AS Pastikan Komitmen di Kawasan Indo-Pasifik untuk Hadang Pengaruh China
Kunjungan Menlu AS Antony Blinken dan Menhan AS Lloyd Austin ke Jepang dan Korsel pekan ini digelar untuk menegaskan kembali komitmen AS di kawasan Indo-Pasifik di tengah kekhawatiran tentang meluasnya pengaruh China.
Oleh
Luki Aulia
·3 menit baca
TOKYO, SENIN — Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Joe Biden berupaya memulihkan kembali pengaruh dan hubungannya dengan negara-negara di kawasan Indo-Pasifik. Untuk menegaskan kembali komitmen AS di kawasan itu, dengan berbekal keprihatinan dan kekhawatiran yang sama akan meluasnya pengaruh China di Indo-Pasifik, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin akan bertemu langsung dengan Menlu Jepang Toshimitsu Motegi dan Menhan Jepang Nobuo Kishi.
Blinken dan Austin tiba di Tokyo, Jepang, Senin (15/3/2021). Dalam kunjungan ini, keduanya menekankan bahwa AS dan negara-negara lain memiliki keinginan yang sama untuk menjaga agar Indo-Pasifik tetap terbuka. Masalahnya, sikap China selama ini terlalu memaksa untuk mendapatkan apa pun yang diinginkan. ”Untuk menangani hal ini, kerja sama dengan sekutu itu sangat penting,” ujar keduanya.
AS akan tetap mempertahankan kekuatan militernya sekaligus menempuh jalur diplomasi dengan sekutu untuk memastikan semua negara sekutu mampu menghadapi ancaman. Dengan bekerja sama, mereka akan bisa membuat China mempertanggungjawabkan pelanggaran hak asasi mereka dan masalah-masalah lain di Xinjiang, Tibet, Hong Kong, dan Taiwan.
Selain isu China, Jepang dan AS kemungkinan akan menegaskan kembali pentingnya aliansi tiga arah mereka dengan Korea Selatan. Terkait isu Korsel, kemungkinan juga akan dibahas mengenai ketegangan hubungan antara Tokyo dan Seoul tentang isu kompensasi pada masa perang.
Untuk menunjukkan keinginan AS kembali terlibat di kawasan Asia-Pasifik, Biden menggelar pertemuan tingkat tinggi pertama di antara para pemimpin empat negara (Australia, Jepang, India, dan AS) secara virtual. Pada pertemuan itu, Biden juga menekankan komitmen AS pada kawasan itu.
Motegi berharap pertemuan AS-Jepang ini akan bisa menunjukkan kepada dunia betapa hubungan AS dan Jepang tidak tergoyahkan. Ia juga berharap kedua negara akan bisa meningkatkan kemampuan pertahanan untuk menghadapi ancaman China.
”Jepang dan AS akan merespons upaya unilateral China untuk mengubah status quo. Tetapi, di saat yang sama, China adalah negara terkuat kedua di dunia dalam perekonomian. Karena itu, kita perlu mendorong China bertindak sesuai aturan internasional,” ujarnya.
Jepang berada di posisi diplomatik yang pelik. Perekonomian negara itu sangat bergantung pada China. Namun, di sisi lain, Tokyo menganggap China juga mengancam keamanan kawasan. Apalagi setelah China membangun kekuatan militer di salah satu pulau di Laut China Selatan dan mengklaim wilayah perairan Kepulauan Senkaku, atau Diaoyu dalam sebutan versi China, di Laut China Timur.
China membantah sengaja memperluas klaim wilayah dan beralasan bahwa mereka hanya menjaga hak kepemilikan wilayah.
Juru bicara Kemenlu China, Zhao Lijian, menegaskan bahwa kekhawatiran akan China yang memperluas pengaruh itu tidak benar. Ia menyebut kekhawatiran itu datang dari prasangka buruk ideologi dan mental Perang Dingin yang sudah ketinggalan zaman.
”Sejak lama banyak negara bersemangat menghasut pihak lain soal China. Apa yang mereka lakukan itu tidak akan berhasil,” ujarnya.
Blinken dan Austin juga dijadwalkan akan bertemu dengan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga. Suga sudah dijadwalkan akan berkunjung ke Washington untuk bertemu Biden, April mendatang.
Selama berada di Jepang, Blinken dan Austin juga akan bertemu secara virtual dengan para pemimpin bisnis, masyarakat sipil, dan lain-lain. Kemudian, pada hari Rabu, keduanya akan bertolak ke Korsel. (REUTERS/AFP/AP)