Makin Tak Nyaman dengan AS, Rusia Panggil Pulang Dubes di Washington DC
Pemanggilan Dubes Rusia di AS itu dilakukan setelah rilis laporan dugaan keterlibatan Rusia dalam pemilu AS. Hal itu juga hanya sehari setelah siaran wawancara Joe Biden yang menyebut Vladimir Putin sebagai pembunuh.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
MOSKWA, RABU — Pemerintah Rusia, Rabu (17/3/2021), memanggil pulang Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat Anatoly Antonov ke Mokswa. Kementerian Luar Negeri Rusia hanya menyebut singkat bahwa penarikan itu untuk kepentingan konsultasi tanpa menyebutkan alasan tertentu lain. Pemanggilan Antonov ke Mokswa itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan Rusia dengan AS di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden. Dalam sebuah wawancara televisi, Biden mengaku sepakat jika Presiden Rusia Vladimir Putin adalah seorang pembunuh.
Juru bicara Kemenlu Rusia, Maria Zakharova, tidak mengutip alasan spesifik pemanggilan pulang Antonov. Namun, ia menyatakan bahwa hubungan Rusia-AS ”berada dalam keadaan yang sulit, yang telah dibawa oleh Washington ke jalan buntu dalam beberapa tahun terakhir”. ”Kami tertarik untuk mencegah degradasi (hubungan) yang tidak dapat diubah jika Amerika menyadari risiko yang terkait,” kata Zakharova.
Pemanggilan Antonov dilakukan hanya sehari setelah munculnya laporan yang belum terkonfirmasi dari kantor direktur intelijen nasional AS. Isi laporan itu menyatakan bahwa Presiden Putin berwenang melakukan operasi untuk membantu Donald Trump dalam pemilihan presiden November lalu. Trump yang mencalonkan kembali pada pemilu itu akhirnya kalah dari presiden terpilih, Joe Biden.
Biden juga menyinggung Putin dalam sebuah wawancara televisi yang disiarkan pada Rabu. Biden ditanya apakah menurut dirinya Putin adalah seorang pembunuh dan ia menyatakan kesepakatannya atas hal itu. ”Iya,” kata Biden.
Pertanyaan yang diajukan itu terkait dengan dugaan upaya pembunuhan menggunakan racun terhadap tokoh oposisi utama Rusia, Alexei Navalny. Biden juga berkomentar tentang laporan dugaan keterlibatan Putin dalam pemilu AS. ”Ada harga yang harus dibayarnya,” kata Biden merujuk pada Putin.
Penarikan Dubes Antonov itu menandai krisis terbaru hubungan AS-Rusia. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan kepada RIA Novosti bahwa tanggung jawab atas penurunan lebih lanjut hubungan Rusia-Amerika sepenuhnya ada pada AS.
Komentar Biden itu disiarkan saat Departemen Perdagangan AS mengumumkan pengetatan pembatasan ekspor yang diberlakukan AS pada Rusia sebagai hukuman atas upaya dugaan pembunuhan dengan meracuni Navalny. Penarikan Dubes Antonov itu menandai krisis terbaru hubungan AS-Rusia. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan kepada RIA Novosti bahwa tanggung jawab atas penurunan lebih lanjut hubungan Rusia-Amerika sepenuhnya ada pada AS.
Di Washington DC, Departemen Luar Negeri AS mencatat langkah Rusia itu. Pemerintah AS mengaku akan tetap waspada tentang tantangan yang diajukan Rusia. Seorang juru bicara Deplu AS mengatakan bahwa utusan AS akan tetap di Moskwa dengan harapan mempertahankan saluran komunikasi terbuka dan untuk mengurangi risiko salah perhitungan di antara kedua negara.
Terkait pertanyaan yang diajukan kepada Biden dan jawaban yang diberikannya, juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, menjelaskan, bahwa inti pertanyaannya adalah apakah presiden menganggap Putin secara harfiah atau hanya secara metaforis sebagai seorang pembunuh. ”Dia tidak ragu-ragu perihal apa-apa yang kami lihat sebagai tindakan jahat dan bermasalah,” kata Psaki sambil mengutip beberapa soal, mulai dari dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu AS, kasus keracunan Navalny, hingga serangan siber.
”Dia (Biden) tidak akan menahan diri dalam komunikasi langsungnya, juga tidak akan menahan diri secara terbuka,” imbuhnya tentang Biden. ”Kami tidak akan melihat ke arah lain seperti yang kami lihat dalam empat tahun terakhir.”
Biden mengatakan kepada ABC News bahwa dia telah ”berbicara lama” dengan Putin setelah menjabat pada Januari. ”Pembicaraan dimulai dan saya langsung berkata, ’Saya mengenal Anda dan Anda mengenal saya. Jika saya menetapkan ini terjadi, maka bersiaplah,’” kata Biden.
Penilaian Biden bahwa Putin adalah ”pembunuh” itu sangat kontras dengan penolakan keras Trump untuk mengatakan sesuatu yang negatif tentang presiden Rusia. Dalam wawancara tahun 2017 dengan Fox News, Trump juga ditanya tentang Putin sebagai seorang ”pembunuh”. ”Ada banyak pembunuh,” jawab Trump. ”Menurutmu negara kita begitu polos?”
Terlepas dari pemikirannya tentang pemimpin Rusia itu, Biden mengatakan, ada area yang menjadi kepentingan bersama di antara kedua negara untuk bekerja sama.
”Itu sebabnya saya memperbarui perjanjian START dengannya,” katanya tentang perjanjian nuklir itu. ”Itu terjadi saat dia melakukannya, tetapi hal itu semata demi kepentingan umat manusia bahwa kami mengurangi prospek perang nuklir.”
Dari Rusia dilaporkan, Vyacheslav Volodin, Ketua Majelis Rendah Parlemen Rusia, mengecam Biden soal deskripsi Putin sebagai pembunuh. ”Biden menghina warga negara kita,” kata Volodin. ”Serangan terhadap (Putin) adalah serangan terhadap negara kami.” Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menepis pendapat AS bahwa Rusia telah menargetkan infrastruktur pemilu selama pemilihan presiden AS tahun 2020. Kremlin menilai hal itu sebagai tuduhan tidak berdasar dan semata demi pemberian sanksi oleh AS terhadap Rusia. (AP/AFP)