Di Tengah Upaya AS Memadamkan Konflik, Perang Yaman Semakin Memanas
Serangan pesawat nirawak Houthi menarget penyimpanan minyak Ras Tanura, salah satu pelabuhan minyak terbesar dunia, dan fasilitas Aramco di Dhahran, Arab Saudi. Saudi juga melancarkan serangan udara di Sana’a, Yaman.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
RIYADH, SENIN — Serangan rudal dan pesawat tak berawak yang dilancarkan oleh kelompok pemberontak Houthi di Yaman, Minggu (7/3/2021), ke fasilitas pengolahan minyak Aramco, Arab Saudi, menjadi titik baru peningkatan suhu konflik Yaman. Serangan itu terjadi setelah koalisi militer pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan ke basis kelompok Houthi di kota Sana’a, ibu kota Yaman.
Meningkatnya permusuhan antara Houthi dan Arab Saudi memperlihatkan intensifikasi yang berbahaya dalam konflik mereka. Perang Yaman meletus sejak tahun 2015 antara Pemerintah Yaman dukungan koalisi pimpinan Arab Saudi dan pemberontak Houthi dukungan Iran. Belakangan, pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden berupaya membantu mengakhiri perang tersebut.
Salah satu upayanya, Pemerintah AS pada bulan lalu mencabut status Houthi dari daftar kelompok teroris. AS juga mengirim Utusan Khusus untuk Yaman Timothy Lenderking menggelar pertemuan rahasia dengan petinggi Houthi, Muhammad Abdussalam, pada 26 Februari lalu di kota Muscat, Oman.
Kementerian Pertahanan Arab Saudi menyatakan, pihaknya berhasil mencegat pesawat nirawak Houthi yang menargetkan serangan pada tempat penyimpanan minyak Ras Tanura, salah satu pelabuhan minyak terbesar di dunia. Satu serangan rudal Houthi juga menyasar fasilitas Aramco lainnya di kota Dhahran, Arab Saudi bagian timur, dan juga berhasil digagalkan Arab Saudi.
Pecahan rudal itu jatuh di dekat perumahan karyawan Aramco di Dhahran, perumahan yang dihuni oleh ribuan karyawan dan keluarga mereka. Meski demikian, serangan itu tidak menimbulkan korban jiwa atau kerusakan.
Meski militer Arab Saudi tidak menyebutkan siapa penyerang lokasi-lokasi penting bagi industri minyak negara mereka, kelompok Houthi mengklaim melalui Twitter bahwa mereka telah menembakkan pesawat nirawak (drone) dan rudal ke Ras Tanura dan sasaran militer di Damman, tidak jauh dari Dhahran.
Kementerian Pertahanan Arab Saudi dalam pernyataannya ingin mendulang simpati dunia dengan menyatakan serangan pemberontak Houthi pada hari itu menargetkan tulang punggung pasokan dan keamanan energi global. Serangan yang sama pernah terjadi terhadap dua fasilitas Aramco tahun 2019, melumpuhkan setengah dari kapasitas produksi Arab Saudi.
Koalisi yang dipimpin Arab Saudi juga melancarkan serangan atas wilayah Sana’a melalui udara. Ledakan besar dan gumpalan asap membubung ke langit. Dalam pernyataannya, pasukan koalisi Arab Saudi menyatakan, serangan tidak hanya ditargetkan terhadap kota Sana’a, tetapi juga ke sejumlah wilayah lain yang menjadi basis kemampuan militer Houthi.
Dalam beberapa pekan terakhir, kelompok Houthi telah meningkatkan serangannya ke wilayah Arab Saudi. Serangan-serangan itu merupakan bagian dari upaya mereka merebut benteng terakhir Pemerintah Yaman yang didukung koalisi di utara kota Marib.
Banyak serangan Houthi menyasar kota-kota Arab Saudi dan semakin mendekat ke wilayah permukiman warga. Arab Saudi menganggap hal itu bisa berdampak buruk terkait situasi konflik. Pasukan koalisi menyatakan, menarget warga sipil di wilayah Arab Saudi adalah ”garis merah” yang tidak boleh dilewati.
”Menarget warga dan fasilitas sipil adalah garis merah,” kata Kolonel Turki al-Maliki, juru bicara pasukan koalisi, seperti dikutip oleh kantor berita Arab Saudi, SPA.
Pasukan koalisi mengklaim bahwa serangan pemberontak Houthi didorong oleh keputusan pemerintahan Biden menghapus mereka dari daftar kelompok teror. Biden juga mencabut dukungan terhadap operasi ofensif Arab Saudi di Yaman dan menyatakan perang harus segera diakhiri. Meski demikian, dia juga menegaskan bahwa AS mendukung Arab Saudi untuk mempertahankan kedaulatannya.
Di tempat lain di Yaman, pertempuran sengit telah memakan banyak korban sipil. Di kota terbesar ketiga negara itu, Taiz, badan amal Dokter Lintas Batas atau Medecins Sans Frontieres (MSF) melaporkan merawat lebih dari dua lusin orang yang terluka dalam bentrokan pekan lalu.
Pusat pelayanan medis yang mereka kelola, Rumah Sakit al-Thawra, diserang dengan tembakan senjata berat. Serangan ini melukai sedikitnya tiga orang, termasuk seorang petugas kesehatan dan anak laki-laki berusia 12 tahun.
Serangan artileri juga menghantam daerah permukiman di Taiz pada Minggu, 7 Maret, dan melukai tujuh anak ketika mereka meninggalkan sekolah. Kejadian itu, kata organisasi amal Save The Children, hanya selang beberapa hari setelah tiga anak tewas dan 10 anak lainnya terluka ketika mortir menghantam rumah mereka di daerah yang sama. (AFP/AP)