Para Perempuan Pembawa Cahaya di Tengah Perang Yaman
Di tengah perang yang berkecamuk, sebagian perempuan Yaman bekerja mengalirkan daya listrik ke rumah-rumah penduduk dan menerangi mereka dengan "cahaya harapan".
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
Puluhan ribu orang telah tewas dalam Perang Yaman yang berlangsung sejak 2014. Konflik ini mempertemukan pemberontak Houthi yang didukung Iran melawan Pemerintah Yaman yang diakui secara internasional dan didukung oleh koalisi militer pimpinan Arab Saudi.
Rumah sakit, tempat usaha, dan pembangkit listrik telah dihancurkan atau ditutup. Di tengah kekurangan bahan bakar yang parah banyak orang yang terpaksa untuk bekerja di bawah naungan cahaya lilin.
Sebelum konflik, hanya sekitar dua pertiga orang Yaman yang memiliki akses ke jaringan listrik umum. Setelah perang yang menghancurkan infrastruktur di sana situasinya semakin buruk.
Namun, di negara konservatif yang dilanda kelaparan dan kemiskinan di tengah perang dahsyat yang telah menghancurkan sebagian besar infrastrukturnya itu, satu lapisan perak muncul: jaringan tenaga surya yang mulai dipasang di atap rumah-rumah warga di kota dan desa.
Yang luar biasa listrik tenaga surya yang menerangi rumah-rumah warga desa berasal dari stasiun yang seluruhnya dioperasikan oleh perempuan di bawah koordinasi Iman Hadi (36). Tindakan Hadi dan rekan-rekannya yang mengenakan burqa itu melampaui pikiran banyak orang.
Sepuluh perempuan Yaman pelopor itu telah mematahkan semua keraguan dan cemo\'ohan untuk membawa listrik ke desa mereka, menerangi kehidupan dengan tenaga surya jaringan mikro yang diharapkan dapat berkembang di seluruh wilayah yang dilanda perang.
Hadi telah mengelola Friends of the Environment Station semua anggotanya perempuan di daerah Abs yang dikuasai pemberontak, di barat laut ibu kota Sana\'a, sejak 2019. Dilengkapi dengan enam jaringan tenaga surya, stasiun tersebut menjadi satu-satunya sumber listrik untuk puluhan rumah di beberapa desa.
Hadi mengatakan, ide membangun jaringan listrik tenaga surya dimulai ketika para wanita membayangkan apa yang bisa mereka lakukan untuk membantu meringankan dampak perang di negara termiskin di Jazirah Arab tersebut.
”Kami bisa membuat banyak orang bahagia dengan menghubungkan jaringan listrik ke rumah mereka,” ujar Hadi yag memakai jubah tertutup dan sarung tangan sambil duduk di belakang mejanya di sebuah bangunan darurat di stasiunnya.
Stasiun tersebut, salah satu dari tiga stasiun di negara itu tapi satu-satunya yang dikelola oleh perempuan, semula hanya mengaliri listrik ke 20 rumah. Hari ini, jumlah rumah yang dialiri listrik dari stasiun tersebut jadi dua kali lipat.
”Di Yaman di mana orang tidak mampu membeli makanan, akses pada layanan kesehatan, atau kebutuhan dasar lainnya, menghadirkan opsi energi matahari ke daerah terpencil mampu memberdayakan masyarakat dan membangun harapan dan ketangguhan warga,” kata Auke Lootsma, Perwakilan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Yaman.
Proyek stasiun listrik yang dikelola Hadi, yang mendapat bantuan pendanaan dan dukungan pelatihan dari PBB dan Uni Eropa telah membantu warga Yaman untuk kembali hidup normal.
”Alhamdulillah, sejak pagi hingga malam, kipas angin, mesin cuci, lemari es, dan mesin jahit di rumah hidup lagi,” kata Faeiqa Najjar, salah seorang warga yang rumahnya dialiri listrik dari stasiun Hadi.
Listrik tenaga surya Hadi juga telah membantu sebagian warga mendapatkan uang. Dari keuntungan bersih sekitar 2.000 dollar AS per bulan, Hadi memberikan pinjaman mikro memberikan peluang bagi orang-orang untuk membuka usaha kecil seperti toko kelontong dan toko roti.
Namun, perjalanan kewirausahaan dan kepeloporan Hadi dan teman-temannya jauh dari kata mudah. Stasiun kecil Hadi berada di garis depan yang sering kali menjadi saksi pertempuran antara pemberontak dan pasukan pemerintah.
Di samping itu, masyarakat perdesaan menolak gagasan perempuan bekerja di luar rumah. ”Kami mengalami banyak hambatan termasuk ejekan dan penolakan dari keluarga kami juga masyarakat yang percaya bahwa proyek ini hanya untuk laki-laki,” ujar Hadi.
”Tapi kami bisa mengatasi kesulitan itu dengan gigih. Hari ini, cemoohan mereka telah berubah menjadi apresiasi dan penghargaan bagi perempuan.”
Kini, perempuan mengelap dan membersihkan panel surya, mengencangkan skrupnya, memeriksa baterai, dan menghitung pemakaian listrik melalui meteran yang tergantung di dinding setiap hari menjadi pemandangan baru di Yaman.
Proyek listrik tenaga surya Hadi di Yaman itu telah memenangi penghargaan Ashden Awards for Humanitarian Energy yang mengapresiasi para juara iklim. Saat ini UNDP sedang berupaya memperluas proyek ini dari tiga lokasi stasiun menjadi 100 stasiun di seluruh Yaman.
Hadi pun terpilih sebagai salah satu dari 100 orang paling inspiratif dan perempuan paling berpengaruh di dunia versi BBC tahun 2020. Stasiun listrik telah membuatnya menjadi ikon wirausaha lokal. Para pria pun kerap meminta nasihatnya dalam wirausaha juga mengakses pinjaman lunak darinya.
Rencana jangka panjang Hadi adalah menambah layanan listrik tenaga surya menjadi 3.060 rumah di daerahnya. ”Pesan saya kepada semua perempuan di sini adalah bangkit dan keluarlah untuk meraih ambisi mereka,” katanya.(AFP/ADH)