15 Tewas, 400 Orang Hilang akibat Kebakaran di Kamp Pengungsi Rohingya
Kebakaran hebat melanda kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh. Belasan pengungsi tewas dan ratusan lain dinyatakan hilang tertimpa reruntuhan kebakaran. Saksi mata menyebutkan, pengungsi terperangkap pagar kawat berduri.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·3 menit baca
DHAKA, RABU — Sedikitnya 15 orang tewas dan 400 orang lainnya masih hilang dalam kebakaran besar yang melanda kamp pengungsi etnis Rohingya asal Myanmar di Balukhali, Cox’s Bazar, Bangladesh, Senin (22/3/2021) malam. Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) menyebutkan, akibat kejadian itu sebanyak 45.000 pengungsi etnis Rohingya kehilangan tempat mereka bernaung di pengungsian.
”(Bencana) ini sangat besar, sangat menghancurkan,” kata Johannes Van der Klaauw dari UNHCR yang bergabung dari Dhaka dalam keterangan secara virtual di Geneva, Swiss, Selasa (23/3). ”Masih ada 400 orang yang belum ditemukan, mungkin di berada di reruntuhan.”
Dia mengatakan, UNHCR mendapat laporan lebih dari 550 orang terluka dan sekitar 45.000 mengungsi.
Sebagian besar pengungsi di kamp-kamp itu melarikan diri dari Myanmar pada 2017 di tengah kekerasan militer terhadap Rohingya. Para penyelidik PBB menyatakan, warga Rohingya itu terpaksa mengungsi karena adanya upaya dan niat genosida oleh militer Myanmar. Otoritas Myanmar membantah hal tersebut.
Otoritas Bangladesh sedang menyelidiki penyebab kobaran api yang menghancurkan kamp utama penampungan pengungsi Rohingya itu. Hingga kemarin, petugas darurat dan sukarelawan bersama para pengungsi mengais puing-puing untuk mencari korban lebih lanjut. Api menerobos kamp Balukhali yang berada di tenggara Cox’s Bazar, membakar ribuan gubuk, dan tenda pengungsi.
Semuanya telah hilang. Ribuan orang tanpa tempat tinggal. (Aman Ullah)
”Semuanya telah hilang. Ribuan orang tanpa tempat tinggal," kata Aman Ullah, seorang pengungsi Rohingya dari kamp Balukhali. ”Api berhasil dikendalikan setelah enam jam, tetapi beberapa bagian kamp terlihat mengeluarkan asap sepanjang malam.”
Terjebak pagar kawat
Beberapa saksi mata mengungkapkan bahwa pagar kawat berduri di sekitar kamp pengungsian telah menjebak banyak orang. Mereka tidak dapat segera melarikan diri menjauhi api ketika kebakaran terjadi.
Sejumlah badan kemanusiaan internasional pun menyerukan agar kawat-kawat berduri itu dicabut. Organisasi kemanusiaan Refugees International, yang memperkirakan 50.000 orang telah mengungsi, mengatakan bahwa tingkat kerusakan akibat peristiwa itu mungkin belum akan diketahui untuk beberapa waktu.
”Banyak anak hilang dan beberapa tidak dapat melarikan diri karena kawat berduri yang dipasang di sekitar kamp,” kata organisasi itu dalam sebuah pernyataan.
Mohammad Mohsin, Sekretaris Kementerian Penanggulangan dan Bantuan Bencana Bangladesh, yang mengunjungi kamp tersebut pada Selasa mengungkapkan bahwa sekitar 40.000 gubuk perlindungan para pengungsi di kamp itu terbakar. Dua rumah sakit utama Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan Pemerintah Turki juga hancur.
”Sebuah komite beranggotakan tujuh orang telah dibentuk untuk menyelidiki masalah tersebut,” katanya kepada wartawan di Cox’s Bazar.
Sanjeev Kafley, Kepala Delegasi Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di Bangladesh, mengatakan bahwa lebih dari 17.000 tempat penampungan telah hancur dan puluhan ribu orang mengungsi. Lebih dari 1.000 staf Palang Merah dan sukarelawan bekerja bersama dengan petugas pemadam kebakaran untuk memadamkan kobaran api.
Kafley menyebutkan, mereka tersebar di empat bagian kamp yang menampung sekitar 124.000 orang. Jumlah itu merupakan sekitar sepersepuluh dari perkiraan 1 juta pengungsi Rohingya di daerah tersebut. ”Saya telah berada di Cox’s Bazar selama tiga setengah tahun dan belum pernah melihat api seperti itu,” katanya.
”Orang-orang ini telah mengungsi dua kali. Bagi banyak orang, tidak ada yang tersisa (akibat kebakaran itu).”
John Quinley dari lembaga Fortify Rights, sebuah organisasi hak asasi yang bekerja dengan Rohingya, mengatakan bahwa dia telah mendengar laporan serupa. Ia juga menyatakan pagar berduri di sekitar pengungsian telah menghambat distribusi bantuan kemanusiaan dan layanan vital di kamp-kamp di waktu sebelumnya.
”Pemerintah harus menghapus pagar itu dan melindungi pengungsi,” kata Quinley. ”Sekarang telah terjadi sejumlah kebakaran besar di kamp-kamp, termasuk kebakaran besar pada Januari tahun ini. Pihak berwenang harus melakukan penyelidikan yang tepat atas penyebab kebakaran tersebut.” (REUTERS)