Gedung Putih Didesak Longgarkan Aturan Perjalanan Internasional
Industri pariwisata terdampak hebat oleh pembatasan sosial selama pandemi Covid-19. Pelaku industri ini di AS mendesak Gedung Putih untuk melonggarkan aturan perjalanan internasional.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Maskapai penerbangan dan pelaku bisnis pariwisata lainnya mendorong Gedung Putih membuat rencana untuk meningkatkan perjalanan internasional dan mencabut pembatasan yang diberlakukan sejak awal pandemi dalam lima minggu ke depan.
Lebih dari 20 kelompok menyampaikan permintaan itu dalam surat yang dikirim ke Gedung Putih, Senin (22/3/2021). Organisasi yang mengajukan pelonggaran pembatasan perjalanan internasional itu termasuk kelompok maskapai penerbangan terbesar AS, Airlines for America, Asosiasi Perjalanan AS, dan Kamar Dagang Industri AS. Mereka menetapkan target 1 Mei bagi pemerintah untuk ”bermitra dengan kami”.
Maskapai penerbangan berharap pembatasan perjalanan antara AS dengan Eropa, China, dan kawasan lain yang diberlakukan Presiden Donald Trump untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 dicabut.
Mereka mengutip laporan kasus baru Covid-19 yang menurun, jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit, dan kasus meninggal terkait Covid-19 di AS saat ini sebagai salah satu argumennya. Selain itu, hampir 45 juta warga AS sudah divaksin atau lebih dari 13 persen populasi.
”Waktu untuk merencanakan dan memetakan peta jalan pembukaan kembali perjalanan internasional adalah sekarang,” tulis kelompok tersebut dalam suratnya kepada Koordinator Gugus Tugas Pandemi Covid-19 Gedung Putih, Jeffrey Zients.
Kelompok pengusaha itu ingin orang yang sudah divaksin Covid-19 dibebaskan dari kewajiban tes Covid-19 sebelum memasuki AS. Mereka juga meminta Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS mengeluarkan pernyataan bahwa orang yang sudah divaksin Covid-19 aman untuk bepergian.
Menurut para pelaku industri pariwisata tersebut, langkah-langkah di atas dan kebijakan lainnya akan mempercepat pemulihan industri perjalanan wisata dan penerbangan yang hancur selama pandemi.
Perjalanan udara di AS sudah meningkat. Lebih dari satu juta orang telah masuk ke wilayah AS dalam 11 hari terakhir. Data pada Minggu (21/3/2021), misalnya, memperlihatkan lebih dari 1,5 juta orang masuk ke AS untuk pertama kalinya dalam setahun terakhir. Namun, total lalu lintas penumpang udara tetap berada di bawah kondisi 2019.
Gedung Putih sendiri tidak memberikan tanggapan atas surat tersebut, tetapi merujuk pada pernyataan Direktur CDC Rochelle Walensky yang mengatakan bahwa pihaknya sedang menyusun panduan terbaru bagi orang yang sudah divaksin Covid-19. Namun, CDC juga khawatir dengan meningkatnya kasus Covid-19 di negara-negara di Eropa.
”Kalau kita lihat teman-teman kita di Eropa, kita tidak ingin mengalami peningkatan kasus seperti itu lagi, dan itu sangat mungkin terjadi,” ujar Walensky. “Kita juga sebentar lagi memvaksin lebih banyak orang. Sekarang bukan waktunya untuk bepergian.”
Maskapai penerbangan telah melobi pemerintahan Joe Biden untuk mengambil peran dalam pengembangan standar paspor vaksin yang akan memungkinkan orang untuk bepergian dengan bebas jika telah divaksin lengkap dan lolos tes Covid-19.
Pekan lalu, Uni Eropa mengajukan sertifikat kesehatan digital, tetapi Pemerintah AS menolak dan mengatakan itu terserah pada sektor swasta.
Tahun lalu, pemerintah federal telah menyetujui bantuan 65 miliar dollar untuk menolong maskapai penerbangan memenuhi sebagian besar kewajibannya terhadap karyawan untuk menjamin mereka tidak kehilangan pekerjaannya plus tambahan miliaran dollar AS dalam bentuk pinjaman berbunga rendah.
Baru-baru ini, Presiden Joe Biden menandatangani paket bantuan 1,9 triliun dollar AS yang 15 miliar dollar di antaranya diperuntukkan bagi maskapai penerbangan.
Sementara itu, Badan Penerbangan Federal (FAA) AS melaporkan, ada lebih dari 500 kasus penumpang pesawat yang tidak bisa diatur sejak akhir Desember 2020 hingga kini. Paling banyak adalah kasus penumpang yang menolak memakai masker. FAA kini sedang mengkaji lebih dari 450 kasus dan mulai menegakkan sanksi terhadap 20 orang.
Laporan FAA itu muncul tidak lama setelah badan federal tersebut memperpanjang kebijakan ”nol toleransi” terhadap penumpang pesawat yang susah diatur. Dengan kebijakan ini, penumpang yang mengganggu atau mengancam keselamatan penerbangan terancam denda dan hukuman penjara.
”Kasus yang muncul masih terlalu tinggi dan itu menjadi bukti bagi kami untuk tetap memberlakukan kebijakan ini,” kata Administrator FAA Stephen Dickson. (AP/ADH)