Uni Eropa-Inggris Saling Berebut Vaksin AstraZeneca
Di tengah menipisnya pasokan vaksin Covid-19, Uni Eropa dan Inggris saling berebut vaksin dari AstraZeneca. Keduanya saling melontarkan tuduhan melarang ekspor vaksin.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·4 menit baca
LONDON, SENIN – Inggris memperingatkan Uni Eropa agar tidak menutup keran ekspor vaksin Covid-19 AstraZeneca jika blok negara-negara Eropa itu tidak mendapat vaksin sesuai yang dipesan. Langkah tersebut akan “kontra produktif.”
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan, dunia menyaksikan bagaimana Uni Eropa (UE) merespons kekurangan pasokan vaksin Covid-19 dari AstraZeneca dan reputasi Brussels dipertaruhkan. Ia mengeluarkan komentar itu setelah Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen kembali mengancam untuk kembali melarang ekspor vaksin Covid-19 AstraZeneca kecuali perusahaan Inggris-Swedia itu mengirim 90 juta dosis yang disepakati dalam kontrak pembelian dengan UE untuk dikirim pada kuartal pertama 2021.
Perang kata-kata antara Inggris dan UE soal pasokan vaksin Covid-19 AstraZeneca kian mengerucut pada sebuah pabrik di Belanda. Pemerintah Inggris menyeru AstraZeneca untuk mengirimkan vaksin Covid-19 yang diproduksi di pabriknya di Leiden, Belanda. UE menolak seruan itu.
“Inggris memaksa bahwa pabrik Halix di Belanda harus mengirim materi obat yang diproduksi di sana kepada mereka. Tidak bisa begitu,” kata seorang pejabat Eropa. Pabrik di Leiden yang dijalankan oleh subkontraktor Halix itu terdaftar sebagai pemasok vaksin bahan vaksin untuk AstraZeneca dengan Inggris dan UE.
“Apa yang diproduksi di Halix harus dikirim ke UE,” ujar seorang pejabat UE. Tetapi, Inggris berkeras bahwa kontrak harus dipenuhi.
Seorang pejabat UE mengatakan, pabrik yang dioperasikan Halix sudah memproduksi vaksin Covid-19, tetapi belum diketahui jumlahnya.
Di bawah kontrak UE dengan Astraeneca, vaksin harus diproduksi terlebih dulu sebelum mendapat izin penggunaan dan harus segera dikirim jika telah mendapat izin penggunaan darurat. AstraZeneca menolak menginformasikan berapa banyak vaksin yang disimpan di Halix.
Dua pabrik di Inggris yang dioperasikan Oxford Biomedica dan Cobra Biologics juga terdaftar sebagai pemasok vaksin untuk UE dalam kontrak dengan AstraZeneca. Tetapi, belum ada vaksin Covid-19 dari dua pabrik ini yang dikirim ke UE meski Brussels telah memintanya.
AstraZeneca mengatakan kepada UE bahwa Inggris memanfaatkan klausul dalam kontraknya yang melarang ekspor vaksin hingga kebutuhan Inggris terpenuhi.
Tampil di beberapa acara bincang-bincang politik, Wallace mengatakan, upaya mencoba untuk “balkanisasi atau membangun tembok” di sekitar produksi vaksin akan menghancurkan warga Inggris dan Eropa. "Mereka akan merusak, tidak hanya, peluang penduduk mereka sendiri untuk mendapatkan vaksin, tetapi juga penduduk banyak negara di dunia. Nama baik UE akan rusak dan sulit untuk dipulihkan dalam waktu dekat,” kata Wallace kepada Sky News.
"Ini kontraproduktif karena satu hal yang kami tahu soal produksi dan pembuatan vaksin adalah itu dilakukan secara kolaboratif.”
Perbedaan laju vaksinasi
Perselisihan Inggris-UE soal vaksin AstraZeneca terjadi saat program kampanye vaksinasi Inggris mencapai puncaknya, sementara UE masih berjuang untuk mendapatkan vaksin dan menghadapi gelombang ketiga infeksi Covid-19 yang dipicu oleh varian baru virus SARS-CoV-2.
UE hanya “mencoba agar kontraknya dengan AstraZeneca dihormati,” ujar sebuah sumber yang dekat dengan von der Leyen. "Perusahaan itu telah mengirim kurang dari 10 persen dari jumlah dosis yang direncanakan untuk 2021. Itu sebabnya sangat wajar bagi kami untuk meminta dosis sisanya untuk dikirim ke Eropa sesuai rencana,” kata sumber tersebut menambahkan.
Pekan ini, pemerintah Inggris memuji sendiri program vaksinasinya sebagai “sukses besar”. London mengumumkan bahwa separuh populasi dewasa di negara itu-–hampir 27 juta jiwa-–telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19. Pada Jumat akhir pekan lalu, Inggris mencatat rekor dengan memberikan 711.156 dosis vaksin Covid-19 dalam sehari.
Akan tetapi, suplai vaksin yang menipis dari Serum Institute of India bisa berakibat tahapan vaksinasi berikutnya yang menyasar penduduk usia 30 tahunan akan tertunda dari April hingga Mei.
Sebaliknya, program kampanye vaksinasinya di Eropa terhambat akibat pasokan vaksin dari AstraZeneca tidak sesuai harapan. Von der Leyen mengatakan, AstraZeneca telah mengirim hanya 30 persen dari 90 juta dosis yang dijanjikannya untuk kuartal pertama 2021 ini.
Brussel marah karena pada saat yang sama perusahaan tersebut ternyata bisa memenuhi pesanan vaksin Covid-19 Inggris. AstraZeneca menyalahkan keterlambatan produksi itu pada fasilitas produksinya di Eropa. Inggris mengatakan, vaksin Covid-19 yang mereka pakai berasal dari berbagai sumber di luar Eropa. (AFP/REUTERS)