dalam berbagai kesempatan PBB dan lembaga bantuan kemanusiaan memperingatkan tentang malapetaka kemanusiaan bila konflik Yaman terus berlanjut.
Pangeran Faisal mengatakan, Riyadh akan bekerja dengan komunitas internasional untuk menekan Houthi agar mau menerima tawaran perdamaian itu dan datang ke meja perundingan. Pangeran Faisal juga menyatakan, koalisi akan terus menghadapi serangan Houthi dengan tanggapan yang diperlukan.
Dalam beberapa pekan terakhir, Kelompok Houthi terus meningkatkan serangan pesawat nirawak (UAV) dan rudal ke wilayah Arab Saudi. Sebagian besar serangan menyasar fasilitas minyak tidak hanya di wilayah Arab Saudi, tetapi juga serangan darat di untuk merebut wilayah Ma’arib yang kaya gas di Yaman. Koalisi menanggapi dengan serangan udara di situs militer Houthi.
Pengumuman inisiatif perdamaian oleh Arab Saudi tidak merinci rute udara mana yang akan diizinkan untuk dilalui bila angkutan udara hendak terbang ke Sana’a, atau apakah impor melalui Pelabuhan Hodeida akan dikenakan pra-otorisasi tambahan.
Di Djibouti, PBB telah menyiapkan mekanisme untk memeriksa kapal-kapal yang akan berlabuh di Pelabuhan Hodeida. Namun, dalam praktiknya, kapal perang koalisi menahan sebagian besar kapal tujuan Hodeidah meski PBB telah memberikan izin kapal-kapal tersebut untuk merapat.
Pangeran Faisal mengatakan, pendapatan pajak dari pelabuhan akan masuk ke rekening bank bersama di cabang bank sentral Yaman di Hodeida.
”Kini terserah pada kelompok Houthi. Mereka harus memutuskan untuk mendahulukan kepentingan mereka di atas yang lain atau mendahulukan kepentingan Iran,” kata Pangeran Faisal.
Ragu
Sejumlah pihak menyambut baik inisiatif perdamaian yang ditawarkan Arab Saudi. Pemerintah Yaman yang diakui internasional dalam pernyataannya menyambut inisiatif tersebut.
Namun, dalam pandangan Houthi, tidak ada yang baru dalam inisiatif itu karena koalisi pimpinan Arab Saudi belum memenuhi tuntutan mereka agar blokade di Bandara Sana’a dan Pelabuhan Hodeida dicabut sepenuhnya.
”Kami berharap Arab Saudi akan mengumumkan diakhirinya blokade pelabuhan dan bandara dan inisiatif untuk mengizinkan 14 kapal yang ditahan oleh koalisi,” kata Ketua Tim Perunding Houthi Mohammed Abdulsalam.
Dia menambahkan, hak kemanusiaan tidak boleh digunakan sebagai alat tekanan. Houthi menuntut pencabutan blokade di kedua lokasi yang mereka anggap sebagai sumber malapetaka kemanusiaan di negara itu.
Sebaliknya, dalam pandangan koalisi dan lembaga bantuan kemanusiaan, Houthi dipandang menghalangi upaya bantuan kemanusiaan. Koalisi mengatakan, pelabuhan dan bandara harus dibatasi untuk mencegah senjata mencapai Houthi yang menguasai ibu kota dan daerah terpadat.
PBB sendiri menyambut baik inisiatif itu. Juru bicara PBB, Farhan Haq, mengatakan, niat Pemerintah Arab Saudi untuk mengakhiri konflik perlu disambut baik. Meski begitu, dia mengatakan, pembicaraan di antara para pihak harus terus diupayakan karena inisiatif baru langkah awal.
Haq mengatakan, proposal tersebut sejalan dengan inisiatif PBB dan utusan khusus Martin Griffiths sekarang akan menindaklanjuti dengan pihak-pihak yang bertikai.
Inggris dan AS menyambut inisiatif perdamaian Arab Saudi itu. Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menyatakan, gencatan senjata nasional dan tindakan untuk mengurangi pembatasan akses kemanusiaan sangat penting.
”Sekarang, Houthi harus menyesuaikan langkahnya menuju perdamaian dan mengakhiri penderitaan rakyat Yaman,” cuit Raab di Twitter.
Sementara, wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Jalina Porter, mengatakan, semua pihak yang terlibat dalam konflik Yaman harus memiliki komitmen yang serius untuk gencatan senjata dan terlibat dalam negosiasi di bawah naungan PBB. (AP/REUTERS)