AS Berhenti Dukung Saudi, Biden Ingin Perang Yaman Berakhir
Alih-alih melemahkan Houthi, serbuan koalisi Arab Saudi malah menewaskan lebih dari 100.000 warga sipil Yaman. AS berhenti dukung koalisi Arab.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
WASHINGTON DC, JUMAT — Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan bahwa negaranya berhenti mendukung Arab Saudi dalam perang Yaman dan menginginkan perang saudara di negara Arab miskin itu berakhir.
”Perang ini menciptakan krisis kemanusiaan. Perang ini harus berakhir. Untuk menekankan komitmen, kami menghentikan seluruh dukungan AS pada serangan di Yaman, termasuk penjualan senjata,” ujar Biden, Kamis (4/2/2021) siang waktu Washington DC atau Jumat pagi WIB.
Dengan senjata pasokan AS, Arab Saudi memimpin koalisi sejumlah negara Arab untuk menyerbu Yaman sejak 2015. Riyadh beralasan membantu Pemerintah Yaman menghadapi pemberontak Houthi yang disokong Iran.
Pemerintahan Barack Obama mendukung serangan itu lewat pasokan informasi intelijen dan aneka persenjataan. Dalam berbagai serangan udara terhadap fasilitas sipil Yaman, berkali-kali ditemukan rudal AS.
Sampai sekarang tidak ada tanda-tanda perang itu akan berakhir. Alih-alih melemahkan Houthi, serbuan koalisi Arab Saudi malah menewaskan lebih dari 100.000 warga sipil Yaman dan membuat jutaan lain kehilangan tempat tinggal dan aneka layanan vital.
Hingga 13 juta warga Yaman senantiasa terancam kelaparan dan sepenuhnya tergantung pada bantuan internasional untuk mendapat makanan dan obat-obatan.
Dalam pernyataannya, Biden mendesak gencatan senjata di Yaman agar bantuan kemanusiaan bisa dikirimkan. Ia juga mengumumkan penunjukan Timothy Lenderking sebagai utusan khusus untuk Yaman. Selama ini, Lenderking menjadi Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk urusan Timur Tengah.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan, AS telah menunda penjualan peluru kendali bernilai miliaran dollar AS ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab yang sama-sama terlibat di perang Yaman. Washington memastikan para mitranya di kawasan itu tetap mendapatkan kabar atas perkembangan sikap AS.
Aktivis Yaman, Tawakkol Karman, mendesak Biden memastikan AS tetap terlibat dalam proses perdamaian di Yaman.
”Keterlibatan AS, juga penolakan untuk berpihak pada diktator yang menumpahkan darah dibandingkan mendorong perubahan demokratis, sangat penting sehingga warga Yaman bisa kembali mengarah ke Demokrat,” ujarnya.
Sementara juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa Stephane Dujarric menyebut, keputusan Biden memberikan harapan untuk Yaman.
”Pengurangan senjata dan aktivitas militer sangat baik dan akan memberikan lebih banyak ruang dan harapan untuk dialog,” ujarnya.
Dukungan
Meski menghentikan dukungan untuk perang Yaman, Biden memastikan Washington akan terus mendukung Riyadh menjaga keamanan dan kedaulatannya.
”Arab Saudi menghadapi serangan rudal, pesawat tanpa awak, dan ancaman lain dari pasukan sokongan Iran di sejumlah negara. Kami akan terus mendukung dan membantu Arab Saudi mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayahnya,” kata Biden.
Riyadh menyambut keputusan Biden. Apalagi, Biden memastikan akan terus mendukung Riyadh.
Pengumuman Biden disampaikan setelah militer AS menyatakan tengah menjajaki kemungkinan penambahan pangkalan di Arab Saudi. Pelabuhan Yanbu di Laut Merah dan bandara di Tabuk serta Taif dijajaki jadi pangkalan baru AS di Arab Saudi.
Yanbu merupakan pelabuhan ekspor minyak. Kapal-kapal militer AS telah menguji pelabuhan itu beberapa waktu terakhir. Juru Bicara Komando Tengah AS Kapten Bill Urban mengatakan, penambahan fasilitas di tiga lokasi itu akan ditanggung Riyadh. Bahkan, sebagian biaya penambahan sudah dibayar Riyadh.
Lokasi-lokasi itu sudah diperiksa sejak akhir 2019, selepas serangan Houthi terhadap sejumlah kilang minyak Arab Saudi. Riyadh dan Washington menuding Teheran di balik serangan itu. Sebab, pesawat nirawak dalam serangan itu diketahui buatan Iran.
Sebelum di tiga lokasi itu, AS sudah punya pangkalan di Bahrain, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Kuwait. Di Arab Saudi juga ada beberapa pangkalan AS dengan jumlah tentara dan persenjataan terbatas. Hingga 2.500 tentara AS, sejumlah jet tempur, dan rudal patriot ditempatkan di Riyadh. (AP/REUTERS/RAZ)